Ketika dipagi hari, Fic terbangun lebih duluan. Dia tidak langsung beranjak dari Ranjang hotel, melainkan menatap Wajah Erina yang masih terlelap. Adegan semalam begitu jelas Fic ingat. Bagaimana ganasnya Erina. Dia tahu Erina terpengaruh obat, tetapi Fic malah mengunakan kesempatan.Fic ingin menyalahkan dirinya, tetapi Fic melakukan itu demi Erina. Lagi pula,jika dipikir pikir, Fic sudah menahan sekian lama. Jadi apapun alasan, semalam pertama kalinya dia dan Erina adalah hal penting yang perlu dikenang sepanjang masa.Fic tersenyum membelai lembut wajah Erina dan kemudian menciumi seluruh wajahnya.Erina menggeliat merasakan sentuhan, kemudian membuka matanya. Dia seperti orang linglung sementara waktu, tetapi Ketika sudah tersadar sepenuhnya, Erina langsung terduduk dengan mendekap selimut."Fic. Semalam," "Kenapa dengan semalam? Apa kamu mengingatnya?"Wajah Erina benar benar memerah, dia sangat malu sampai menunduk dan tidak berani menatap wajah Fic."Maafkan aku. Jefri bilang
Tadi, Alika ingin mengatakan sesuatu, tetapi Rafael sama sekali tidak mau menatapnya. Dan bahkan pergi begitu saja. Alika hanya terdiam terpaku di atas ranjang, masih dengan senyuman sinisnya.Tangan kanannya terus membelai perutnya dengan lembut. "Tidak mengapa kamu tidak memperdulikan aku sekarang Rafael. Aku hanya berharap, kesibukan kita semalam akan membuahkan hasil. Lihat saja, apakah kamu masih akan bisa lari dariku dan mengharapkan untuk kembali dengan Erina?"Dikatakan jika anak adalah ikatan emosional antara dua orang. Jika dia hamil, maka Rafael tidak akan bisa menyingkirkannya seumur hidup!Sementara Rafael sudah pergi, Dia cepat pergi ke Stasiun Televisi. Di ruangan Direksi, dia terlihat duduk melamun.Adegan adegan semalam tampak biasa biasa saja, tapi seperti sudah diatur dengan sangat cermat.Alika tiba tiba ada di kamar hotel dan tidur bersamanya.Dia teringat foto foto ekstra yang dikeluarkan Alika saat perjamuan makan malam di Rumah Kakek Alfian Rafael makin yak
Ketika Erina menyatakan setuju untuk Fic menyelidiki Alika yang dicurigai sebagai dalang dibalik orang yang telah memberinya obat, tiba tiba Fic mengingat sesuatu. Sekarang dia memberitahu Erina meskipun dengan ragu ragu."Erina, apa kamu ingin mendengar, tentang hasil penyelidikan atas Pria yang bersamamu tiga bulan yang lalu?"Erina langsung menoleh dan langsung bertanya."Apa kamu sudah mendapatkan informasinya Fic?"Fic mengangguk. "Ternyata yang bersamamu malam itu bukanlah Pria Tua, melainkan Pria lain."Erina tertegun. Bukan Pria Tua, tetapi Pria lain? Baginya tetap saja, meskipun itu Pria Tua ataupun pria tampan sama saja orang itu yang sudah membuatnya kehilangan kesucian."Itu sudah tidak penting lagi bagiku. Yang terpenting adalah, siapa dalang dibalik ini semua. Karena perbuatannya sudah sangat merugikan aku baik mental maupun pencemarannya nama baikku. Jadi hanya ingin tahu itu saja." Erina menjawab dengan perasaan yang gelisah.Fic tahu jika Erina merasa tidak nyaman, ke
Saat ini, Editor Sania keluar dari Ruangan Direksi dan mendatangi meja Erina yang tengah melihat lihat postingan Asmirandah.Matanya langsung berbinar dan berkata kepada Erina."Instingmu terhadap berita sangatlah tajam. Aku tahu kamu juga sedang memperhatikan berita ini Erina."Erina seketika mendongak."Aku tadi sudah mendiskusikan dengan ketua Direksi, memutuskan untuk mencari tahu tentang kebenaran berita ini. Satunya adalah artis wanita terkenal, dan satunya lagi adalah Presdir terhormat. Gosip mereka berdua akan menjadi trending. Jadi kami memutuskan akan mengirimkan kamu untuk mengejar berita ini."Erina tercengang dan membuka mulut lebar lebar. Tidak mungkin!Seorang istri sah akan mewawancarai suaminya sendiri dan selingkuhannya yang digosipkan? Jika ini sampai diketahui orang lain, apa tidak malah menjadi berita dahsyat yang menghebohkan dunia?Sungguh akan sangat heboh!Diluar, ada wanita yang sedang mengejar anda, lalu apa pendapat Anda Tuan Presdir? Kalian sudah berkenca
Oca yang terlebih dahulu merespon, dia cepat mendekati Erina. "Erina. Kamu hebat sekali! Bisa mendapatkan informasi dengan sangat kilat. Kamu memang profesional di bidang ini."Sementara Meli mencibir."Dia memang hebat, tetapi sayang. Hebatnya dengan cara tidak benar. Aku yakin informasi ini tidak datang dari jalan yang benar. Caranya menggoda orang sungguh luar biasa. Siapa yang kali ini kamu goda Erina?"Benar saja. Meli berpikir, ketua Direksi saja yang masih kerabat Presdir Albarez tidak bisa memiliki informasi, ini Erina malah mendapatkan informasi? Mustahil bukan?Erina ingin sekali rasanya mengatakan jika Pria yang mereka agungkan itu Adalah suaminya. Tetapi, mana mungkin mereka percaya begitu saja?Tetapi Oca juga merasa heran dan bertanya kepada Erina."Erina, sebenarnya berita apa? Dari mana kamu tahu?"Erina terdiam sesaat lalu menjawab. "Sebenarnya, suamiku.. suamiku bekerja di perusahaan Galaxy Group. Jadi, dia tau berita ini dan memberitahuku. Hari ini Asmirandah dan P
"Tidak boleh melakukan ini dengan Asmirandah, Baiklah. Aku akan melakukannya hanya denganmu saja."Fic semakin menekan tubuh Erina dan jarak diantara dua-duanya semakin tidak ada."Fic. Jangan seperti ini?" Meskipun berkata demikian, tapi Tubuh Erina mulai merespon.Fic yang merasakan reaksi tubuh Erina akhirnya semakin menjadi jadi. Dia mencumbui Erina dan membuka pakaian Erina. "Reporter Clarissa Handoyo, ini bukan stasiun televisi. Jadi tidak ada yang akan merekam kita. Jangan tegang ya?" Fic berkata demikian untuk bercanda. Itu membuat wajah Erina seketika memerah.Fic mencium bibir Erina dengan begitu lembut dan penuh perasaan. Dia sangat lembut, tahu bagaimana caranya agar bisa membuat Erina merasa tenang dan nyaman.Erina tidak menolak lagi, dia mengalungkan kedua tangannya ke leher Fic.Seperti inilah, wanita seharusnya memang seperti ini. Menjadi bunga yang hanya akan mekar di hadapan seseorang yang dicintainya. Aroma harum yang menyeruak, dan kulit licin yang lembut ini jug
Rafael sudah berada di depan meja Erina.Menatap wajah Erina yang berseri. Bagi Rafael, Erina adalah wanita yang paling cantik dalam hidupnya, bahkan sampai sekarang masih menggenggam erat hatinya.Dulu, wanita ini sangat mencintainya, mereka saling mencintai dan pernah berjanji untuk hidup bersama selamanya.Erina tidak menyadari jika Rafael sedang memperhatikannya. Dia malah tersenyum senyum sambil bernyanyi kecil karena suasana hatinya sedang sangat membaik, sambil menyusun apa apa yang akan diperlukan nanti disana, ditempat dimana dia dan rekan rekannya akan mendapatkan berita panas.Rafael masih menatap Erina, bahkan tersenyum hangat melihat senyuman Erina yang sudah sangat lama tidak dapat ia lihat.Tetapi teman teman Erina tentu melihat itu, melihat bagaimana tatapan Rafael terhadap temannya. Oca sampai menyikut pinggang Melda, seperti ingin berbisik sesuatu tetapi Melda buru-buru meletakkan jarinya ke bibir Oca, memberi isyarat agar diam saja.Meli yang sampai di pintu dan ha
"Dilihat dari kedekatan mereka, sepertinya memang ada hubungan. Kalau begini, keberadaan Nyonya Albarez terancam." Bisik Melda. Dia sama Sekali tidak menyangka kalau yang di dekatnya ini adalah Nyonya Albarez, malah meminta Erina untuk terus mengambil gambar.Dia melirik Asmirandah yang berjalan ke arah Fic, dia memegang segelas wine."Presdir, sepertinya kita perlu merayakan keberhasilan iklan." Fic belum saja menjawab, tubuh Asmirandah terjatuh ke pelukannya. Wine tumpah mengenai baju keduanya.Erina tercengang begitu juga teman temannya. Seketika kak Awan mengambil gambar, tetapi tidak untuk Erina. Dia membelalakkan matanya penuh amarah.Awalnya Fic begitu marah dan ingin mendorong tubuh Asmirandah saat ini juga, tetapi ketika melihat tatapan marah Erina, dia malah mengambil kesempatan. Fic meraih tisu dan membantu Asmirandah untuk membersihkan Wine di gaunnya."Wow! Berita panas!" "Presdir Albarez, menjaga Asmirandah dengan setia!" Kak awan dengan sangat Puas menatap Gambar yan
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H