"Apa yang dimaui oleh wanita jalang itu, Bi? Apa dia mau dari Ayahku?" Aliesha masih saja merasa sakit hati dengan ulah yang pernah dilakukan ibu tirinya itu pada keluarganya.Berpuluh tahun dia harus menderita secara batin dan menjadi berjarak dengan Ayahnya.Aliesha yang telah kehilangan sosok ibu, justru mendapatkan siksaan betapa pedihnya memiliki ibu tiri sejatah Soraya.Sering kali dia disalahkan dan selalu dipojokkan. Lidahnya yang pandai membuat alasan dan bisa-bisanya selalu menuduh Aliesha melakukan hal yang sebenarnya tak dia lakukan."Ya begitulah, Non." Kata Bi Lastri."Begitu bagaimana? Apa Ayahku masih saja terkena rayuan wanita murahan itu?" Aliesha tak lagi memfilter kata-katanya karena dia tak tahan lagi.Mulutnya terasa gatal setiap kali membicarakan ibu tirinya itu."Sementara ini Tuan Martin masih bersikukuh menolak, Non. Dan Nyonya Soraya sendiri bilang mau jadi apa saja asal diijinkan tinggal di rumah. Dia bilang sudah tak punya tempat tinggal lagi karena anak k
Tok, tok, tok... Bi Lastri mengambil langkah cepat saat Soraya baru saja masuk ke kamar itu. Dia tak ingin membuat kepercayaan Aliesha padanya goyah. Bagaimanapun dia harus menjaga agar Tuan Martin bersikap waras dan tak terkena tipu daya wanita tak punya harga diri itu. "Ada apa Lastri?" Tanya Tuan Martin yang membuka pintu. Tampak Soraya yang tidak begitu suka ketika dia diganggu oleh pembantu yang berani-beraninya lancang dalam turut campur pada urusan majikannya. "Anu, Tuan. Saya mohon maaf jika saya mengganggu..." Bi Lastri bukan pertama kalinya menyela majikan, karena ini dulu juga pernah dia lakukan semasa istri sah Tuan Martin masih hidup. "Ada apa?" Tuan Martin bertanya lagi dan nampak kaget ketika Lastri tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarnya. "Tadi, saya ditelpon oleh Nona Aliesha..." Mendengar nama anaknya disebut, Tuan Martin seperti sadar dari lamunannya. Hampir saja dirinya terbuai oleh rayuan Soraya tadi. Untunglah Bi Lastri cepat-cepat datang sehingga belu
Erangan itu benar-benar memecahkan heningnya malam.Soraya tak henti-hentinya melenguh merasakan sentuhan Martin yang liar seperti pemuda ABG yang baru saja pertama kalinya menyentuh wanita.Liar, ganas dan panas.Itulah yang dirasakan oleh keduanya."Ahhh..."Martin membekap mulut Soraya dengan satu tangannya. Dia tak mau membangunkan orang-orang di rumahnya ini, terutama Bi Lastri.Tadi saat Soraya datang ke kamarnya, dia sebenarnya sudah membuka celana dan bajunya, hanya saja karena tak mau dicap sebagai lelaki mata keranjang yang tak bisa menahan diri, dia harus menemui Lastri.Padahal darahnya sudah mendidih seperti terbakar hebat oleh sentuhan panas Soraya.Setelah mendapati Martin yang tak bisa lepas darinya, Soraya melaksanakan taktiknya untuk menuntun Martin menuju ke dalam kamar di pavilion.Sengaja Soraya menindih tubuh Martin dengan tubuhnya yang penuh dan berisi."Soraya, kamu hangat..." Martin tersen
"Tuan, saya sudah meletakkan dia di kamar bawah tanah!" Pagi-pagi buta karyawan Martin menginfokan pada majikannya tentang progress pekerjaannya."Bagus. Apa yang dia lakukan semalaman?""Dia menjerit minta dikeluarkan dan mengatakan kalau dia tidak bersalah sama sekali..." Terang anak buah Martin yang berpakaian seragam serba hitam."Bedebah! Bisa-bisanya wanita yang tak tahu balas budi itu berbohong. Aku sudah mengangkatnya dari tempat pelacuran dan kini dia malah mau membunuhku! Kurang ajar dia memang..." Martin sedikit emosi saat tahu soal kabar terakhir tentang Soraya."Biar saja Tuan, dia mau berkata apa. Sekarang yang penting adalah kita memperlakukan dia dengan hati-hati dan pastikan tidak mengganggu Tuan dan keluarga lagi. Saya sudah menduga kalau ular betina itu memang berniat tidak baik sejak dulu pada Tuan!" Akunya.Martin sedikit kaget dengan pengakuan anak buahnya itu. Bagaimana bisa dia merahasiakan dan mendiamkan sebuah hal penting ini?"Lalu kenapa kamu diam saja dan
Noah berjalan menjauhi Kakeknya. Lantas tak sengaja dia bertemu dengan Aliesha yang sendirian berdiri di teras depan.Mungkin saja wanita cantik berbalut busana merah maroon itu sedang menunggu seseorang. "Aliesha!"Noah memanggilnya. Dia tahu wanita itu tak lagi berminat untuk melihat rupanya apalagi berbincang bersama.Tak juga mendapatkan respon, Noah semakin mendekatinya. Dia mengamati bentuk lekukan tubuh sosok yang telah melahirkan kedua anaknya itu."Aliesha... kenapa tidak menjawabku?"Sosok wanita cantik itu malah membuang muka dan pura-pura sibuk dengan ponselnya. Jari tangannya tampak men-scroll layar sentuh yang membuat kedua matanya terpukau dan tak beralih ke yang lain."Apa kamu sebegitu bencinya padaku sampai-sampai tak ingin mengatakan sesautu padaku?" Tanya Noah lagi.Dia kesal betapa orang-orang di sekitarnya begitu mudahnya mengacuhkannya."Baiklah. Kalau kamu tak ingin tahu soal Ayahmu, lebih baik aku menjauh sejauh-jauhnya."Tanpa banyak pikir panjang, Noah melan
"Ricky?" Tanya Noah lagi saat mendekati sosok yang mengenakan kaos dengan warna yang sama dengan kaos yang biasa dikenakan oleh sepupunya."Maaf, Anda siapa? Saya bukan Ricky, sepertinya Anda salah orang ya..." Jawab lelaki yang berperawakan mirip dengan sepupunya itu.Noah hanya bisa mengakui kesalahannya dan meminta maaf. "Maafkan saya. Iya, saya pikir Anda adalah sepupuku... maaf ya?"Sosok itu nampak terganggu karena sedang berduaan dengan seorang gadis cantik di sampingnya.Tapi, sepertinya tadi dari kejauhan, Noah benar-benar melihat Ricky dengan mata kepalanya sendiri. Tak mungkin penglihatannya salah.Lelaki tampan berwajah khas Eropa itu akhirnya menuju ke parkiran mobil. Belum sampai dia membuka pintu mobilnya, tiba-tiba dia mendapatkan telepon dari Benedict."Halo, Ben ada apa?" Noah bertanya sambil membuka pintunya.Saat tubuhnya telah masuk mobil dan duduk dengan nyaman, dia tak langsung menutup pintu. Melainkan dia memastikan bahwa barang bawaannya terbawa. Tadi Bi Lastr
"Tuan, apa yang sedang Tuan Martin lakukan pada saya? Tuan... kumohon..." Kata Lastri yang merasa risih karena tangan Martin sudah merayap ke mana-mana.Selama hampir sepuluh tahun ini, Lastri memang sudah menjanda. Sejak itu pula dia tak lagi pernah merasakan sentuhan seorang laki-laki."Aku tidak melakukan apa-apa padamu..." Kata Martin yang membela diri sehingga Lastri tidak bereaksi berlebihan."Tuan... ini..." Lastri sengaja menampik tangan itu agar tak terus menerus mendekatinya.Tak lama berselang, salah satu anak buah Martin datang mendekati mereka.Ini membuat baik Martin maupun pembantunya terkejut bukan main."Maaf saya mengganggu Tuan..." Terlihat anak buahnya itu membungkukkan badan karena tidak enak menyela Tuan Martin dan dia datang di saat yang tidak diinginkan."Tak apa-apa. Karena kau sudah terlanjur menggangguku. Maka sekarang katakan apa maksudmu menemuiku sekarang." Ucap Martin yang tampak tak begitu suka pada anak buahnya yang nyelonong masuk tanpa memberi tahu t
"Baiklah, Tuan Martin, saya berjanji akan datang nanti malam... Tapi, sekarang tolong lepaskan saya dulu..." Dengan penuh manja Bi Lastri meminta sang majikan untuk melepaskan dirinya.Sepertinya memang Tuan Martin tak bisa menahan diri lama-lama untuk tidak menyentuh wanita. Baginya, sekarang bukan soal mencari gadis muda belia atau wanita yang usianya terpaut jauh darinya. Asalkan wanita itu bisa membersamainya di masa tua.Dan Lastri, adalah salah satu wanita yang terbukti bisa loyal serta setia pada keluarganya.Siapa yang meragukan kebaktian Lastri pada dirinya? Siapa yang tak tahu apa saja pengorbanan yang sudah Lastri lakukan. Mengapa dia tak menyadari bahwa di balik baju seragamnya itu Lastri telah berhasil menyembunyikan tubuh molek dan wajah cantiknya."Aku akan melepaskan kamu, kalau kamu mau menurutiku dan berjanji nanti menemuiku. Jangan coba-coba untuk kabur..."Lastri terpaksa lari dengan gaya layaknya anak muda yang dimabuk asmara. Ini hanya acting, Lastri... Dia harus