"Tidak boleh melakukan ini dengan Asmirandah, Baiklah. Aku akan melakukannya hanya denganmu saja."Fic semakin menekan tubuh Erina dan jarak diantara dua-duanya semakin tidak ada."Fic. Jangan seperti ini?" Meskipun berkata demikian, tapi Tubuh Erina mulai merespon.Fic yang merasakan reaksi tubuh Erina akhirnya semakin menjadi jadi. Dia mencumbui Erina dan membuka pakaian Erina. "Reporter Clarissa Handoyo, ini bukan stasiun televisi. Jadi tidak ada yang akan merekam kita. Jangan tegang ya?" Fic berkata demikian untuk bercanda. Itu membuat wajah Erina seketika memerah.Fic mencium bibir Erina dengan begitu lembut dan penuh perasaan. Dia sangat lembut, tahu bagaimana caranya agar bisa membuat Erina merasa tenang dan nyaman.Erina tidak menolak lagi, dia mengalungkan kedua tangannya ke leher Fic.Seperti inilah, wanita seharusnya memang seperti ini. Menjadi bunga yang hanya akan mekar di hadapan seseorang yang dicintainya. Aroma harum yang menyeruak, dan kulit licin yang lembut ini jug
Rafael sudah berada di depan meja Erina.Menatap wajah Erina yang berseri. Bagi Rafael, Erina adalah wanita yang paling cantik dalam hidupnya, bahkan sampai sekarang masih menggenggam erat hatinya.Dulu, wanita ini sangat mencintainya, mereka saling mencintai dan pernah berjanji untuk hidup bersama selamanya.Erina tidak menyadari jika Rafael sedang memperhatikannya. Dia malah tersenyum senyum sambil bernyanyi kecil karena suasana hatinya sedang sangat membaik, sambil menyusun apa apa yang akan diperlukan nanti disana, ditempat dimana dia dan rekan rekannya akan mendapatkan berita panas.Rafael masih menatap Erina, bahkan tersenyum hangat melihat senyuman Erina yang sudah sangat lama tidak dapat ia lihat.Tetapi teman teman Erina tentu melihat itu, melihat bagaimana tatapan Rafael terhadap temannya. Oca sampai menyikut pinggang Melda, seperti ingin berbisik sesuatu tetapi Melda buru-buru meletakkan jarinya ke bibir Oca, memberi isyarat agar diam saja.Meli yang sampai di pintu dan ha
"Dilihat dari kedekatan mereka, sepertinya memang ada hubungan. Kalau begini, keberadaan Nyonya Albarez terancam." Bisik Melda. Dia sama Sekali tidak menyangka kalau yang di dekatnya ini adalah Nyonya Albarez, malah meminta Erina untuk terus mengambil gambar.Dia melirik Asmirandah yang berjalan ke arah Fic, dia memegang segelas wine."Presdir, sepertinya kita perlu merayakan keberhasilan iklan." Fic belum saja menjawab, tubuh Asmirandah terjatuh ke pelukannya. Wine tumpah mengenai baju keduanya.Erina tercengang begitu juga teman temannya. Seketika kak Awan mengambil gambar, tetapi tidak untuk Erina. Dia membelalakkan matanya penuh amarah.Awalnya Fic begitu marah dan ingin mendorong tubuh Asmirandah saat ini juga, tetapi ketika melihat tatapan marah Erina, dia malah mengambil kesempatan. Fic meraih tisu dan membantu Asmirandah untuk membersihkan Wine di gaunnya."Wow! Berita panas!" "Presdir Albarez, menjaga Asmirandah dengan setia!" Kak awan dengan sangat Puas menatap Gambar yan
Asmirandah masih terbelalak melihat Fic yang menggandeng mesra Tangan Erina. Tetapi setelah menatap seksama kondisi Erina yang bisa dikatakan jauh dibawah level dia.Perempuan ini sepertinya Wanita biasa saja. Dilihat dari baju dan sepatu yang dikenakan, sama sekali tidak menarik.Kenapa Presdir Albarez menyukai wanita Seperti ini? Tidak menyangka jika Presdir Albarez mempunyai selera begitu rendah."Presdir Albarez. Aku menyusul karena anda lama sekali. Aku khawatir ada sesuatu yang terjadi. Tapi, anda malah bersama wanita Seperti ini.""Makan malam kita sudah berakhir. Aku ingin pulang saja." Jawab Fic, kemudian merangkul Pinggang Erina."Ayo sayang. Kita pulang." Ketika menyadari jika Presdir Albarez telah mengabaikan dirinya, Asmirandah ingin sekali marah, apalagi ketikaMelihat Presdir Albarez memperlakukan wanita itu dengan lembut dan memanggil sayang, hati Asmirandah sangat sakit. Dia seperti mendapatkan hinaan yang besar. Presdir Albarez memilih selingkuh dengan Wanita macam
Sementara hari ini, Jefri sudah menghentikan kerjasama Perusahaan dengan Asmirandah dan tidak ingin memperpanjang Kontrak iklan.Tentu hal ini membuat Asmirandah tercengang dan tidak terima. Dia segera menemui Fic di Kantornya."Nona Asmirandah ada diluar dan ingin menemui Anda." Jefri memberitahu Fic."Suruh dia pergi, aku tidak ingin menemuinya.""Baik." Tetapi baru saja Jefri memutar tubuhnya, Asmirandah sudah menerobos masuk dan menghampiri Fic."Presdir Albarez, ada hal yang ingin aku bicarakan. Ku mohon, beri aku waktu sedikit saja.""Nona Asmirandah, apa anda belum paham juga? Kita sudah tidak ada kerjasama. Jadi silahkan keluar." Sahut Fic, tidak ingin berbasa basi."Presdir. Tidak mengapa, aku datang bukan untuk membahas masalah pekerjaan. Tapi ada hal lain. Mohon beri aku waktu." Fic berpikir sejenak. "Baik. Lima menit." Fic Menoleh pada Jefri yang langsung paham. Jefri keluar, membiarkan pintu terbuka.Tetapi Asmirandah malah sengaja menutup pintu kembali dan mendekati Fic
Rafael masih berdiri disana, melirik tangan Fic yang terus menggenggam erat tangan Erina. Dia juga bisa melihat tatapan keduanya penuh dengan rasa cinta.Hati Rafael bergetar perih melihat itu. Mereka sekarang adalah dua orang yang saling mencintai, Keberadaan dirinya disini seperti obat nyamuk saja. Rafael memutuskan untuk pergi."Erina. Sudah ada Fic disini, aku harus pergi karena harus Ke Stasiun Televisi."Erina mengangguk dan tersenyum hangat kearahnya."Sekali lagi, Terima kasih Rafael." Ucap Erina."Tidak masalah." Ketika Rafael ingin melangkah, Fic memanggilnya."Ada yang ingin aku bicarakan." Fic menyusul langkah Rafael. Sampai diluar mereka berhenti sebentar."Mahendra. Sekali lagi terima kasih atas pertolonganmu. Tetapi kamu harus tetap mengingat satu hal. Erina adalah istriku. Jadi, jangan sekalipun kamu ada niat untuk mendekatinya kembali, apapun itu alasannya."Rafael menatap Fic. "Aku tahu. Tetapi, jika kamu menyakitinya, maka aku tidak akan berpikir dua kali untuk men
Melihat Fic menarik tangan Rafael, Erina langsung melerai."Fic. Ini bukan salah Rafael." Fic menoleh pada Erina, ada perasaan yang tentu tidak nyaman di hati Fic, ketika Jefri menghubunginya. Siang tadi Jefri menjemput Erina, dia tidak dapat menemukan Erina dan Mendengar cerita dari teman teman Erina, jika Erina mengalami luka akibat menyelamatkan Rafael."Apa yang kamu lakukan pada istriku? Lihatlah, dia hampir celaka gara gara menyelamatkan mu!" Fic mencengkram kerah Rafael.Rafael tidak memberi perlawanan, dia juga merasa bersalah."Maafkan Aku Fic. Aku tidak tahu jika Erina menarik tangan Pria itu. Dia mungkin suruhan seseorang yang ingin mencelakaiku. Sungguh maafkan aku. Kejadiannya begitu cepat."Hampir saja Fic memukul Rafael jika saja Erina tidak merintih karena merasakan sakit pada lukanya."Keluar sekarang!" Fic mengusir Rafael.Rafael hanya bisa mengangguk dan keluar dari Ruangan.Kemudian Fic mendekatinya Erina, mengusap kepalanya dan mendaratkan kecupan lembut disana.
Rafael tidak bisa untuk tidak mengingat kejadian di kamar hotel itu. Dia sudah meniduri Alika. Seberapa pun dia telah menyesali kejadian itu, dia merasa sia-sia karena kejadian itu telah membuat Alika mengandung bayinya.Rafael sudah tidak ada niat untuk menikahi Alika, bahkan dia mulai mencurigai Alika sebagai dalang dibalik perpisahannya dengan Erina, tetapi biar bagaimanapun juga sekarang Alika sudah hamil. Dia tidak mungkin membiarkan Alika membunuh darah dagingnya sendiri.Memikirkan itu, Rafael langsung menelpon Alika."Sekarang kamu ada dimana? Aku akan mendatangimu."Alika menyebutkan dimana dia berada. Dia sedang ada dirumahnya.Ibu Alika sangat senang mendapatkan kabar jika Alika saat ini tengah hamil. Rasanya dia sudah tidak sabar Alika akan menjadi Menantu keluarga Adreno."Jaga baik baik kandunganmu. Ini akan menjadi kelemahan Tuan Muda Mahendra."Alika mengangguk saja, sembari tidak sabaran menunggu kedatangan Rafael.Ketika mendengar mobil Rafael memasuki halaman rumahn