“Berikan.” Dan Theo meraih kamera yang semula dipungut Annelies.
Alisnya menyatu mengamati kamera CCTV mungil itu. Lampu merah terus berkedip seolah itu mata yang berpandangan dengannya.
“Si brengsek itu memantaumu!” tukasnya dengan gigi terkatup.
“Apa maksudmu? Kak Alexei bukan orang seperti itu, Dan Theo!” sahut Annelies tak percaya.
Ya, sejak kecil kakak sepupunya tak pernah menunjukan cela. Bahkan lelaki itu memperlakukan Annelies layaknya tuan putri yang selalu dia lindungi. Dan Annelies menganggap semua itu kasih sayang kakak pada adiknya. Tidak lebih!
Dan Theo tak menjawab. Dia membuang tatapan tajamnya dan mulai menyisir nakas dekat almari di sisi kanan. Pria itu menyeringai saat menemukan kamera serupa di balik kap lampu tidur.
Dia menunjukannya pada Annelies seraya mendecak, “ini posisi yang te
“Big Boss, se-sebaiknya saya pergi sekarang!” tukas Eugen canggung.Situasi tak memungkinkan baginya untuk terus di sini. Tanpa menunggu sahutan Dan Theo, Eugen pun menunduk hormat dan langsung mangkir dari ruangan tersebut.Dan Theo meliriknya sambil menghela napas lega. Untunglah Eugen sangat peka.“A-aku tidak tau kalau kau ada tamu,” tutur Annelies kikuk.Perhatian Annelies tersita pada koper yang ada di sebelah Dan Theo. Irisnya berbinar saat menyadari itu miliknya.“Kapan koperku sampai di sini? Apa orang tadi yang mengantarnya?” tanya wanita itu menghampiri Dan Theo.Sang pria menoleh. Dia menghadang Annelies hingga wanita itu terpaksa berhenti. Tatapan lekatnya yang sulit diartikan, seketika memicu Annelies menarik bawahan kemeja putih Dan Theo yang dia kenakan.“Kau sengaja menggodaku, ya?” Dan Theo berkata seraya menaikkan sebelah alisnya.Manik hazel Annelies sekejap berubah selebar cakram. Pipinya pun bersemu merah tanpa dia kehendaki.“Si-siapa yang menggodamu?!” sambar
Antek Logan yang berperawakan gempal menendang perut Kaelus amat kencang. “Cepat bawa si brengsek ini!” decaknya kemudian. Tatapan buram Kaelus tak sengaja melihat sosok wanita rambut sebahu yang berada beberapa meter di sana. Cedera di kepala membuat Kaelus tak bisa mengenali Cloe yang berbondong-bondong lari ke arahnya. Ya, Cloe yang tak sengaja melewati jalan tersebut seketika terhenti karena beberapa mobil memblokir jalan. Dirinya terkejut saat tau bahwa Kaelus sedang dikeroyok oleh orang-orang bersenjata. “Tuan Kaelus?!” Cloe memekik saat keluar mobilnya. “Tu-tunggu, kalian mau membawanya ke mana?!” Namun, para antek Logan bergegas membawa Kaelus yang tak sadarkan diri ke mobilnya. Bahkan mereka segera melesat dari sana sebelum Cloe menghampirinya. “Ti-tidak! Itu benar-benar Tuan Kaelus. Tapi kenapa mereka membawanya? Apa mereka perampok?!” tukas Cloe buncah sendiri. Dia menyibak rambut, lalu bergegas kembali ke mobil dan menyambar ponselnya. “Aish, benar. Aku tidak tau ke
“Kau pikir aku akan menjawab hanya karena kau bertanya? Kenapa aku harus memberitahumu, hah?!” Antek Logan itu semakin menekan cengkeramannya pada rahang Kaelus. Meski napasnya serasa tercekat, tapi Kaelus justru menatap kian berang. Sorot matanya seolah membara, jelas sekali dia ingin mencabik-cabik antek Logan tersebut. “Cepat katakan sebelum aku membunuhmu!” decak Kaelus dengan gigi terkatup. Lawan bincangnya malah menyeringai. Dia melirik kedua tangan Kaelus yang terborgol dengan ekspresi penuh cibiran. “Brengsek! Beraninya kau mengancamku padahal—” “Argh!” Antek Logan itu memekik berang saat Kaelus tiba-tiba menghantamkan dahi ke wajahnya. Kerasnya kening memicu darah merembes dari hidungnya. “Aish, brengsek!” umpat antek Logan mengusap darah yang mengalir. Dia memicing penuh dendam dan langsug menghajar wajah Kaelus dengan keras. Tangannya terangat lagi, tapi belum sampai memukul Kaelus, pintu ruangan itu mendadak terbuka. “Silakan, Master!” tutur seorang anak buah yang
“Apa maksud Anda?!” tanya Annelies seraya menyatukan alis.Wajahnya berangsur muram saat membaca ekspresi dingin Eugen.“Big Boss tidak selamanya bersama Nona. Jadi berhentilah sebelum Anda terluka. Ini peringatan pertama dan terakhir kalinya!” sahut Eugen dengan sorot tegas.Alih-alih gentar, Annelies justru tersenyum tipis. Dirinya sudah pernah menghadapi Kaelus yang menentang hubungannya dengan Dan Theo, maka Eugen juga bukan masalah. Seperti itu pikirnya.“Saya tidak peduli ancaman apapun yang Anda katakan. Hubungan ini tentang Dan Theo dan saya. Bukan orang lain ataupun organisasi kalian. Dan Theo memilih saya. Dan saya menerimanya!” Annelies berkata tajam.Akan tetapi, penegasan darinya tak meruntuhkan wajah kaku Eugen.Lelaki tersebut menatap lebih tajam seraya berkata, “sepertinya Anda salah paham. Big Boss memang menguasai organisasi, tapi Big Boss tidak akan bisa mencintai seorang wanita. Karena itu bukan haknya!”Ya, Eugen yang bekerja langsung di bawah ketua organisasi tau
“Jika Anda tidak menyerahkan anak-anak berisi Raica Ruby pada Master sebelum tengah malam, mereka akan melenyapkan Kaelus!” Vivian berkata dengan wajah tegang.Dan Theo menilik wanita itu dengan tatapan curiga. ini sangat aneh. Bagaimana bisa Logan tiba-tiba tau kalau dia-lah yang membawa anak-anak tersebut?‘Kaelus tidak mungkin buka mulut semudah itu. Meski dia hampir mati, Kaelus tetap setia pada organisasi. Lalu dari mana Logan tau?!’ Dan Theo memicing tajam. ‘Wanita ini! Dia sangat mudah mengkhianati geng Ceko, tidak mustahil dia mengkhianatiku ‘kan?!’“Kau. Bagaimana aku bisa mempercayaimu?!” tukas Dan Theo tajam.Melihat ekspresi dingin pria itu, Vivian langsung berkata, “sa-saya tidak berbohong. Saya saja hampir mati ketakutan karena menguping pembicaraan mereka. Karena jika Master tau saya mata-mata, leher saya akan putus saat itu juga!”Situasi jadi hening karena Dan Theo hanya bungkam. Itu membuat Vivian penasaran.“A-apa Anda akan menyerahkan anak-anak? Waktu kita tidak ba
Lengan Eugen terangkat melindungi wajah saat mobilnya terguling beberapa meter. Suara gubrakan dari tabrakan itu terdengar kencang, hingga membuat petugas keamanan keluar posnya.“Hah! Ada tabrakan?!” Petugas keamanan berbadan gempal membelalak.Dia dan rekannya yang jangkung langsung mendekati lokasi. Namun, baru beberapa langkah berlari, tiba-tiba seseorang dari truk melesatkan peluru pada mereka.“Ugh!” Petugas keamanan yang jangkung seketika ambruk saat anak timah itu menembus dahinya.“Hei, a-apa yang terjadi—”Belum tuntas ucapan petugas berbadan gempal, mendadak dada kirinya tertembak. Dia jatuh tersungkur di sebelah rekannya yang sudah tak bernyawa.‘Brengsek! Siapa bajingan ini?!’ batin Eugen memaki saat melihat orang-orang tertembak.Kepalanya yang berlumuran darah sangat pusing. Apalagi kini posisi mobilnya terbalik karena tabrakan tadi.“Argh!” Eugen mengerang saat berusaha melepas sabuk pengaman.Meski tubuhnya serasa remuk, tapi Eugen berupaya keras untuk keluar dari mob
“Kenapa aku harus peduli pada putrimu?!” Dan Theo mendecak sengit. Dan itu memicu tawa Logan terkuar keraas. Dia terbahak-bahak hingga menggema ke seluruh sudut ruangan. “Aish, dasar bajingan! Kau pikir bisa menipuku? Aku tau sangat mengukai jalang itu!” dengus Logan memicing tajam. “Berhenti omong kosong. Aku datang bukan untuk ini!” sambar Dan Theo menyatukan alisnya. “Kalau begitu harusnya kau menyerahkan anak-anak itu, sialan! Kau berani mencuri barangku. Kau pikir bisa lolos begitu saja?!” Logan menyahut berang. “Baik atau buruk, aku selalu membalas seseorang dua kali lipat!” Logan mengambil ponselnya untuk menelepon anteknya yang menahan Annelies di L&F Cosmetic. Dengan tatapan sengit, dia pun memerintah. “Jatuhkan jalang itu!” “Baik, Master!” sahut anteknya dari seberang. Dari video di proyektor tadi, antek Logan tampak melepas ikatan di satu tangan Annelies. Seketika lengan Annelies terkulai. Itu memicu kecemasan Dan Theo membengkak. ‘Brengsek! Logan memang bajingan gi
Vivian menelan saliva amat berat seraya berkata, “Tu-tuan, Anda salah paham. Saya … saya tidak—” “Tutup mulutmu, dasar jalang!” sahut Casper semakin menekan pistol di pelipis Vivian. “Bisa-bisanya tikus kecil sepertimu ada di markas ini. Master paling benci pengkhianat, kau pikir akan selamat?!” “Sa-saya mohon, Tuan. Tolong … ampuni saya sekali ini saja,” tutur Vivian dengan keringat dingin memenuhi tengkuknya. Wanita itu bergidik. Wajah putus asanya menegang seolah berteriak minta bantuan. Namun, ketika anak buah Dan Theo hendak mengacungkan pistolnya, Casper langsung melesatkan peluru hingga menembus kepala Vivian. “Hah?!” Anggota Caligo di sana terbelalak melihat Vivian ambruk. Darah wanita itu merembes dari pelipisnya yang ditembus anak timah. Dan saat itulah, para bawahan Dan Theo menyerang Casper bersamaan. Mereka mengeluarkan belati dan langsung melayangkannya pada Casper yang hanya datang sendiri. Meski terdesak, tapi Casper dengan sigap menangkis tangan anak buah Dan The
“Tidak!” Annelies memekik sambil membanting setirnya ke kiri.Dia berusaha menguasai kemudi, tapi jalanan yang licin membuat mobilnya sulit terkendali. Apalagi pandangan Annelies juga terhalang hujan yang lumayan deras. Wanita itu mati-matian menginjak rem, hingga sambil mencengkeram setir dengan kuat.Namun, sialnya mobil dari arah berlawanan tadi malah mengarah pada Annelies dan seolah sengaja menabrak bemper sampingnya.“Hah, sial!” Annelies memaki tajam saat kendaraannya menghantam pembatas jalan.Gubrakan terdengar keras seiring kening Annelies yang menghantam setir mobilnya. Sensasi menyakitkan menyerang kepalanya. Tapi saat Annelies mengangkat pandangan, maniknya sontak meluas selebar cakram.Ya, di hadapannya ternyata jurang. Jika saja mobil tak dikenal tadi menghantam lebih keras, mungkin Annelies sudah jatuh ke jurang tersebut.Tatapan wanita itu gemetaran. Pun juga lehernya menegang dan sulit menelan saliva. Namun, detik berikutnya Annelies dikejutkan oleh ketukan di jendel
“Maaf, Nona Cloe. Saya harus mengangkat telepon dulu,” tutur Annelies yang lantas beranjak keluar kamar.Cloe yang mengamati punggung wanita itu menjauh, seketika merasa was-was. Dia melihat sendiri banyak orang yang berniat mencelakai Annelies, termasuk keluarganya sendiri. Sungguh tidak berbeda dengan dirinya. Jadi Cloe seakan tahu betapa sesaknya hidup Annelies.‘Aku harap Direktur selalu baik-baik saja,’ batin Cloe dalam hati.Sementara di luar, Annelies sempat ragu menerima telepon itu. Akan tetapi dirinya tetap mengangkatnya dengan waspada.“Kau menelepon untuk memastikan aku mati atau tidak?!” tukas Annelies sebelum lawan bincangnya angkat suara.Dari seberang terdengar geraman seorang lelaki yang menahan amukan.“Apa yang kau bicarakan? Di dunia ini, mana ada seorang Ayah yang mengharapkan kematian putrinya?” sahut Logan pelan, tapi setiap katanya seperti mencekik Annelies.Ya, orang menghubungi wanita itu memanglah Logan Langford.“Sejak kapan kau menganggapku putrimu?” samba
“Apa saya bisa meminjam baju ganti. Pakaian saja basah, jadi ….”Annelies meredam ucapannya saat melihat Kaelus terhuyung menatap lemari pending, sedangkan Cloe tampak kaku sambil mencengkeram celemeknya. Ya, begitu mendengar Annelies tadi memanggil namanya, Cloe buru-buru mendorong Kaelus menjauh darinya, tanpa peduli sang pria mungkin jatuh. “Tunggu, apa yang sedang terjadi di sini?” tanya Annelies mulai menyidik. Alisnya mendapuk saat melihat gelagat Cloe yang kikuk, apalagi Kaelus yang kini menegakkan tubuhnya sambil berdehem canggung. “Ah, Anda bertanya tentang baju kering? Mari, Direktur. Saya akan memberikan Anda baju ganti.” Cloe sengaja beralih ke topik awal.Dia melirik Kaelus seraya berkata, “Tuan Kaelus, tolong urus pastanya sebentar. Saya akan segera kembali.”“Sebelah sini, Direktur.” Dengan senyum kaku, Cloe pun mengarahkan Annelies ke kamarnya di lantai atas. Annelies yang masih curiga dengan insiden sebelum dirinya datang, kini menahan seringai tipis dan lantas
Cloe buru-buru mendorong Annelies ke belakang, hingga kedua wanita itu ambruk tersungkur. “Brengsek!” Seorang pria bermasker hitam yang mengemudikan kendaraan itu mengumpat tajam.Dia memukul kemudi saat gagal menabrak Annelies. “Hah, sial! Kenapa harus muncul jalang lainnya dan membuat misiku gagal?!”Sepasang maniknya seketika melebar saat melirik spion. Dari belakang, rupanya Kaelus berusaha mengejarnya. “Bajingan itu lagi. Kenapa dia sangat merepotkan?!” cibirnya kesal. Detik berikutnya pria bermasker hitam itu dikejutkan oleh deruan pistol yang terarah ke mobilnya. Ya, Kaelus rupanya melesatkan peluru dan berniat menghentikan pria tersebut. Sayangnya, pria masker hitam itu semakin menancap gas hingga mobilnya berhasil keluar dari basement. ‘Hah, sial!’ batin Kaelus penuh umpatan. Iris tajamnya menatap penuh amukan seraya melanjutkan. ‘Apa bajingan itu ada kaitannya dengan orang yang menyerang Dan Theo?’“Tuan Kaelus!” Fokus pria itu teralihkan saat Cloe memanggilnya. Kael
“Kau pikir bisa kabur, jalang sialan?!” bisik pria bermasker hitam itu yang lantas menarik Annelies dengan kuat.“Argh!” Sang wanita memekik seiring tubuhnya yang tersungkur ke lantai.Sikunya yang tadi menatap meja, sekarang mungkin memar karena menghantam kerasnya ubin. Dia menyeret raganya mundur saat pria tadi mengeluarkan belatinya lagi.“Kesempatan ketiga sudah habis. Percuma kau lari karena ke mana pun kau pergi, aku akan menemukanmu!” tukasnya menatap tajam di tengah remangnya lampu.Pria itu berjongkok di hadapan Annelies. Dia menyeringai sengit dan lantas menudingkan ujung belatinya di bawah dagu Annelies.“Ini saatnya membayar harga benda itu dengan nyawamu!” sambung pria tadi yang semakin menekan ujung belatinya.Darah segar tampak menggelenyar ke leher Annelies. Namun, sensasi tegang yang mendominasi justru menyamarkan rasa sakit di bawah dagunya.“Bunuh! Cepat bunuh aku jika kau mampu!” cecar Annelies memprovokasi.“Hah! Sialan!” Pria tadi mengumpat berang.Dirinya berni
‘Hah ….’ Napas Annelies tercekat melihat rekaman video tersebut.Maniknya berubah seluas cakram saat seorang pria tinggi besar, menghantamkan emas batangan pada kepala Feanton. Lelaki tua itu tak sempat menghindar, hingga seketika ambruk ke lantai dengan gelenyar darah yang mengalir deras dari kepala.Annelies yang menyaksikan aksi pria itu sontak membeku. Irisnya terpaku pada sang ayah yang kehilangan banyak darah, tapi pria didekatnya hanya terdiam seolah tak melakukan kesalahan.“Ayah ….” Bulu mata Annelies gemetar seiring eluhnya yang mengalir ke pipi.Sensasi tegang bercampur amarah membengkak dalam dadanya, ketika menilik arloji khusus yang dikenakan pria dalam video. Ya, meski pria itu menutupi wajahnya dengan masker, tapi Annelies sangat mengenali jam tangan yang dia pakai.“Kak Logan, kenapa kau tega membunuh Ayah?! Ke-kenapa … kenapa kau melakukannya?!” tutur Annelies kebak dendam.Tubuhnya lemas. Bahkan sensasi empedu terus naik ke tenggorokannya hingga membuatnya mual.Sem
“Siapa yang datang?” Annelies bertanya pelan, tapi nadanya menyimpan rasa was-was.“Putra Pimpinan, Direktur. Beliau datang bersama Tuan Casper,” sahut Cloe dari seberang.Annelies terdiam. Jika itu putra pimpinan, maka berarti Lewis Langford. Perasaan tak nyaman semakin mendominasi Annelies. Pasalnya Lewis baru saja mengunjungi kediamannya. Lalu untuk apa pemuda itu mencarinya sampai ke L&F Cosmetic?“Nona Cloe, pastikan mereka tidak masuk ke ruangan saya dan katakan bahwa saya tidak bisa ke kantor hari ini,” tukas Annelies.“Mo-mohon maaf, Direktur. Mereka sedang menunggu di ruangan Anda. Saya benar-benar mohon maaf karena sembarangan membawa mereka masuk,” sahut Cloe terdengar penuh sesal.Ya, biasanya Annelies memang meminta tamu penting menunggu di ruangannya. Jadi Cloe juga melakukan hal yang sama kali ini. Namun, situasinya agak riskan karena sebelumnya Lewis memasang kamera pengintai di penthousenya.“Baiklah, tidak masalah. Tolong sampaikan kalau saya akan menemui mereka ke k
“Aku meminta beberapa orang mengikuti bajingan itu. Mereka menemukannya sudah tidak bernyawa di dermaga De Forte,” tukas Velos dengan amukan tertahan. Kaelus mengusap kasar dagunya, lalu membalas, “kau sudah mencaritahu siapa dia?”“Dia bukan orang San Carlo, aku tidak bisa menemukan identitasnya. Sepertinya dia orang khusus yang dikirim untuk membunuh Annelies. Tapi karena Dan Theo melindungi istrinya, bajingan itu malah menyerangnya!” Velos menjelaskan dengan ekspresi tajamnya. “Apa itu Blackhole? Bukankah kau bilang antek-antek Blackhole yang sering menggunakan racun semacam ini?” Kaelus bertanya seiring alisnya yang bertaut. “Aku rasa tidak, Kak. Bajingan itu tidak memiliki tato Blackhole,” sanggah Velos yang memang masuk akal. “Melihat dia buru-buru dibunuh setelah gagal melenyapkan Annelies, mungkin orang yang menyuruhnya sangat frustasi. Aku akan menyelidiki ini lebih dalam. Dia hampir membunuh Dan Theo, kita tidak bisa membiarkannya begitu saja!”Sementara di dalam ruang sa
“Katakan sekali lagi!” ujar Annelies yang seketika memicu antek-antek Caligo berpaling padanya.Begitu Annelies mendekat, dua antek di sana saling melempar pandangan di antara mereka. Salah satu lelaki itu mengenali Annelies.“Hei, dia wanita yang pernah dibawa Big Boss ke sini,” bisiknya pada sang rekan.“Kau yakin?” sahut lelaki di hadapannya.Antek tadi mengangguk samar, tatapannya pun amat serius.Dia beralih pada Annelies seraya berkata, “Nona, sedang apa Anda di sini? Ini bukan tempat yang bisa dimasuki sembarang orang.”“Jelaskan maksud ucapan kalian tadi!” Annelies mendesak mereka bicara.Mereka seketika bungkam. Bisa berbahaya jika keduanya membicarakan tentang Dan Theo. Apalagi tidak ada satu pun di antara antek-antek Caligo itu yang tahu keadaan pastinya.“Nona, Big Boss sedang tidak ada di markas. Kami akan melaporkan kedatangan Anda pada Tuan Kaelus dan Tuan Velos, lalu mengantar Anda pulang,” tutur salah satu antek tersebut.“Tidak, jawab saja pertanyaanku!” sambar wanit