Tonny juga pernah melihat sekali wajah Aaron di sebuah perjamuan. Walaupun hanya sekali dan itu pun hanya sekilas, Tonny bisa melihat sendiri bagaimana Kesan Orang orang pada saat itu terhadap Aaron.Aaron adalah Pria yang sangat ditakuti dan semua orang tidak ingin ada masalah sedikitpun dengan orang ini."Kamu ini! Ya sudah jelas dia akan menikah dengan Aaron Albarez! Memang dengan siapa lagi?" Revia yang menjawab sambil memukul kepala pacarnya."Bukan begitu? Emily," Tonny kembali menatap Emily."Kamu.. Apa kamu terpaksa? Apa keluarga Albarez memaksamu? Atau kamu sedang diancam? Bicara saja, kami akan menolongmu,""Heh, kamu bicara apa Tonny?" Revia memotong ucapan Tonny."Revia, kita harus menyelamatkan Emily? Ayo, Kita bawa dia kabur? Dia pasti sedang tertekan." Tonny berbicara kepada Revia dengan nada cukup serius."Kamu Gila ya?" Revia kembali memukul kepala Tonny.Emily malah tertawa, menertawakan wajah Tonny yang tegang."Emily, kenapa tertawa? Apa kamu sadar, siapa Pria yang
Alan menepuk halus bahu Aaron."Aku sekarang telah menyerahkan Putriku kepadamu. Tepati janjimu untuk membuatnya terus bahagia, atau aku akan mengambilnya kembali." Sebenarnya jika bukan di hari spesial ini, mana mungkin Alan berani berkata demikian, tetapi sebagai Ayah, tetap dia harus bicara seperti itu demi Putrinya."Baik Ayah." Aaron menundukkan kepalanya.Alan mendekati Chloe yang terisak."Jangan menangis.Putri kita sudah bahagia." Alan menyeka air mata Chloe."Ayo.." kemudian mengajaknya untuk melangkah.Lamois kembali memandu acara, membumbui sedikit tentang drama seorang Ayah yang mengantar Putrinya sampai ke Pelaminan.Kemudian acara berlanjut, dengan rentetan adat kebudayaan Kepercayaan Keluarga Albarez.Semua orang bernafas lega setelah acara berjalan lancar tanpa hambatan.Aaron menatap Emily dengan senyum bahagia. Emily pun tersenyum menatap Aaron. Benar benar terpancar kebahagiaan dari keduanya.Erina terlihat memeluk suaminya, dia menangis sesenggukan saking bahagianya
Pesta besar sudah selesai.Semua tamu sudah meninggalkan gedung Pernikahan.Fic dan Erina mengantar besan kesayangan mereka ke mobil dengan mata yang berbinar bahagia, tetapi tidak seperti Alan dan Chloe, nampak ada kesedihan karena harus pulang tanpa Emily lagi.Namun kebahagian menyertai langkah Lelah keduanya. Tetapi ada pertanyaan yang belum terjawab dalam kedua benak Orang tua Emily ini, itu tentang ucapan Aaron dalam janji suci yang mereka dengar.Alan menoleh kepada Fic yang berjalan di sampingnya."Tuan besan. Ah, apa sebelum ini, Menantuku Aaron pernah bertemu Emily seperti yang dikatakannya dalam janji suci?"Fic tersenyum, menyandarkan tubuhnya di badan mobil."Aaron tidak mungkin mengatakan hal yang tidak ada ke dalam janji suci bukan?""Ah, ya. Anda benar besan. Hanya saja, ah, mungkin aku yang kurang teliti." Sahut Alan sedikit tersipu.Fic menepuk pundak Alan dengan lembut."Ada sebuah sebab yang membuat kami terkenal sebagai Singa Ganas. Jika tidak, mana mungkin kami i
Emily melihat tubuh Aaron dan atas sampai bawah. Dia menelan ludahnya sendiri.Masa iya? Keluarga Singa Ganas ini mempunyai aturan minum susu sebelum tidur?Emily ingin tertawa tapi menahannya dengan menutupi mulutnya dengan tangannya. Merasa lucu membayangkannya."Aaron.. ternyata keluargamu mempunyai sisi yang begitu lembut ya.? Aku tidak menyangka."Aaron hanya tersenyum, dia meletakan gelas ke meja, lalu kembali ke ranjang.Aaron menarik bantal yang menutupi tubuh Emily yang didekap dengan erat."Kamu mau menyembunyikan apa?" Aaron membuang bantal dengan begitu saja di ujung ruangan. Itu membuat Emily seketika panik kembali."Aaron.." Emily sekarang menarik selimut."Kenapa kamu tutupi? Kan aku sudah pernah melihatnya dengan sangat jelas."Emily langsung menaruh tangannya ke mulut Aaron. Takut dia berlanjut dan itu akan membuatnya semakin malu.Membuat Aaron terdiam. Ketika Aaron menjatuhkan tubuhnya di Ranjang dia sambil menarik tubuh Emily hingga terjatuh kaget ke atas tubuhnya.
Aaron menggeram kesal. Kenapa dia tadi lupa mematikan ponsel? Ini benar-benar momen yang tidak baik!Lagian, siapa yang berani mengganggunya sih?Cari mati!Dengan sangat kesal, dia menyambar Ponselnya. Ingin segera memaki sang Pemanggil yang sudah lancang. Sementara Emily hanya tersenyum dengan wajah memerah melihat kekesalan Aaron.Ketika menatap nomor pemanggil, Aaron tercengang. Meskipun masih kesal, tetapi mentalnya langsung menciut.Jika begini, Mana berani Aaron untuk memaki sang pemanggil seperti niatnya tadi.Yang menelpon ini adalah gurunya Pawang Singa alias Sang Ketua!Mana Aaron berani? Bapaknya Singa saja, akan tunduk jika sama orang ini.Ada apa ini? Kalau tidak penting, tidak mungkin menelepon kan? Dia tahu kalau ini adalah malam Ritual penting Putranya!Buru buru Aaron menyisih turun untuk mengangkat panggilan."Ibu, kenapa mengganggu? Ada apa?" Dia berbisik pelan namun mendengarkan nada kesal."Aaron.. Maafkan ibu. Tapi ini penting. Menjauhlah." Disana juga berbisik.
Ini masih berada di kamar Aaron. Masih di malam yang sama yaitu, malam Pertama setelah mereka menikah.Semalam, tidak tahu mereka berangkat tidur jam berapa, dan tidak sadar sudah berapa jam lamanya tertidur. Tapi rasanya memang masih sebentar saja.Emily membuka mata karena merasakan sesuatu yang menggerayangi tubuhnya, dan ini terlihat jika belum Waktunya pagi. Dia tidak bisa melihat waktu, karena tidak ada jam yang menggantung seperti di kamarnya.Tapi dengan melihat remang lampu tidur, Emily bisa tahu jika ini belum lah pagi.Rasa yang menggerayangi tubuhnya tadi semakin terasa, hingga seperti menembus alam mimpinya. Entah ini nyata atau dia sedang bermimpi. Tapi terasa sekali kulitnya."Aaron." Emily membuka matanya. Sedikit terkejut ketika melihat ada Aaron juga di atas Ranjang dan sedang tengkurap di atas tubuhnya.Untung Emily segera ingat, jika mereka telah menikah. Wajar kan, kalau Aaron berada disini dengannya.Namanya juga suami istri.Mata Emily benar benar masih mengantu
Pada akhirnya, Aaron membalikan tubuhnya."Aaron, bagaimana memijatnya kalau begini? Kembali lah ke posisi semula!" Protes Emily."Tidak usah. Tidak perlu lagi. Sepertinya ini sudah membaik.""Benarkah? Cepat sekali?" Tanya Emily."Apa kamu berbohong? Apa tadi sebenarnya tidak sakit?" Emily mencoba menebak.Aaron tertawa kecil, menarik tubuh Emily hingga jatuh ke atas tubuhnya. Dua tubuh itu kini menempel tanpa jarak.Nafas mereka kembali berkejaran, sambil menatap dengan cukup dalam.Tubuh Aaron bergerak memutar tubuh Emily. Sekarang, posisi tubuh Emily berada di bawahnya.Aaron menunduk untuk memberi kecupan di kening Emily."Apa kamu tahu Emily, aku begitu menggilaimu. Apa kamu tahu, aku begitu mencintaimu." Aaron membisikan kata cinta kembali, itu membuat wajah Emily memerah.Sebenarnya Emily mulai panik. Tetapi dia berusaha tenang. Menarik nafas dalam dalam.Dia menatap Wajah Aaron. Ini adalah wajah singa Ganas Suaminya yang akan berubah manis jika di hadapannya.Aaron Albarez ad
Emily memang merasakan Semua itu. Ketika bangun tadi pagi, dia terkejut ketika merasakan seluruh tubuhnya terasa ngilu. Persendiannya terasa lemah, dan tenaganya hilang entah kemana.Matanya juga sangat susah untuk dibuka secara normal.Emily tidak sadar, jika itu adalah tandanya dia kelelahan, Emily tidak ingat jika semalaman mereka terjaga dan terus bergerak menguras tenaga.Aaron tertegun sejenak menatap istrinya. Dia paham apa yang terjadi pada Emily. Ini pasti karena ulahnya. Aaron bersedih dan dia merasa bersalah sekarang."Sayang. Ibu membuatkan sarapan khusus untukmu, ayo dimakan dulu." Aaron mengelus kepala Emily, lalu menaruh nampan makanan itu di atas tempat tidur.Emily mengangkat kepalanya untuk mengintip menu apa yang dibuat Madeline untuk dirinya.Itu hanya Jus buah, sandwich dan sayuran?"Bolehkan aku meminta nasi? Aku juga ingin meminum kopi hitam."Emily berpikir, Tubuhnya tidak punya tenaga, kalau hanya makan itu tidak akan mengembalikan tenaganya. Dia butuh kopi ju