“Apa maksud Anda?!” tanya Annelies seraya menyatukan alis.Wajahnya berangsur muram saat membaca ekspresi dingin Eugen.“Big Boss tidak selamanya bersama Nona. Jadi berhentilah sebelum Anda terluka. Ini peringatan pertama dan terakhir kalinya!” sahut Eugen dengan sorot tegas.Alih-alih gentar, Annelies justru tersenyum tipis. Dirinya sudah pernah menghadapi Kaelus yang menentang hubungannya dengan Dan Theo, maka Eugen juga bukan masalah. Seperti itu pikirnya.“Saya tidak peduli ancaman apapun yang Anda katakan. Hubungan ini tentang Dan Theo dan saya. Bukan orang lain ataupun organisasi kalian. Dan Theo memilih saya. Dan saya menerimanya!” Annelies berkata tajam.Akan tetapi, penegasan darinya tak meruntuhkan wajah kaku Eugen.Lelaki tersebut menatap lebih tajam seraya berkata, “sepertinya Anda salah paham. Big Boss memang menguasai organisasi, tapi Big Boss tidak akan bisa mencintai seorang wanita. Karena itu bukan haknya!”Ya, Eugen yang bekerja langsung di bawah ketua organisasi tau
“Jika Anda tidak menyerahkan anak-anak berisi Raica Ruby pada Master sebelum tengah malam, mereka akan melenyapkan Kaelus!” Vivian berkata dengan wajah tegang.Dan Theo menilik wanita itu dengan tatapan curiga. ini sangat aneh. Bagaimana bisa Logan tiba-tiba tau kalau dia-lah yang membawa anak-anak tersebut?‘Kaelus tidak mungkin buka mulut semudah itu. Meski dia hampir mati, Kaelus tetap setia pada organisasi. Lalu dari mana Logan tau?!’ Dan Theo memicing tajam. ‘Wanita ini! Dia sangat mudah mengkhianati geng Ceko, tidak mustahil dia mengkhianatiku ‘kan?!’“Kau. Bagaimana aku bisa mempercayaimu?!” tukas Dan Theo tajam.Melihat ekspresi dingin pria itu, Vivian langsung berkata, “sa-saya tidak berbohong. Saya saja hampir mati ketakutan karena menguping pembicaraan mereka. Karena jika Master tau saya mata-mata, leher saya akan putus saat itu juga!”Situasi jadi hening karena Dan Theo hanya bungkam. Itu membuat Vivian penasaran.“A-apa Anda akan menyerahkan anak-anak? Waktu kita tidak ba
Lengan Eugen terangkat melindungi wajah saat mobilnya terguling beberapa meter. Suara gubrakan dari tabrakan itu terdengar kencang, hingga membuat petugas keamanan keluar posnya.“Hah! Ada tabrakan?!” Petugas keamanan berbadan gempal membelalak.Dia dan rekannya yang jangkung langsung mendekati lokasi. Namun, baru beberapa langkah berlari, tiba-tiba seseorang dari truk melesatkan peluru pada mereka.“Ugh!” Petugas keamanan yang jangkung seketika ambruk saat anak timah itu menembus dahinya.“Hei, a-apa yang terjadi—”Belum tuntas ucapan petugas berbadan gempal, mendadak dada kirinya tertembak. Dia jatuh tersungkur di sebelah rekannya yang sudah tak bernyawa.‘Brengsek! Siapa bajingan ini?!’ batin Eugen memaki saat melihat orang-orang tertembak.Kepalanya yang berlumuran darah sangat pusing. Apalagi kini posisi mobilnya terbalik karena tabrakan tadi.“Argh!” Eugen mengerang saat berusaha melepas sabuk pengaman.Meski tubuhnya serasa remuk, tapi Eugen berupaya keras untuk keluar dari mob
“Kenapa aku harus peduli pada putrimu?!” Dan Theo mendecak sengit. Dan itu memicu tawa Logan terkuar keraas. Dia terbahak-bahak hingga menggema ke seluruh sudut ruangan. “Aish, dasar bajingan! Kau pikir bisa menipuku? Aku tau sangat mengukai jalang itu!” dengus Logan memicing tajam. “Berhenti omong kosong. Aku datang bukan untuk ini!” sambar Dan Theo menyatukan alisnya. “Kalau begitu harusnya kau menyerahkan anak-anak itu, sialan! Kau berani mencuri barangku. Kau pikir bisa lolos begitu saja?!” Logan menyahut berang. “Baik atau buruk, aku selalu membalas seseorang dua kali lipat!” Logan mengambil ponselnya untuk menelepon anteknya yang menahan Annelies di L&F Cosmetic. Dengan tatapan sengit, dia pun memerintah. “Jatuhkan jalang itu!” “Baik, Master!” sahut anteknya dari seberang. Dari video di proyektor tadi, antek Logan tampak melepas ikatan di satu tangan Annelies. Seketika lengan Annelies terkulai. Itu memicu kecemasan Dan Theo membengkak. ‘Brengsek! Logan memang bajingan gi
Vivian menelan saliva amat berat seraya berkata, “Tu-tuan, Anda salah paham. Saya … saya tidak—” “Tutup mulutmu, dasar jalang!” sahut Casper semakin menekan pistol di pelipis Vivian. “Bisa-bisanya tikus kecil sepertimu ada di markas ini. Master paling benci pengkhianat, kau pikir akan selamat?!” “Sa-saya mohon, Tuan. Tolong … ampuni saya sekali ini saja,” tutur Vivian dengan keringat dingin memenuhi tengkuknya. Wanita itu bergidik. Wajah putus asanya menegang seolah berteriak minta bantuan. Namun, ketika anak buah Dan Theo hendak mengacungkan pistolnya, Casper langsung melesatkan peluru hingga menembus kepala Vivian. “Hah?!” Anggota Caligo di sana terbelalak melihat Vivian ambruk. Darah wanita itu merembes dari pelipisnya yang ditembus anak timah. Dan saat itulah, para bawahan Dan Theo menyerang Casper bersamaan. Mereka mengeluarkan belati dan langsung melayangkannya pada Casper yang hanya datang sendiri. Meski terdesak, tapi Casper dengan sigap menangkis tangan anak buah Dan The
‘Obatnya sudah menyebar terlalu lama. Annelies bisa dalam bahaya jika tidak bisa mengendalikan Raica Ruby dalam tubuhnya!’ batin Dan Theo dengan alis bertaut. Ya, Dan Theo sangat hafal reaksi orang awam yang belum pernah tersentuh narkoba. Apalagi Raica Ruby jenis obat dengan kualitas tinggi. Tentu saja membuat Annelies hampir mati. Tubuh wanita itu menggigil. Dia seperti kedinginan, tapi keringat memenuhi dahi dan tengkuknya hingga basah. Bahkan napasnya kini sangat lemah. “Tidak, Annelies. Kau bisa, kau harus bertahan!” tutur Dan Theo yang lantas membaringkan tubuh istrinya. Dia melepas jas hitamnya, lalu menggulungnya untuk menyangga kepala Annelies. Dan Theo melonggarkan kancing di kerah wanita itu untuk melancarkan saluran pernapasan. Sialnya, pria itu sudah tak bisa merasakan napas dari hidung Annelies. “Aish!” Dan Theo mendesis dan langsung memeriksa nadi istrinya. Kecemasan pun naik ke mercu kepala Dan Theo saat tak merasakan denyut apapun. Tanpa membuang waktu, pria itu
WARNING: chapter ini mengandung konten sensitive!“Bajingan gila!” Seorang antek geng Ceko mengumat tajam begitu melihat kepala Vivian.Beberapa anggota lainnya mengerjap, tapi apa yang mereka lihat tidak berubah. Mata Vivian terbuka lebar dan itu tampak menyeramkan. Ya, Casper sengaja memenggal mayat Vivian dan membawa kepala wanita itu sebagai ancaman untuk geng Ceko.Sebagian dari mereka menutup mulut karena mual. Sedangkan sejumlah anggota lainnya bersiaga mengeluarkan belati dan mengarahkannya pada Casper.“Dasar cecunguk sialan! Kau cari mati, ya?!” decak antek Ceko yang bertato gurita.Dia memberi kode pada rekannya untuk menyerang Casper dari berbagai sisi. Mereka pun maju bersamaan, tapi Casper menghindar dengan lincah dan lantas menghajar antek yang berniat menusuk pinggangnya.Bahkan Casper berhasil merebut belati seorang antek Ceko. Dia mencekal antek itu dari belakang, lantas mengarahkan belati tepat di lehernya.“Tikus seperti kalian bukan tandinganku!” Casper mendecak s
“Ini bukan apa-apa.” Dan Theo berkata tenang. Namun, Annelies tau. Dan Theo selalu menahan semuanya dan tak ingin terlihat lemah.“Tidak. Padahal kita tadi di rumah sakit, kenapa kau diam saja kalau terluka?” tukas Annelies amat cemas. Alih-alih menjawab, Dan Theo malah melirik perut bawahnya. Dia sendiri tidak sadar kapan mendapat luka itu. Mungkinkah saat bertarung dengan Logan?“Istriku, kau tidak perlu khawatir. Ini hanya sayatan kecil, jadi … ugh!” Dan Theo seketika mengernyit karena tiba-tiba Annelies menekan perutnya.“Jangan beralasan. Kau sering bilang bukan luka apa-apa, hanya luka kecil dan banyak alasan lain, padahal ini sakit sekali ‘kan?!” Annelies mengomel.Dirinya sering berutang nyawa pada Dan Theo. Jadi dia tak ingin pria ini terluka karenanya. Tanpa menunggu bantahan, Annelies pun menarik Dan Theo agar duduk di sofa ruang tengah. “Tunggu di sini. Aku akan mengambil kotak obat!” titah sang wanita tegas.Dan Theo bungkam. Dia justru menyeringai tipis saat punggung
"Tuan Velos, kenapa Anda kembali?" tukas J4 saat berpaling ke belakang. Ya, kini mereka sedang berada di markas geng Ceko untuk mengawasi produksi Raica Ruby. Velos lebih dulu masuk karena J4 masih bertelepon dengan seseorang. Tapi alih-alih menjawab J4, Velos malah menyidik, "apa yang kau sembunyikan?""A-apa maksud Anda? Saya tidak menyembunyikan apapun. Mari, kita harus segera melihat proses produksinya 'kan?"J4 Melangkah lebih dulu. Tatapannya yang sinis, memicu rasa curiga Velos menebal. Jelas sekali dugaan Velos tak pernah meleset.'Bajingan ini! Kau tidak bisa membodohiku!' umpat Velos dalam batin.Dirinya menyusul anak buah Eugen itu, lalu mendecak berang, "J4!"Tanpa menunggu lelaki tersebut menoleh, Velos langsung merengkuh bahunya dengan kasar. Bahkan dia tak segan melayangkan pukulan amat keras. Tapi sial, refleks J4 cukup bagus. Dia dengan sigap membalas pukulan Velos. Kepalan tangannya mengincar wajah pria tersebut, tapi beruntung Velos menghindar dengan gesit.'Siala
“Ayah! Saya tidak menyetujui pernikahan ini!” Dan Theo berujar tegas. Sorot matanya amat tajam, seakan mengibarkan bendera perang pada Anthony. Namun, ayahnya juga tak gentar. Lelaki itu mengeraskan rahangnya seraya menimpali tedas. “Keputusan itu bukan ada di tanganmu, Theodore!”Tanpa menunggu balasan sang putra, Anthony langsung keluar dari ruangan tersebut. Eugen dan beberapa bawahannya pun menunduk hormat. “Awasi dia, jangan biarkan siapapun masuk. Panggil dia nanti malam saat keluarga Howard datang!” tukas Anthony memerintah. Eugen mengangkat kepala seraya menjawab tegas. “Baik, Tuan Besar!”Hingga malam harinya, Eugen benar-benar membebaskan Dan Theo. Ketika anak buahnya sibuk melepas ikatan rantainya, Eugen pun memberitahukan jadwal acara malam nanti. “Big Boss, pukul delapan malam keluarga Howard akan mendatangi Caligo. Tuan Besar meminta Anda bersiap dari sekarang,” tukas Eugen yang terus menatap Dan Theo. Lawan bincangnya yang bungkam, justru membuatnya was-was. Seba
Dan Theo melirik sekitar sembari memaki dalam batin, ‘sialan! Eugen dan anggotanya pasti membawaku ke Sociolla!’Asumsi pria itu semakin kuat kala mengingat ruangan ini. Dulu, Dan Theo remaja pernah disekap berbulan-bulan di tempat ini. Dirinya disiksa habis-habisan, bahkan betisnya tertembak tiga peluru karena mencoba kabur dari mansion Caligo. Itu saat Anthony memaksa Dan Theo membunuh manusia untuk pertama kalinya!Ya, meski Dan Theo berhasil menyelesaikan tugas berat itu, tapi dirinya nyaris gila. Anthony memaksanya melenyapkan sekelompok penyusup keesokan harinya. Setiap hari, jumlah orang yang harus Dan Theo bunuh semakin bertambah. Ini benar-benar mengikis kewarasannya. Bahkan beberapa anak angkat Anthony lainnya bunuh diri karena hilang akal. Di antara mereka, hanya Dan Theo yang mendekati kesempurnaan dan mampu bertahan di bawah tekanan Anthony. Semakin lama Dan Theo menyadari bahwa dirinya akan menjadi mesin pembunuh. Dia yang tak ingin melakukannya lagi, diam-diam keluar d
“J4?” Kaelus merapatkan alisnya begitu melihat tamu yang datang.Velos yang berada di sampingnya tak kalah heran. Tidak biasanya orang-orang Anthony mendatangi San Carlo langsung.“Tuan!” Lelaki berambut lurus panjang yang terikat ke bawah itu memberi salam hormat.“Ada apa kau datang ke sini, J4? Apa kau bersama Eugen?” tukas Velos menyelidik.Ya, Velos tau dia bawahan Eugen. Terakhir kali Eugen datang untuk mengawasi kinerja Dan Theo tentang Raica Ruby. Velos menebak masalah kali ini tak jauh beda.Lelaki yang dipanggil dengan kode nama J4 itu kembali mengangkat tatapan tegasnya.“Saya sendirian, Tuan Velos. Saya datang atas perintah Ketua,” tuturnya.Velos menatap lebih lekat, lalu menimpali, “katakan!”“Permintaan Raica Ruby meningkat tiga kali lipat. Ketua ingin saya ikut mengawasi proses produksi di San Carlo,” sahut J4 menjelaskan.“Tunggu, kau bilang tiga kali lipat. Bukankah ini gila?!” Kaelus langsung menyambar dengan keras.Pasalnya, untuk memenuhi satu kuota produksi, memb
“Tolong beri jalan. Saya harus segera menyusulnya!” tukas Annelies yang berusaha keluar.Namun, perawat perempuan di hadapannya langsung berkata, “Nyonya, ini sudah malam. Sebaiknya Anda kembali istirahat.”“Ti-tidak! Mereka akan membawanya pergi. Jika aku tidak menyusulnya, aku akan kehilangan jejak Dan Theo!” Annelies menyambar dengan tatapan panik.Sang suster mengernyit. Irisnya melirik ke sekitar ruang rawat dan tidak mendapati suami Annelies di sana. Dia pun curiga ada suatu hal, sebab tak biasanya pria itu meninggalkan istrinya sendiri. Jika tidak menunggu di depan, biasanya Dan Theo memang menemani Annelies di dalam ruang rawat saat wanita itu terlelap.“Nyonya, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Perawat tadi menyidik.“Se-seseorang, hah … tidak, ada beberapa orang yang membawa pergi suamiku!” Annelies merengkuh tangan Perawat tadi dengan buncah. “Suster, tolong hentikan mereka. Tolong beritahukan pada penjaga untuk menangkap mereka!”Mendengar itu iris sang perawat langsung
“Big Boss!” Eugen menunduk hormat saat Dan Theo menghampirinya.Ya, beberapa bulan tak bertemu, orang kepercayaan pemilik organisasi Caligo itu tampak lebih garang. Meski Dan Theo tidak begitu menyukai Eugen, tapi dia tak pernah melupakan jasanya yang telah mempertaruhkan nyawa dan terluka berat, demi menyelamatkan Annelies dulu.“Bicaralah, waktumu hanya sepuluh menit!” tukas Dan Theo disertai ekspresi datarnya.“Tuan Anthony meminta Anda kembali ke Sociolla, Big Boss!” sahut Eugen langsung ke inti.Mendengar itu, kening Dan Theo langsung mengenyit. Ayahnya pasti tidak akan menurunkan perintah karena hal sepele. Dan dia sepertinya tahu alasannya.“Jika karena masalah Jesslyn, katakan pada Ayah untuk tidak khawatir. Aku akan menanganinya sendiri dan kembali ke Sociolla kalau sudah waktunya.” Dan Theo berujar tenang, tapi sorot matanya tampak menggertak.“Ini tidak sesederhana yang Big Boss pikirkan,” balas Eugen terlihat berani. “Jika bisa selesai semudah itu, Tuan Anthony tidak akan
“Annelies, kau tahu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu!” Dan Theo berkata tenang, tapi sorot maniknya menyimpan getaran.Sang istri mengencangkan lehernya. Membayangkan Dan Theo memasangkan cincin, bahkan memeluk Jesslyn, sungguh menyesakkan dadanya.“Tidak, kau sudah menjadi miliknya sebelum bertemu denganku,” sahut Annelies dengan tatapan dingin. “Kau menipuku. Kau membuatku bergantung padamu dan tidak bisa hidup tanpamu. Kau sudah berhasil, Dan Theo. Pasti sangat menyenangkan melihatku seperti orang bodoh selama ini!”“Istriku—”“Sekarang pergilah. Pergi dan jangan muncul di hadapanku lagi!” Annelies segera menyambar tanpa memberi suaminya kesempatan bicara.Bahkan wanita itu langsung melengos. Dia benar-benar tak ingin melihat wajah Dan Theo.Namun, sang pria yang duduk di sebelah brankarnya tak bisa memaksa. Dan Theo tahu Annelies pasti kesal padanya.Dengan penuh sesal, dia lantas berkata, “maafkan aku, Annelies. Aku akan meninggalkan buburnya di sini. Aku mohon, makanlah sed
“Annelies?” Dan Theo melebarkan irisnya dengan bingung.Pria itu menilik sang istri lebih lekat, lalu ragu-ragu bertanya, “istriku, kau … tidak mengenaliku? Aku—”“Saya tidak mau bicara dengan orang asing. Tolong pergilah!” Annelies menyahut pelan, tapi raut wajahnya sangat muram.“Tunggu sebentar, sepertinya ada yang salah. Aku akan memanggil Dokter untuk memeriksamu!” Dan Theo berujar cemas.Ya, bagaimana mungkin dia tetap tenang kalau sang istri tidak mengingatnya? Dan Theo bingung, padahal kepala Annelies tidak membentur sesuatu. Sebab itu, dirinya berniat segera memanggil dokter.Namun, belum sampai beranjak, Annelies lantas berkata, “Dokter sudah cukup memeriksa. Saya hanya ingin Anda pergi, Tuan Theodore Caligo!”Wanita tersebut lebih meninggikan nada di akhir kalimatnya. Dan itu membuat sang pria tertegun dengan alis menyatu.“Annelies, apa yang baru saja kau katakan? Kenapa kau ….” Dan Theo tiba-tiba meredam ucapannya sendiri.Agaknya dia tahu, kenapa Annelies mengambil sikap
‘Kau tahu, Nona tidak menerima kegagalan!’ batin anak buah Jesslyn sambil menginjak gas mobilnya amat dalam.Ya, dia sengaja menabrak sang rekan yang tak berhasil menyuntikkan racun pada Annelies. Jesslyn memang memberinya perintah untuk menghabisi rekannya itu jika dia gagal.Lelaki itu merasakan guncangan keras saat menabrak rekannya tadi. Alih-alih berhenti, dia hanya melirik sekilas dari kaca spion dan mendapati sang rekan terkapar di tengah aspal. Tapi bukannya peduli, lelaki tersebut malah semakin memacu mobilnya dengan kencang.Antek Jesslyn itu melirik bangku samping mobilnya dan baru menyadari topi rekannya tertinggal di sana.“Aish, brengsek!” Lelaki tersebut mengumpat geram.Dia lantas meraih topi tadi dan membuangnya dari jendela. Kakinya menginjak pedal gas lebih dalam, membuat kendaraannya melaju cepat menuju jembatan San Manila.Ya, setelah cukup lama mengemudi, lelaki itu berbelok dan menuruni bawah jembatan layang di area sungai San Manila. Di sana Jesslyn sudah menun