"Ah, seharusnya ini adalah pertanyaan Ibu Mertuamu atau Nenek Mertuamu. Tapi karena mereka sudah mendahului kita, tidak apa apa jika aku yang bertanya." Kakek berdiri dan mendekati Erina."Apa Fic kurang agresif?"Wajah Erina memerah. Dia benar benar tidak menyangka jika Kakek akan membicarakan ini. Apa Kakek tidak malu Kakek membicarakan hal ini dengannya?"Kek, Fic,""Kenapa? Jika Fic kurang Agresif? Aku beritahu Erina ya? Jika benar begitu, Seharusnya kamu sebagai Wanita yang lebih agresif."Mendengar Kakek terus membicarakan itu, wajah Erina semakin memerah menahan malu."Aku betul betul mengkhawatirkan dia. Sudah bertahun-tahun lamanya dia mengurung diri di dalam Rumah. Aku khawatir dia itu tidak bisa, itu.. Dia tidak bisa,""Erina. Em, Kakek takut Fic ada kelainan. Sebab dia itu terlalu dingin dan tidak peduli dengan sekitarnya. Tadi dia tidak begitu kan? Erina, apa kalian sudah.. Apa Fic sudah.. ah, apa Fic pria yang normal. Dia normal kan? Kamu boleh jujur kepada Kakek. Tidak
Fic paham dengan apa yang dipikirkan Erina saat ini.Fic menggenggam erat kedua tangan Erina."Erina, apapun yang terjadi, aku akan menerima. Aku menerimamu di masa sekarang, dengan tidak membawa masa lalumu. Aku juga berharap kamu begitu, menerimaku di masaku yang sekarang, tanpa masa laluku."Erina mendongak. "Masa lalumu. Mentari maksudmu?"Fic terdiam, karena sebenarnya bukan itu."Masa lalu kita berbeda Fic? Mentari dan kamu, kalian bertemu masih sama sama kecil, bahkan belum mengerti Tentang perasaan. Sementara aku? Aku kotor Fic! Aku bahkan jijik pada diriku sendiri."Fic langsung membungkam mulut Erina."Tidak Erina. Kamu tidak tahu. Aku lebih kotor daripada dirimu. Aku pernah melakukan dosa besar yang sangat menjijikan. Aku bahkan membenci diriku sendiri."Erina terbelalak. "Dosa besar? Apa Fic?"Fic menunduk, tangannya mencengkram kuat jari jemari Erina dan terlihat gemetaran."Kejadian itu membuat aku Frustasi, sampai aku berobat keluar Negeri demi melupakan malam itu."Sud
Rafael sebenarnya bukan karena sedang ada urusan meninggalkan Alika sendirian dikamarnya. Itu hanya alasannya saja. Rafael benar benar tidak ingin melihat dahulu Alika malam ini. Pikirannya sedang di penuhi dengan Erina. Sekarang dia sedang duduk di ruangan tengah sendirian. Rafael kembali teringat tentang foto foto Erina. Kemudian memikirkan tindakan keterlaluan Alika. Tanpa sadar, Rafael mulai membenci Alika."Bisa bisanya dia sebodoh itu. Untuk apa dia tega melakukan itu, memutar Foto foto aib Erina. Dasar wanita gila! Jika Fico mengetahuinya, maka hidupmu akan segera berakhir."Ketika sedang bergumam seperti itu tiba tiba Rafael mengingat sesuatu kemudian dengan cepat merogoh Ponselnya. Dia membuka kembali galeri, kembali mengamati beberapa foto Erina tiga bulan yang lalu. Seperti menangkap sesuatu yang janggal disana.Benarkah Alika mendapatkan foto foto itu dari Ponselnya? Rafael mencoba mengingat dengan teliti. Dalam Layar Televisi yang diputar, foto foto Erina lebih sedikit
Sarapan Pagi di Rumah besar Kakek Alfian berjalan dengan penuh perasaan yang berbeda beda. Rafael dan Alika dipenuhi rasa cemburu.Alika cemburu dengan tatapan Rafael kepada Erina. Sementara Rafael, cemburu dengan tatapan Fic kepada Erina.Erina sangat merasa malu, karena Kakek terus tersenyum kepada Fic dan dirinya. Hati Kakek begitu puas melihat tanda merah di leher cucu menantunya.Fic sendiri, dia benar benar senang. Semalam adalah hal berharga baginya, sedikit banyak dia sudah bisa terbuka untuk bercerita kepada Erina tentang Dosa yang terus menyiksanya akhir akhir ini.Fic sendiri tidak mengerti, dia pernah sudah bisa melupakan masalah itu, tetapi Kenapa akhir akhir ini dia kembali mengingatnya walaupun dengan samar samar.Fic melirik sekilas Rafael yang terus terusan mengepalkan tangannya. Fic bisa menebak jika Rafael sedang cemburu dengan kedekatan dia dan Erina.Baguslah! Kamu memang harus tahu, jika Wanita itu adalah milikku sekarang!Mata Fic seolah berbicara begitu ketik
Ketika sudah sampai di Rumah, Jefri cepat mengambil sebuah Laptop dan segera membuka kembali Foto foto Erina tiga bulan yang lalu.Jefri mulai meneliti dengan seksama. Ketika dia mendapatkan sesuatu yang sudah bisa dikatakan pasti, dia langsung memberitahu Fic."Ternyata, Pria ini berbeda dengan pria tua ini." Jefri berkata sambil menunjuk foto pria yang ada di atas tubuh Erina dan pria tua yang berbaring di sisi Erina.Fic terkejut sekali kemudian ikut mengamati."Menurutku, apa yang dikatakan Pria tua tadi adalah benar Tuan!""Jadi, maksudmu bukan Pria tua itu yang telah menodai Erina?"Jefri mengangguk. "Kurasa. Sayangnya, Kamera tersembunyi itu tidak bisa menangkap wajah pria ini. Dan Bisa dilihat, foto foto Nona bersama Pria ini gelap. Sepertinya Pria ini sengaja mematikan lampu ruangan atau dia sadar untuk menghindari kamera tersembunyidan Cahaya foto hanya dihasilkan dari Lampu Flash kamera saja. Berbeda dengan Foto yang bersama Pria Tua ini yang sangat jelas karena lampu tela
Erina menoleh ke kiri dan ke kanan. Jalanan ini sungguh sangat sepi. Erina merasa sedikit takut. Dia berpikir untuk menghubungi Fic saja. Ketika hendak merogoh Ponselnya, dia mendengar seperti ada langkah kaki seseorang. Erina terburu untuk menoleh kebelakang.Empat Pria berandalan sudah melangkah mendekati Erina.Erina terkejut dan langsung buru buru untuk melangkah pergi. Tetapi dua pria di antara mereka segera menangkap tangannya."Mau kemana cantik?""Lepas! Kalian mau apa?" Erina memberontak untuk melepaskan diri, tetapi mereka semakin brutal. Satu pria lagi memegangi Erina dari belakang."Mau bersenang senang denganmu cantik.."Erina sangat ketakutan, apalagi ketika melihat mobil Alika yang malah berputar meninggalkan tempatnya."Alika… Tolong aku!" Erina sempat berteriak meminta pertolongan kepada Alika , meskipun dia tahu itu akan sia sia. Alika seperti sengaja meninggalkan Dirinya disana."Lepaskan aku, ku mohon. Jangan lakukan apapun padaku.." Erina masih meronta."Setela
Ketika dipagi hari, Fic terbangun lebih duluan. Dia tidak langsung beranjak dari Ranjang hotel, melainkan menatap Wajah Erina yang masih terlelap. Adegan semalam begitu jelas Fic ingat. Bagaimana ganasnya Erina. Dia tahu Erina terpengaruh obat, tetapi Fic malah mengunakan kesempatan.Fic ingin menyalahkan dirinya, tetapi Fic melakukan itu demi Erina. Lagi pula,jika dipikir pikir, Fic sudah menahan sekian lama. Jadi apapun alasan, semalam pertama kalinya dia dan Erina adalah hal penting yang perlu dikenang sepanjang masa.Fic tersenyum membelai lembut wajah Erina dan kemudian menciumi seluruh wajahnya.Erina menggeliat merasakan sentuhan, kemudian membuka matanya. Dia seperti orang linglung sementara waktu, tetapi Ketika sudah tersadar sepenuhnya, Erina langsung terduduk dengan mendekap selimut."Fic. Semalam," "Kenapa dengan semalam? Apa kamu mengingatnya?"Wajah Erina benar benar memerah, dia sangat malu sampai menunduk dan tidak berani menatap wajah Fic."Maafkan aku. Jefri bilang
Tadi, Alika ingin mengatakan sesuatu, tetapi Rafael sama sekali tidak mau menatapnya. Dan bahkan pergi begitu saja. Alika hanya terdiam terpaku di atas ranjang, masih dengan senyuman sinisnya.Tangan kanannya terus membelai perutnya dengan lembut. "Tidak mengapa kamu tidak memperdulikan aku sekarang Rafael. Aku hanya berharap, kesibukan kita semalam akan membuahkan hasil. Lihat saja, apakah kamu masih akan bisa lari dariku dan mengharapkan untuk kembali dengan Erina?"Dikatakan jika anak adalah ikatan emosional antara dua orang. Jika dia hamil, maka Rafael tidak akan bisa menyingkirkannya seumur hidup!Sementara Rafael sudah pergi, Dia cepat pergi ke Stasiun Televisi. Di ruangan Direksi, dia terlihat duduk melamun.Adegan adegan semalam tampak biasa biasa saja, tapi seperti sudah diatur dengan sangat cermat.Alika tiba tiba ada di kamar hotel dan tidur bersamanya.Dia teringat foto foto ekstra yang dikeluarkan Alika saat perjamuan makan malam di Rumah Kakek Alfian Rafael makin yak