"Sudah seharusnya kita laksanakan rencana ini agar kita tidak ketinggalan dari komplotan Martin..."Suara Kakek Noah benar-benar menggelegar. Meski usianya sudah tak muda lagi namun semangatnya untuk melakukan perlawanan tidaklah mudah surut."Kalau menurut saya, ada beberapa orang yang bisa kita jadikan sebagai informan..." Anak buahnya mendekat lalu berbisik.Kakek mengangguk-angguk tanda menyetujui usulan rahasia itu."Jadi saya harapkan orang itu bisa memperlicin urusan ini. Tapi ya kembali lagi Tuan, kita harus berani memberanikan kompensasi yang setimpal dengan apa yang dia mau..." Ucap anak buah yang berbadan kekar seperti algojo."Hmmm... bagiku tidak masalah berapapun yang harus aku bayar. Yang jelas, lahan di dekat area kantor walikota itu harus jadi milikku. Itu saja harapanku... Setelah itu, aku kelak bisa mati dengan tenang!" Titah sang Kakek yang sudah menyadari kalau umurnya sudah tak panjang lagi."Tuan, jangan bicara demikian..." Anak buahnya tentu merasa tidak nyaman
"Apa? Pengasuh?" Apa Ricky tidak salah dengar dengan omongan Kakeknya barusan.Bagaimana bisa dia dijadikan sebagai seorang pengasuh? Apa dia tak bisa mendapatkan posisi yang lebih baik dari sekedar menjadi seorang baby sitter!"Iya. Aku pikir kamu adalah orang yang tepat. Sementara ini Noah dan Ben adalah orang yang masih disibukkan oleh dendam masing-masing. Aku tidak mau Daniel dan Danish hanya akan jadi korban emosional keduanya." Terang Kakeknya."Tapi, Kek... Aku bukan siapa-siapa dari Daniel maupun Danish. Sedangkan Noah dan Ben setidaknya mereka memiliki keterkaitan dengan Aliesha..." Ricky berusaha untuk menolak secara halus.Dia sudah merasa terlalu ikut campur kedua sepupunya, rasanya tidak mungkin lagi jika harus dilibatkan dengan pengasuhan si kembar yang nantinya akan menimbulkan banyak hal pro dan kontra di belakang."Apa salahnya? Justru karena kamu tidak ada kaitan sama sekali dengan mereka, itu yang membuatku menganggap kamu adalah sosok yang tepat menjadi pengasuh s
"Kenapa Kakek sekeras itu pada kedua anakku?" Noah merasa dianak tirikan sekarang. Apa karena dia dulu telah mengkhianati apa yang Kakeknya suruh?Seharusnya memang Noah tak semudah itu membiarkan Aliesha menguasai hatinya.Tapi, siapa yang bisa menolak dan menarik sebuah cinta untuk terjadi di dalam hidupnya?Tak seorangpun bisa mengelak dari panah asmara, bukan?Seperti yang dia duga, tak lama setelah Kakeknya berlalu, Aliesha muncul dengan suaminya. Meskipun dia sudah mencoba untuk berdamai dan menerima keadaan dengan Benedict, tapi melihatnya secara langsung bergandengan tangan dengan Aliesha... masih saja membuat jiwanya berteriak meronta-ronta ingin didengarkan.Siapa yang sanggup melihat orang terkasih bermesraan dengan orang lain yang merupakan sepupu sendiri!?"Noah, kenapa kamu di sini? Apa kamu menjaga si kembar?" Ben mendekat dan duduk di sebelah Noah.Keduanya memegangi mainan si kembar dan tatapan Noah masih tampak hampa."Nggak juga. Tadi aku ke sini karena mereka jatuh
"Tidak usah berbasa-basi lagi, aku hanya ingin pertemuan ini cepat selesai..." Eros tampak tak bisa mengendalikan dirinya. Dia merasa muak saat harus bertemu dengan Martin Zhafir yang kini menertawakan nasibnya. Perubahan drastis dari seorang pangeran kaya raya menjadi tak memiliki apa-apa. Bahkan baju pun itu adalah seragam tahanan. "Kenapa buru-buru? Apa kamu tidak ingin cerita tentang pengalamanmu selama di penjara? Berapa hari kamu masuk, kenapa perilakumu berubah menjadi sejahat ini padaku?" Martin menyindir. Dulu, sempat Eros akan menjadi menantunya. Namun takdir berkata lain. Soraya, mantan istri Martin justru kedapatan selingkuh dengan Eros. Setelah itu, semua berubah. Dan yang membuat Martin sebenarnya menyimpan dendam pada Eros adalah saat dia terpuruk tertangkap basah dengan menyembunyikan istrinya. "Aku tidak mau mempepanjang pembicaraan ini. Katakan saja apa keperluanmu!" Eros tampak tak ingin berlama-lama bersama Martin. "Kalau memang kamu ingin kita secepatnya s
"Turun kalian!" Terdengar pintu mobil digedor oleh sosok seperti algojo, dengan badan berotot dan kekar. Setelah beberapa kali kaca mobil digedor lagi, sopir Martin pun menurunkan kaca mobilnya sedikit. "Ada apa memangnya? Kami mau lewat!" Sopirnya belum mau menyerah begitu saja. Baginya ini adalah pertaruhannya terakhir untuk menyelamatkan sang majikan. Dia tak bisa dengan begitu mudahnya menyerahkan urusan pada penjahat di depannya sekarang. Menang atau mati! "Sudah, jangan banyak bicara! Cepat kalian semua turun..." Perintahnya. Orang-orang yang tadi tercebur ke sungai mulai terlihat telah menyelamatkan diri dari sungai lalu merangkak naik ke jalanan. Baju mereka basah kuyup tapi masih bisa berjalan. Empat orang dengan perawakan tubuh yang sama. "Apa yang harus kita lakukan?" Bisik rekan yang duduk di sebelah sopir. Martin sudah seperti mau pingsan karena tadi baru saja kejar-kejaran layaknya di film action yang membahana. Kini dirinya harus bisa pasrah menerima kenyataan.
"Apa yang dimaui oleh wanita jalang itu, Bi? Apa dia mau dari Ayahku?" Aliesha masih saja merasa sakit hati dengan ulah yang pernah dilakukan ibu tirinya itu pada keluarganya.Berpuluh tahun dia harus menderita secara batin dan menjadi berjarak dengan Ayahnya.Aliesha yang telah kehilangan sosok ibu, justru mendapatkan siksaan betapa pedihnya memiliki ibu tiri sejatah Soraya.Sering kali dia disalahkan dan selalu dipojokkan. Lidahnya yang pandai membuat alasan dan bisa-bisanya selalu menuduh Aliesha melakukan hal yang sebenarnya tak dia lakukan."Ya begitulah, Non." Kata Bi Lastri."Begitu bagaimana? Apa Ayahku masih saja terkena rayuan wanita murahan itu?" Aliesha tak lagi memfilter kata-katanya karena dia tak tahan lagi.Mulutnya terasa gatal setiap kali membicarakan ibu tirinya itu."Sementara ini Tuan Martin masih bersikukuh menolak, Non. Dan Nyonya Soraya sendiri bilang mau jadi apa saja asal diijinkan tinggal di rumah. Dia bilang sudah tak punya tempat tinggal lagi karena anak k
Tok, tok, tok... Bi Lastri mengambil langkah cepat saat Soraya baru saja masuk ke kamar itu. Dia tak ingin membuat kepercayaan Aliesha padanya goyah. Bagaimanapun dia harus menjaga agar Tuan Martin bersikap waras dan tak terkena tipu daya wanita tak punya harga diri itu. "Ada apa Lastri?" Tanya Tuan Martin yang membuka pintu. Tampak Soraya yang tidak begitu suka ketika dia diganggu oleh pembantu yang berani-beraninya lancang dalam turut campur pada urusan majikannya. "Anu, Tuan. Saya mohon maaf jika saya mengganggu..." Bi Lastri bukan pertama kalinya menyela majikan, karena ini dulu juga pernah dia lakukan semasa istri sah Tuan Martin masih hidup. "Ada apa?" Tuan Martin bertanya lagi dan nampak kaget ketika Lastri tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarnya. "Tadi, saya ditelpon oleh Nona Aliesha..." Mendengar nama anaknya disebut, Tuan Martin seperti sadar dari lamunannya. Hampir saja dirinya terbuai oleh rayuan Soraya tadi. Untunglah Bi Lastri cepat-cepat datang sehingga belu
Erangan itu benar-benar memecahkan heningnya malam.Soraya tak henti-hentinya melenguh merasakan sentuhan Martin yang liar seperti pemuda ABG yang baru saja pertama kalinya menyentuh wanita.Liar, ganas dan panas.Itulah yang dirasakan oleh keduanya."Ahhh..."Martin membekap mulut Soraya dengan satu tangannya. Dia tak mau membangunkan orang-orang di rumahnya ini, terutama Bi Lastri.Tadi saat Soraya datang ke kamarnya, dia sebenarnya sudah membuka celana dan bajunya, hanya saja karena tak mau dicap sebagai lelaki mata keranjang yang tak bisa menahan diri, dia harus menemui Lastri.Padahal darahnya sudah mendidih seperti terbakar hebat oleh sentuhan panas Soraya.Setelah mendapati Martin yang tak bisa lepas darinya, Soraya melaksanakan taktiknya untuk menuntun Martin menuju ke dalam kamar di pavilion.Sengaja Soraya menindih tubuh Martin dengan tubuhnya yang penuh dan berisi."Soraya, kamu hangat..." Martin tersen