Beranda / Romansa / StepLover / Sebatas Hubungan Menyenangkan

Share

Sebatas Hubungan Menyenangkan

Penulis: Kravei
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seandainya bisa menarik perempuan cantik nan seksi itu mendekat, Robert dihalang oleh ingatan di mana dirinya terlelap. Rumah ini mungkin sepi karena tidak ada maid dan Candy tengah terkurung, tapi tidak menutup kemungkinan Putra bisa saja mendadak menampakkan diri.

Robert bangkit untuk duduk, diikuti oleh Bianca. Lelaki itu berbalik menghadap Bianca mengatakan, “Tidak usah mencemaskan dia, untuk apa kau kemari?”

“Aku tidak mencemaskan istrimu itu!” sunggut Bianca, tidak menyukai kalimat Robert. Perempuan itu mendekat, mengakhiri dekapan manja untuk Robert. “Aku … sudah melakukan apa maumu,” kata perempuan itu sembari memainkan jari di bagian dada Robert yang tertutup piyama berbahan kain halus. “Kau tidak melupakan janjimu, bukan?”

Robert tersenyum miring menanggapi, “Tentu, akan aku kirim hadiahmu ke rumah nanti siang.”

Kalimat seperti itu menyebabkan Bianca tersenyum girang dan penuh se

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • StepLover   Mandu

    Sementara itu, siapa yang dikunci di dalam gudang baru terbangun. Apa yang menguncang kesadaran adalah suara kunci yang terdengar, Candy bergegas bangkit dan menatap pintu yang terbuka.Silau cahaya lampu menerobos, netra perlu beberapa saat untuk menyesuaikan sampai ia bisa melihat siapa yang membuka pintu itu. Satu langkah maju diambil, Candy bisa melihat seorang pria. Tidak setinggi Robert, tapi dia memiliki warna kulit yang sangat putih dan bersih. Wajahnya manis ditambah dengan bibir merah alami. Tampak muda, sepertinya usianya sama seperti Candy atau Putra.“Kau siapa …?” tanya Candy saat tidak ada pembicaraan, ia sedikit takut menyaksikan betapa ramah dan manis pemuda itu bertahan dengan senyuman sedari tadi.“Mandu Arkasa,” jawab pemuda itu seadanya.Tidak, Candy berpikir ia telah salah melontarkan pertanyaan karena nama atau siapa dia tidaklah penting dari bagaimana bisa dia ada di sini. “Bagaimana kau tahu ak

  • StepLover   Jangan Menyerah

    “Sepertinya ini adalah pertama kali kita bertemu secara langsung,” tutur Mandu. “Aku sering mendengar namamu.”“Aku pikir aku cukup terkenal …” Sindiran bernada kikuk itu terarah pada diri sendiri, Candy mengelus tengkuk yang tak gatal. “Senang bertemu denganmu, sampai jumpa.” Gadis itu kabur begitu saja setelah kalimatnya, meninggalkan Mandu yang belum sempat memanggil.Sejujurnya Candy takut diamuk karena telah keluar dari gudang yang tidak dibukakan pintunya oleh siapa yang mengunci, tapi Candy mustahil mau kembali ke sana dan menunggu Robert datang untuk membukakan pintu. Karena itu, Candy berpura-pura sibuk di dalam dapur dengan berbagai masakkan.“Aku tidak boleh menyerah,” kata gadis itu pada diri sendiri. “Aku harus mengambil hatinya agar hidupku bisa kembali tenang.” Sebut saja memperbaiki kesalahan, Candy menganggap memenangkan hati Robert adalah hal yang paling logis mengin

  • StepLover   Bekal Makan Siang

    “Aku juga harus kembali ke sana, mau kuantar?” kata dan tawar Mandu.“Uhm … kau tidak keberatan?” tanya gadis itu ragu, takut merepotkan.Mandu menatap rantang yang mengantung di tangan Candy sebelum melempari secarik senyuman tipis. “Aku memang mau kembali ke sana kok, tidak apa-apa,” jawabnya.“Uhm, bagaimana dengan Viola?” tanya Candy yang mendadak tersita netranya oleh sang gadis cilik yang hanya diam dan mendengarkan pembicaraan.“Ah …” Mandu memikirkan hal yang sama. “Omong-omong, mengapa rumah ini kosong?” Itu adalah apa yang mau dia tanyakan sedari awal kepulangan. Viola memiliki seorang babysister, perempuan itu libur sampai kemudian ia kembali. Tapi babysister itu tidak datang seperti yang telah dijanjikan, Mandu malah mendapatkan fakta bahwa tidak ada satu orang maid pun di dalam rumah.“Itu … uhm … Robert memecat mereka,” ungk

  • StepLover   Cemburu?

    “Sttt …” Robert meletak ibu jari di depan bibir, memberi isyarat untuk jangan bersuara. Bianca memutar bola mata 180 derajat saat tangan Robert melakukan gaya memanggil.“Sial,” gerutu perempuan itu sembari memperbaiki beberapa kancing kemeja yang terlepas. Dia mendekat, membiarkan Robert mendorongnya ke bawah meja. ‘Ini bahkan lebih buruk dari tertangkap,’ pikir perempuan itu.Robert bangkit guna membuka pintu yang terkunci, sedikit dikejutkan oleh Candy yang menampakkan diri. Kehadiran itu tidak diharapkan, Robert bertanya, “Untuk apa kau kemari?”Betapa garang reaksi sang suami menyapa, Candy menanggapinya dengan senyuman manis. “Aku bawakan makan siang, kau sudah makan?” Candy sudah berbicara sangat baik, tapi malah ditanggapi tajam oleh sang suami.“Aku lebih baik mati kelaparan daripada harus makan masakanmu,” ketus lelaki itu. Dia kembali ke meja setelah menutup pintu. K

  • StepLover   Jangan Jatuh Cinta

    Seandainya Robert bisa menelepon security dan meminta mereka untuk menyeret Candy keluar, Robert tidak mau diri ini dicap buruk karena orang-orang kantor tahu perempuan cantik itu miliknya.“Robert, aku-“ Lagi-lagi kalimat Candy disela oleh sang suami.“Aku harus mengulangi kalimatku sebelumnya?”Betapa tegas kalimat sang suami, dengan mudah menyebabkan kedua kaki Candy tidak berani terus berdiri tegap. Gadis itu kesulitan menelan ludah, menahan rasa sakit yang menyayat hati. Kepala tertunduk guna memutuskan kontak mata dan mau tak mau dia pergi meninggalkan ruangan.Ada air mata di pelupuk, cairan bening itu mencoba menjelaskan rasa sakit yang menggangu, tapi Candy tidak mau membiarkannya mengalir. “Mengapa aku menyedihkan sekali,” eluh gadis itu dengan pandangan mengarah pada langit-langit. Berkali-kali dia menghela nafas sampai air mata kembali memasuki bawah mata.“Candy?” Nama yang dipanggil meng

  • StepLover   Menyinggung Diri Sendiri

    Silau cahaya dari langit-langit kamar begitu mengusik mata yang masih bersembunyi di kelopak yang terpejam. Pemuda bernama Putra itu menggeliat tak nyaman sebelum mengangkat kedua tangan untuk meregangkan otot-otot tubuh yang kaku.Butuh beberapa saat mencerna sampai mata mau terpejam, dia mendudukan diri dan mulai menyapu sekitar. Entah apa yang hendak Putra pikirkan, perhatiannya disita oleh keberadaan seorang gadis cilik di tengah-tengah ruangan. Gadis yang sangat ia kenali itu sibuk dengan beberapa mainan masak-masak.“Viola, kapan kau duduk di sana?” tanya Putra, suaranya berhasil merebut perhatian sang pemilik nama.“Kakak, Kakak sudah bangun!” seru Viola dengan penuh semengat. Dia bangkit, meninggalkan semua mainannya untuk memanjati kasur. “Aku membangunkan Kakak sedari tadi,” ungkap gadis manis itu setelah terduduk di depan Putra dengan kaki berbentuk W.“Sungguh?” Putra sedikit tersentak mendengarn

  • StepLover   Mom

    Candy sepertinya marah pada dirinya, tapi … Putra tidak yakin mengapa. Ia baru saja bangun, tapi sang mantan sudah mengatainya seburuk itu. “Ayo Vio,” ajak Putra, memutuskan untuk mengakhiri topik pembicaraan.“Ayo, Kak Candy ikut kami,” ajak Viola kembali.“Vio, kau harus panggil dia ‘Mom’ mulai dari sekarang.” Sindiran Putra terlalu kentara, lihat betapa tajam matanya mendelik. Putra yang seperti itu mengingatkan Candy pada Robert.“Mom?” heran Viola, tak paham pada maksud dari kalimat sang kakak.“Candy bukan lagi kakakmu, dia ibumu,” terang Putra seadanya.Candy menghela nafas panjang, jari memijit-mijit kepala yang berdenyut dibuat dingin suara Putra. “Pergi makan, Putra, jangan buat aku mengulangi kalimatku lagi,” harap gadis itu putus asa.“Baik, Mom,” jawab pemuda itu sinis.“Hei!” jerit Candy, geram dibuat Putra

  • StepLover   Nama Perempuan Lain

    Putra, Putra dan terus Putra! Siang sampai malam Candy serasa gila dibuat pemuda yang terus dengan sengaja memanggilnya ‘Mom’ itu. Tapi … mengapa hati ini berdetak begitu menyenangkan, hangat bagaikan nikmatnya segelas cokelat hangat?Telapak tangan melayang keras, menghantam lengan secara langsung. “Akhh!” Candy merintih. “Apa yang baru saja aku pikirkan?” tanyanya pada diri sendiri. “Jangan berani memikirkan lelaki itu, Candy,” tegasnya. “Putra tidak pantas berada di dalam pikiranmu.”Candy mendengus sebel, meninggalkan depan cermin dan beranjak keluar dari kamar mandi. Gadis itu menggenakan gaun tidur berlengan pendek berwarna biru langit, dikejutkan oleh sang suami yang entah sejak kapan sudah berada di dalam kamar. Jam menunjuk pukul sembilan malam, sepertinya Robert baru saja pulang dari lembur.“Kau sudah pulang?” Candy spontan menutup bagian dengan tubuh dengan menyilangkan ke

Bab terbaru

  • StepLover   Maaf

    “Memanfaatkan keadaan?” Candy bergumam dan tenggelam dalam pikiran satu detik setelahnya. Candy tidak yakin bahwa saran dari Putra adalah apa yang ia butuhkan karena bagaimana caranya memanfaatkan keadaan setelah diperlakukan seperti badut?Candy bahkan berpikir akan lebih baik menggambar wajahnya agar terlihat seperti badut sungguhan daripada mempertimbangkan saran dari Putra. Tapi apa yang harus dikatakan? Candy kehabisan kata-kata untuk dicerna, dia hanya bangkit dari duduk dan pergi begitu saja meninggalkan Putra.Putra melihat Candy melewati pintu masuk dan dia pergi menyusulnya. “Ke mana kau akan pergi?” tanya Putra, berhasil menyita perhatian Candy dan membuat dia menoleh.“Aku tidak tahu,” jawab Candy sesuai dengan apa yang terpikirkan. Tidak, Candy bahkan tidak memikirkan apa pun, dia hanya tidak ingin berdebat dengan Putra atau mendengar lebih banyak pendapat darinya.“Pulang ke rumah, Candy,” kata Putra, tampak jelas bahwa dia bermaksud dengan kalimatnya tapi Candy tidak pa

  • StepLover   Keadaan

    “Ck!” Mandu tidak punya alasan tapi rasanya tidak menyenangkan disamakan dengan siapa pun. Meski begitu, Mandu tidak menanggapi. Dia mengeluarkan ponsel dari saku jas dan berhasil menyita perhatian Candy.“Apa yang kau lakukan?” tanya Candy penasaran.Mandu memberitahu, “Aku akan menelepon Robert dan meminta dia untuk menjemputmu pulang saja.” Jawaban itu menyentak Candy yang enggan berurusan dengan Robert, dia bergegas menghampiri dan menyambar ponsel dari tangan Mandu. Candy tidak mendapatkannya karena Mandu terlebih dulu menarik ponselnya menjauh.“Jangan menelepon Robert!” pinta Candy.“Tidak akan aku lakukan kalau kau masuk ke dalam mobil sekarang juga,” kata Mandu penuh penekanan, memberi Candy tidak ada pilihan lain selain menurut. Candy berpikir menuruti apa mau Mandu akan lebih baik daripada dia menelepon Robert dan membuat lelaki itu mengangkatnya pulang ke rumah seperti karung beras.“Baik, baik,” ketus Candy, dia memasuki mobil dan duduk di samping Mandu.Mandu tersenyum p

  • StepLover   Tidak Ada Bedanya

    “Aku tidak berpikir kita punya hal lain lagi untuk dibicarakan,” tolak Candy. Robert bahkan tidak menyangkal apa pun setelah semua yang ia katakan, jadi Candy menggangap semuanya telah jelas.“Meski begitu aku tidak izinkan kau pergi begitu saja,” tegas Robert. Dia meletak tangannya di pintu, menutupnya sebelum Candy membukanya lebih lebar. Candy menarik ganggang pintu, dia berbalik menatap Robert saat lelah mengharapkan Roberet untuk menyingkir. Robert menambahkan, “Lagipula kau tetap adalah istriku. Jika aku bilang jangan pergi, kau tidak akan pergi.”Lagi-lagi sikap memerintah seperti itu seolah-olah Candy tidak adalah anak anjing yang patuh. “Suami atau istri, status kita tidak lebih dari itu. Lalu, apa gunanya?”Robert tidak bisa menjawab yang satu itu tapi tetap saja menolak untuk membiarkan Candy pergi begitu saja. Ini bukan soal harga diri atau sejenisnya, Robert hanya tidak ingin perempuan itu pergi. “Aku tidak akan menemui Bianca lagi jika itu maumu,” tawar Robert tapi sungg

  • StepLover   Masalah

    “Aku segera ke sana,” kata Robert sebelum mematikan panggilan secara sepihak. Seharusnya Robert tak lakukan ini tapi rasanya sungguh menjengkelkan, ia ingin tahu apa yang sebenarnya Candy lakukan dengan menemui Putra.Lelaki itu menyambar jas hitamnya dari gantungan di sudut ruangan dan berlari keluar meninggalkan ruangan. Robert mengendarai mobil dan tiba di lokasi yang Putra sebutkan dalam waktu lima belas menit.Masih di dalam café yang sama, bedanya adalah Candy tidak ada di sana. Robert menghampiri Putra dan menemukannya terduduk sendirian. Lelaki itu menatap sekitar, menemukan keadaan café yang lumayan sepi dengan hanya beberapa meja terisi tapi masih tidak ada Candy yang terlihat.Robert menatap Putra sebelum bertanya, “Di mana Candy?”Putra tidak menjawab pertanyaan Robert untuk memberitahunya di mana Candy, dia bangkit dari duduk dan melayangkan tinju keras di pipi Robert. Robert terhuyung dan terjatuh karena tidak siap menerima serangan tiba-tiba itu. Sontak mata semua pelan

  • StepLover   Janji

    FLASHBACKHari itu saat Candy melihat Putra memasuki kamar bersama Bianca, gadis itu pergi karena hati yang berdenyut menyakitkan, karena dia tidak bisa mendengar lebih lama lagi tapi apa yang terjadi tidak seperti yang dia duga.Putra yang sedang tidak sadar sepenuhnya mendorong Bianca tanpa sadar dan meracau, “Aku tidak akan melakukannya.” Tiba-tiba wajah Candy hadir di wajah Putra di saat matanya bahkan tidak bisa lagi terbuka untuk dua watt.Putra mengingat kembali mereka yang seharusnya sudah menikah dan semua itu gagal. Candy melihatnya sebagai seorang pengkhianat dan satu kali saja sudah cukup. Lelaki itu terhuyung, beruntung dia berhasil mencapai pinggir ranjang sebelum terjatuh. “Aku tidak mau … aku berharap aku tidak pernah menyakitinya.”Lelaki itu terus meracau, setelahnya tak sadarkan diri, sama sekali tidak mengingat keberadaan Bianca yang masih menatapnya.FLASHBACK ENDCandy tidak pernah ingin tahu sebelumnya tapi tiba-tiba dia kemari dengan hal yang seharusnya dia tan

  • StepLover   Hubungan Mereka

    Siang hari tiba, jarum pendek menunjuk tepat dua belas dan Candy masih tidak terlihat. Robert menghentikan pekerjaan dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi sebelum mendengus sebel.Padahal aku sudah mengizinkan dia untuk memasak dan mengantarkan aku makan siang tapi dia malah tidak datang, dasar tidak tahu diuntung, pikir Robert. Meminggirkan apakah Robert memakan masakan dari Candy atau tidak, Robert penasaran dengan apa yang sedang Candy lakukan. Daripada terus bertanya-tanya, Robert mengeluarkan ponsel dari saku jas dan melakukan panggilan telepon.Suara sistem terdengar, mengatakan bahwa nomor Candy sedang dalam panggilan lain. “Dengan siapa dia berbicara?” gumam lelaki itu penasaran sembari menatap layar ponsel.Namun, Candy tidak sedang berbicara dengan siapa pun. Panggilan yang Candy lakukan berakhir dengan tidak terjawab. Candy menatap layar ponselnya dan nama Putra yang tercetak. Sebelumnya, Candy sudah memblokir nomor itu tapi dia membatalkannya untuk suatu alasan.“Aku

  • StepLover   Kebenaran

    Candy berdecih sinis, tatapan matanya merendahkan. “Aku tidak butuh kau,” katanya. “Aku bisa naik taxi atau apa pun itu.” Lagipula apa yang Candy harapkan dari Mandu? Gadis itu pergi begitu saja setelahnya, tapi dihentikan oleh Mandu.“Tunggu aku!” pinta lelaki itu sembari menarik pergelangan tangan Candy. Candy menepisnya sebelum berbalik menatap. “Kau sangat tidak sabaran,” ketus lelaki itu, bete. “Biarkan aku menemanimu. Lagipula kau tidak tahu di rumah Bianca.”Candy tidak menolak karena benar kata Mandu bahwa ia tidak tahu di mana Bianca tinggal. Akan menyusahkan jika ia kehilangan jejak Robert dan berakhir tersesat. “Ayo cepat,” pinta Candy, dia meninggalkan rumah terlebih dulu dan disusul oleh Mandu.Mandu menyusul dengan tenang, ada secarik senyuman di wajah yang menunjukkan betapa dia bersemangat. Mandu penasaran, ingin melihat akan seperti apa ekpresi wajah Candy kala dia mengetahui yang sebenarnya. Apakah dia akan menangis atau beranikah dia pergi ke Robert dan memarahinya.

  • StepLover   Bagaimana Jika

    Candy menggerucutkan bibir, menoleh untuk menatap Mandu. Tidak ada yang dia katakan membuat Mandu menatapnya guna mencari tahu ekpresi wajah seperti apa yang dia gunakan. Mandu tidak yakin, perempuan itu tampak marah dan di saat bersamaan, meragukannya. “Hahaha!” Mandu tertawa canggung sebelum berkata, “Sepertinya aku sudah terlalu banyak bicara.” Dia melakukan gerakkan menutup resleting di depan bibirnya dan menambahkan, “Aku sebaiknya diam.”Benar, Mandu sebaiknya diam. Sial, dia seharusnya diam lebih awal karena Candy tidak bisa mengabaikan semua yang telah ia dengar. “Bagaimana jika Mandu tidak membual?” Pertanyaan itu hadir di dalam kepala Candy dan tidak meninggalkannya sama sekali.Mandu dan Candy tiba di rumah tiga menit lebih cepat dari Robert. Saat Candy berdiri di depan meja rias, pintu kamar terbuka. Robert menampakkan diri, mengangkat plastik putih untuk dipamerkan sebelum memberitahu, “Aku beli makanan, kau sudah makan?”Alih-alih heran akan perbuatan baik Robert yang ti

  • StepLover   Sesuatu yang Tidak Diketahui

    “Membela Candy?” Reaksi Robert syok. Dia tidak tahu apa maksud dari ucapannya sendiri tapi ia menolak kalimat yang Bianca keluarkan. “Kau sudah gila!” hardiknya. “Tentu saja aku tidak.”Melihat reaksi marah Robert tidak menghadirkan keraguan, Bianca percaya padanya meski masih merasa jengkel. Bianca mengembungkan pipi dan melipat kedua tangan di depan dada sebelum berkata, “Yasudahlah kalau begitu, aku tidak ingin ribut denganmu.” Itu adalah hal membosankan yang tidak ingin Bianca lakukan, oleh sebab itu dia memutuskan untuk mengakhiri perdebatan. “Tapi sebagai ganti, aku ingin makan malam bersamamu, besok.”“Tidak bisa,” tolak Robert segera, dia bahkan tidak mencoba mempertimbangkan tawaran Bianca. “Aku sibuk,” ungkapnya.“Kau sibuk?!” Bianca tidak bisa terima alasan itu, berkata, “Biasanya kau tidak sibuk untukku! Lagipula besok sabtu, kau tidak harus pergi bekerja. Jadi, apa salahnya menghabiskan dua jam untuk makan bersamaku?” Bianca tidak berpikir permintaannya sangat sulit, ia c

DMCA.com Protection Status