Di malam yang sama, di kediaman Martin Zhafir sedang terjadi hal romantis yang telah lama dilupakan penghuninya.Jelas terlihat Martin yang duduk di kursi panjang dan bersantai di bawah temaramnya sinar rembulan."Lastri?" Karena mendengar suara dari belakangnya, ia menduga sosok itu adalah Bi Lastri, sang pembantu yang sudah berjanji akan bertemu.Dan memang benarlah dugaannya."Maaf Tuan... saya datang terlambat!" Sahutnya dengan nafas terputus-putus dan barulah Martin menyadari kalau Lastri mengenakan pakaian serba transparant di cuaca yang cukup dingin malam ini."Cuaca di luar sangat dingin, sebaiknya kita masuk saja ke dalam. Aku tidak mau membuat kamu masuk angin. Ingat umur kita sudah tidak muda lagi." Titah Martin lantas memberikan jaketnya untuk diselimutkan di tubuh Lastri."Ah, terima kasih, Tuan..." Dia kemudian memegangi sendiri jaket itu agar tak terjatuh.Keduanya masuk ke dalam rumah lalu menutup pintunya rapat-rapat.Di dalam rumah mewah ini, Bi Lastri lambat laun su
Setelah Martin menuntaskan hajatnya, barulah dia mengenakan pakaiannya kembali. Sudah tak ada waktu untuk mandi atau melakukan hal lainnya sebelum dia keluar dari kamar. Dia langsung mengajak anak buahnya menuju ke rumah sakit tempat di mana Kakek Noah dirawat. "Siapa saja yang ada di sana? Kupikir kita akan sampai di sana sekitar jam setengah enam pagi." Martin melihat jam tangan mewah yang baru saja dia pasang di pergelangan tangan kirinya. "Betul, Tuan. Saya juga berpikir demikian..." Aroma tubuh Martin sudah dibalut oleh parfum untuk menghilangkan jejak Bi Lastri di tubuhnya. Dia bahkan memakai syal tebal agar tak memperlihatkan kondisi lehernya yang tadi terkena cakaran Bi Lastri. "Siapkan orang untuk menunjukkan jalanku ke kamarnya. Pastikan area sudah clear sehingga aku bisa leluasa ke sana." Martin mengenakan kaca mata hitam dengan sengaja untuk menyamar dan membuat orang yang bertemu dengannya tak mudah mengenali. "Siap, Tuan. Selain Peter ada dua orang lagi di dalam. U
"Dari mana saja Tuan?" Bi Lastri rupanya sudah menunggu di depan pintu rumah. Tak biasanya Bi Lastri bangun kesiangan begini. Ini dikarenakan dia semalam bertempur melawan majikannya di atas ranjang panas.Dengan wajah tersipu malu, Bi Lastri membukakan kedua pintu rumah yang besar itu untuk Tuan Martin.Sementara anak buahnya yang lain diperintahkan untuk segera kembali ke pavilion masing-masing. Sekarang ini Tuan Martin tidak ingin mencampuradukkan kehidupan pribadi dengan pekerjaan.Dia sangat membutuhkan privasi.Setelah Bi Lastri merapatkan pintunya kembali, Tuan Martin menyerahkan jas warna putih dengan name tag yang tadi ia kenakan dan menyuruh Bi Lastri untuk menyimpannya di tempat yang aman."Simpan ini!" Wanita paruh baya bertubuh sintal itu sebenarnya berharap Tuan Martin akan memperlalukkannya dengan manis seperti semalam. Nyatanya pria itu berubah menjadi netral kembali.Tidak ada ciuman atau belaian yang seharusnya diberikan setelah apa yang terjadi pada keduanya semal
Di bawah guyuran shower, Aliesha setidaknya bisa membuat pikirannya lebih tenang dan jernih. Wanita bertubuh seksi dan berkulit putih itu menikmati setiap tetesan air yang merambat dari ujung atas tubuhnya yang membasahi semua rambut kepalanya. Setelah dia menyelesaikan mandi, segera ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Pun begitu dengan kepalanya, dia membalut dengan handuk yang lain. Tak terasa dia menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk membersihkan diri di kamar mandi. Sengaja tadi dia menggunakan lulur pembersih badan agar sewaktu-waktu suaminya datang, dia sudah dalam keadaan bersih. Ketika keluar dari kamar mandi, dia mendapati Ben sudah duduk di ranjang dengan wajah kusut. "Kamu sudah pulang?" Tanya Aliesha sambil membenarkan letak handuk yang menutup sebagian dadanya. "Iya. Aku mau mandi dulu..." Ben masuk ke kamar mandi tanpa banyak bicara. Aliesha paham pastilah suaminya sangat kelelahan. Sekitar lima menit kemudian, Ben sudah keluar dan memakai handuk yang
Noah menekan nomor yang tertera di ponselnya. Sengaja memang dia tak menyimpan nomor wanita itu.Tapi, dia yakin seratus persen akan mendapatkan jawaban darinya.Paling tidak, Noah akan mendapatkan clue.Lama sekali tidak diangkat. Ke mana saja wanita itu? Kenapa tak responsif seperti biasanya?Noah mulai cemas dan berpikiran buruk. Apakah dia ketahuan sehingga sekarang memutuskan kontak dengan Noah?Entahlah. Yang jelas sekarang ini dia harus mendapatkan informasi darinya."Noah, siapa yang kamu hubungi?" Tanya Ricky yang mengikuti Noah keluar ruangan."Aku menghubungi temanku. Tapi sejak tadi tidak diangkat juga. Hmm, sebaiknya aku pulang dulu ke rumah. Jangan sampai kamar Kakek tidak dijaga siapapun. Aku akan segera kembali ke sini nanti..." Noah menepuk pundak sepupunya dan berjalan menuju lift.Di situlah dia bertemu seorang lelaki bertubuh tegap yang memakai masker. Dia nampak bukan seorang staff ataupun dokter. Saa
"Bawa aku sekarang ke sana! Biar aku tidak muncul dan menghantui kalian sekeluarga. Aku tahu aku selalu dicurigai di sini..." Aliesha meninggikan nada bicaranya sekuat mungkin.Sementara Noah yang sudah tersulut oleh emosi sekaligus nafsunya, menyetujui dan menyeret Aliesha keluar kamar. Karena ingat dia tak bisa berjalan, Noah menggendong lalu meletakkannya duduk di mobilnya yang terparkir di dekat teras depan. Musnah sudah keinginannya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang telah lelah semalaman berjaga menunggu Kakek. Tak ada lagi keinginan untuk membaringkan tubuh yang sejatinya telah meronta ingin direbahkan sejenak di atas ranjang.Baginya sekarang ini yang lebih penting adalah menunjukkan pada Aliesha kalau dia tak akan pernah main-main dengan niatnya."Diamlah di sini!" Noah kemudian mengambing di tempat kecil yang biasanya menyediakan car seat untuk balita. Dia memasang dua car seat itu di belakang dan menggendong dua anak kembarnya sekaligus.Tanpa pikir panjang, dia menyal
"AAYAAAAH?" Aliesha sekali lagi memanggilnya. Sosok tua itu tak menyadari kalau dirinya dilihat oleh anak perempuannya sendiri. Dalam kondisi yang tak seharusnya.Ditambah lagi saat sosok wanita yang ada di bawahnya itu menoleh ke arah Aliesha.Aliesha semakin terkejut dibuatnya. Ini adalah pemadangan yang tak pernah dibayangkannya akan terjadi di dunia nyata."BI LASTRIII????" Suara Aliesha makin menjadi-jadi. "Apa yang kalian berdua lakukan?"Aliesha segera pergi meninggalkan dua orang yang dimabuk cinta itu."Aliesha, dengarkan Ayah!" Ayahnya mengejar namun barulah dia sadar kalau tidak memakai apa-apa. Bajunya tertinggal di kamar.Sementara Bi Lastri dilanda oleh rasa malu yang luar biasa.Bagaimana bisa mereka dipergoki oleh Aliesha dan Noah sekaligus? Bagaimana mereka berdua bisa datang ke sini?"Tak kusangka Bi Lastri malah selangkah lebih maju. Aku bingung..." Noah sudah berjalan menjauh namun komentarnya sengaja dia buat lantang.Tak lama kemudian Aliesha sudah turun ke bawa
"Bangunlah! Apa yang kamu lakukan di sini?" Aliesha ikut hujan-hujanan dan memukul-mukul punggungnya.Tak juga bereaksi, Aliesha akhirnya berteriak ke dalam rumah dan mencari bantuan.Beberapa orang pembantu lelaki membopong tubuh itu untuk kembali ke pavilion.Terpaksa mereka harus melepaskan seluruh pakaiannya yang basah kuyup."Nona, dia harus diganti bajunya..." Kata salah satu pembantu. "Terakhir kemarin saya lihat, di sini ada beberapa baju yang tertinggal di lemari. Mungkin itu baju-baju milik Noah jaman dulu."Pembantunya itu mengambil beberapa lembar baju."Biar aku saja yang menggantikan." Aliesha mengambil baju itu dari tangan pembantunya dan menyuruh mereka pergi. "Bawakan aku teh panas dan sepiring bubur ayam. Aku tahu tadi Sari memasakkannya untuk si kembar.""Baik, Non. Kami ke dalam dulu..."Seperginya pembantu-pembantu itu, barulah Aliesha menyadari kalau dia dan Noah bukanlah suami istri lagi.Tentu dia agak ragu, tapi melihat kondisi Noah yang melemah, tak ada pilih