"Ricky?" Tanya Noah lagi saat mendekati sosok yang mengenakan kaos dengan warna yang sama dengan kaos yang biasa dikenakan oleh sepupunya."Maaf, Anda siapa? Saya bukan Ricky, sepertinya Anda salah orang ya..." Jawab lelaki yang berperawakan mirip dengan sepupunya itu.Noah hanya bisa mengakui kesalahannya dan meminta maaf. "Maafkan saya. Iya, saya pikir Anda adalah sepupuku... maaf ya?"Sosok itu nampak terganggu karena sedang berduaan dengan seorang gadis cantik di sampingnya.Tapi, sepertinya tadi dari kejauhan, Noah benar-benar melihat Ricky dengan mata kepalanya sendiri. Tak mungkin penglihatannya salah.Lelaki tampan berwajah khas Eropa itu akhirnya menuju ke parkiran mobil. Belum sampai dia membuka pintu mobilnya, tiba-tiba dia mendapatkan telepon dari Benedict."Halo, Ben ada apa?" Noah bertanya sambil membuka pintunya.Saat tubuhnya telah masuk mobil dan duduk dengan nyaman, dia tak langsung menutup pintu. Melainkan dia memastikan bahwa barang bawaannya terbawa. Tadi Bi Lastr
"Tuan, apa yang sedang Tuan Martin lakukan pada saya? Tuan... kumohon..." Kata Lastri yang merasa risih karena tangan Martin sudah merayap ke mana-mana.Selama hampir sepuluh tahun ini, Lastri memang sudah menjanda. Sejak itu pula dia tak lagi pernah merasakan sentuhan seorang laki-laki."Aku tidak melakukan apa-apa padamu..." Kata Martin yang membela diri sehingga Lastri tidak bereaksi berlebihan."Tuan... ini..." Lastri sengaja menampik tangan itu agar tak terus menerus mendekatinya.Tak lama berselang, salah satu anak buah Martin datang mendekati mereka.Ini membuat baik Martin maupun pembantunya terkejut bukan main."Maaf saya mengganggu Tuan..." Terlihat anak buahnya itu membungkukkan badan karena tidak enak menyela Tuan Martin dan dia datang di saat yang tidak diinginkan."Tak apa-apa. Karena kau sudah terlanjur menggangguku. Maka sekarang katakan apa maksudmu menemuiku sekarang." Ucap Martin yang tampak tak begitu suka pada anak buahnya yang nyelonong masuk tanpa memberi tahu t
"Baiklah, Tuan Martin, saya berjanji akan datang nanti malam... Tapi, sekarang tolong lepaskan saya dulu..." Dengan penuh manja Bi Lastri meminta sang majikan untuk melepaskan dirinya.Sepertinya memang Tuan Martin tak bisa menahan diri lama-lama untuk tidak menyentuh wanita. Baginya, sekarang bukan soal mencari gadis muda belia atau wanita yang usianya terpaut jauh darinya. Asalkan wanita itu bisa membersamainya di masa tua.Dan Lastri, adalah salah satu wanita yang terbukti bisa loyal serta setia pada keluarganya.Siapa yang meragukan kebaktian Lastri pada dirinya? Siapa yang tak tahu apa saja pengorbanan yang sudah Lastri lakukan. Mengapa dia tak menyadari bahwa di balik baju seragamnya itu Lastri telah berhasil menyembunyikan tubuh molek dan wajah cantiknya."Aku akan melepaskan kamu, kalau kamu mau menurutiku dan berjanji nanti menemuiku. Jangan coba-coba untuk kabur..."Lastri terpaksa lari dengan gaya layaknya anak muda yang dimabuk asmara. Ini hanya acting, Lastri... Dia harus
"Apa yang terjadi pada Kakek?" Ben terus bertanya pada Noah. Mereka berdua buru-buru pergi setelah memberikan uang dua lembar seratus ribuan pada pelayan. "Om, sisa kembaliannya?" Tanya kasir. Noah berlari keluar sambil berteriak, "Ambil saja sebagai tip untuk kalian..." "Noah, jawab dulu apa yang terjadi pada Kakek?" Ben ikut berlari dan berusaha mensejajari Noah. "Kakek tadi sempat tidak sadarkan diri. Sebaiknya aku segera ke sana. Apa kamu mau ikut juga?" Noah membuka kunci mobilnya. Sementara Ben masih mencari di mana dia parkir mobilnya tadi. "Aku harus pulang dulu, setelah itu aku akan ke rumah sakit menyusulmu." Ben teringat bahwa seharusnya Aliesha tadi memintanya untuk pulang segera. Sementara sekarang waktu sudah lewat pukul sebelas malam. "Mungkin sebaiknya kamu langsung ke rumah sakit. Beri tahu saja kalau ini emergency..." Kata Noah menyela. Dia tak suka ketika sepupunya itu lebih mementingkan istrinya dari pada kakek mereka. Bilang saja kamu tidak suka kalau Al
Di malam yang sama, di kediaman Martin Zhafir sedang terjadi hal romantis yang telah lama dilupakan penghuninya.Jelas terlihat Martin yang duduk di kursi panjang dan bersantai di bawah temaramnya sinar rembulan."Lastri?" Karena mendengar suara dari belakangnya, ia menduga sosok itu adalah Bi Lastri, sang pembantu yang sudah berjanji akan bertemu.Dan memang benarlah dugaannya."Maaf Tuan... saya datang terlambat!" Sahutnya dengan nafas terputus-putus dan barulah Martin menyadari kalau Lastri mengenakan pakaian serba transparant di cuaca yang cukup dingin malam ini."Cuaca di luar sangat dingin, sebaiknya kita masuk saja ke dalam. Aku tidak mau membuat kamu masuk angin. Ingat umur kita sudah tidak muda lagi." Titah Martin lantas memberikan jaketnya untuk diselimutkan di tubuh Lastri."Ah, terima kasih, Tuan..." Dia kemudian memegangi sendiri jaket itu agar tak terjatuh.Keduanya masuk ke dalam rumah lalu menutup pintunya rapat-rapat.Di dalam rumah mewah ini, Bi Lastri lambat laun su
Setelah Martin menuntaskan hajatnya, barulah dia mengenakan pakaiannya kembali. Sudah tak ada waktu untuk mandi atau melakukan hal lainnya sebelum dia keluar dari kamar. Dia langsung mengajak anak buahnya menuju ke rumah sakit tempat di mana Kakek Noah dirawat. "Siapa saja yang ada di sana? Kupikir kita akan sampai di sana sekitar jam setengah enam pagi." Martin melihat jam tangan mewah yang baru saja dia pasang di pergelangan tangan kirinya. "Betul, Tuan. Saya juga berpikir demikian..." Aroma tubuh Martin sudah dibalut oleh parfum untuk menghilangkan jejak Bi Lastri di tubuhnya. Dia bahkan memakai syal tebal agar tak memperlihatkan kondisi lehernya yang tadi terkena cakaran Bi Lastri. "Siapkan orang untuk menunjukkan jalanku ke kamarnya. Pastikan area sudah clear sehingga aku bisa leluasa ke sana." Martin mengenakan kaca mata hitam dengan sengaja untuk menyamar dan membuat orang yang bertemu dengannya tak mudah mengenali. "Siap, Tuan. Selain Peter ada dua orang lagi di dalam. U
"Dari mana saja Tuan?" Bi Lastri rupanya sudah menunggu di depan pintu rumah. Tak biasanya Bi Lastri bangun kesiangan begini. Ini dikarenakan dia semalam bertempur melawan majikannya di atas ranjang panas.Dengan wajah tersipu malu, Bi Lastri membukakan kedua pintu rumah yang besar itu untuk Tuan Martin.Sementara anak buahnya yang lain diperintahkan untuk segera kembali ke pavilion masing-masing. Sekarang ini Tuan Martin tidak ingin mencampuradukkan kehidupan pribadi dengan pekerjaan.Dia sangat membutuhkan privasi.Setelah Bi Lastri merapatkan pintunya kembali, Tuan Martin menyerahkan jas warna putih dengan name tag yang tadi ia kenakan dan menyuruh Bi Lastri untuk menyimpannya di tempat yang aman."Simpan ini!" Wanita paruh baya bertubuh sintal itu sebenarnya berharap Tuan Martin akan memperlalukkannya dengan manis seperti semalam. Nyatanya pria itu berubah menjadi netral kembali.Tidak ada ciuman atau belaian yang seharusnya diberikan setelah apa yang terjadi pada keduanya semal
Di bawah guyuran shower, Aliesha setidaknya bisa membuat pikirannya lebih tenang dan jernih. Wanita bertubuh seksi dan berkulit putih itu menikmati setiap tetesan air yang merambat dari ujung atas tubuhnya yang membasahi semua rambut kepalanya. Setelah dia menyelesaikan mandi, segera ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Pun begitu dengan kepalanya, dia membalut dengan handuk yang lain. Tak terasa dia menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk membersihkan diri di kamar mandi. Sengaja tadi dia menggunakan lulur pembersih badan agar sewaktu-waktu suaminya datang, dia sudah dalam keadaan bersih. Ketika keluar dari kamar mandi, dia mendapati Ben sudah duduk di ranjang dengan wajah kusut. "Kamu sudah pulang?" Tanya Aliesha sambil membenarkan letak handuk yang menutup sebagian dadanya. "Iya. Aku mau mandi dulu..." Ben masuk ke kamar mandi tanpa banyak bicara. Aliesha paham pastilah suaminya sangat kelelahan. Sekitar lima menit kemudian, Ben sudah keluar dan memakai handuk yang