Candy ingin segera bangkit, tapi tubuh Robert sudah terlebih berpindah di atasnya. Candy memalingkan wajah ke samping, memejamkan mata erat-erat demi menghindari kontak mata. Kedua tangannya yang tidak berani menahan sang suami terkepal erat di samping badan.
Robert tidak tahu mengapa ia terdiam, tapi netra mengamati jeli wajah Candy tanpa perintah. Alisnya yang rapi, hidung mancung sampai pipi yang putih. Robert seharusnya sangat marah sampai ingin memukul, tapi apa yang berbesit di dalam benak adalah, ‘Aku ingin menggigitnya.’
Wajah Robert mendekat, Candy dapat merasakan hembusan nafasnya di area leher. Dua bola mata Candy melebar kala merasakan gigitan. Dia spontan mendorong, beruntungnya berhasil menjauhkan sang suami.
“Apa yang kau lakukan!” Candy menatap sang suami, menutup bagian leher yang terasa dingin dan hangat di saat yang bersamaan. Panik, jantung berdetak sangat kencang seolah-olah akan terlepas. Darah mendesir, otak belum s
“Bagaimana cara menutupinya?” Bekas merah itu menyebabkan Candy malu, terlalu malu sampai dia tidak berani kembali ke kamarnya. Candy berbalik, teringat pada Viola yang sudah terlelap. Gadis itu menghampiri dan duduk di pinggir ranjang, sangat pelan agar tidak menggangu.“Robert akan marah jika aku di sini,” gumam Candy, tapi lagi-lagi rasa malu mengalahkan semuanya. Niat Candy hanya berbaring dan kembali ke kamar setelah satu jam, sekiranya setelah Robert tidur. Namun, Candy malah terlelap.Berbagi selimut dan bantal dengan Viola, nyenyaknya mereka tidur sampai tidak sadar pada ruangan gelap yang sudah berubah terang karena ulah cahaya matahari yang menyelinap melalui jendela.Jam menunjuk pukul enam pagi saat Robert mencari tahu, dia menyibak selimut sebelum bangkit dari atas ranjang. Menuju kamar mandi, Robert keluar dari ruangan dalam keadaan rapi berbalut setelan jas.Karena bangun terlalu awal, Robert tidak langsung menuju ka
Tangan Robert dengan kokoh memegangi pinggang ramping Candy sementara Candy dengan sigap menarik bagian jas sang suami karena takut akan dilepas. Apa yang ada di dalam pikiran Robert? Diam-diam dia baru saja memuji betapa cantik istrinya yang tidak pernah ia perhatikan.Bulu mata lentik, matanya bulat. Hidung kecilnya mancung dan bibir berwarna peach alami. Kulitnya putih dan bersih, terlalu cantik sampai Robert lupa untuk berkedip.“Oh, astaga!” Candy bergegas menyadarkan diri, merontak keluar dari pegangan sang suami dan menciptakan jarak. “Ma-maaf, maafkan aku!” Candy gelagapan, tangannya terangkat untuk menyelip surai hitam yang mengganggu pipi. “Terima kasih.”Robert tidak merespon. Puas melototi Candy, dia pergi begitu saja. “Akan aku masakan sarapan!” seru Candy, tapi tidak ada tanggapan. “Akan aku antar,” katanya lagi, kali ini berhasil menghentikan langkah kaki Robert.Robert berbalik un
Kedua sudut bibir tertarik naik, Candy menampilkan senyuman terbaik yang sanggup dia keluarkan untuk sang suami yang menatap. Entah mengapa, tapi Robert punya firasat bahwa apa yang Viola katakan adalah ide sang istri. Lihat wajah cantiknya yang seolah-olah mencoba menyembunyikan sesuatu, dia tidak pandai berdrama.“Ayo, Vio, kita temani papah makan.” Viola mengulurkan kedua tangan, membiarkan Candy mengangkat tubuhnya ke atas meja lebar. Viola duduk dengan posisi kaki terlipat. Candy mengambil duduk di salah satu kursi biru yang terletak di depan meja sebelum menyusun rantang di hadapan Robert.“Aku tidak pernah bilang mau makan,” celetuk Robert, sebel dibuat sikap sok lugu sang istri. Robert merasa diri ini lebih baik dibiarkan mati kelaparan dari pada harus menyentuh makanan Candy!Candy tersenyum menanggapi, “Tapi Viola ingin menemanimu makan.” Candy menatap Viola bertanya, “Betul tidak, Vio?” Lihat mata Candy
Ancaman berhawa dingin sang suami tidak pernah gagal menakutkan menyebabkan mata Candy melebar dan nafas tercekat begitu saja. Robert menggerutu. Puas mencaci Candy di dalam hati, dia membuka mulut untuk melahap sepotong sosis yang masih terarah padanya.“Oh, tidak!” Candy bergegas menarik sendok menjauh dari Robert yang hampir saja melahap. Candy takut pada apa yang ada di dalam benak Robert, itu sebab segera mengembalikan sendok ke atas rantang.“Ck!” Robert berdecih sinis. ‘Beruntungnya dia masih tahu takut,’ batin pria itu sebel. Robert meraih sendok yang dilepas Candy sebelumnya dan melanjutkan acara makan.Acara makan siang itu begitu singat, tapi entah bagaimana belum bisa meninggalkan kepala Robert. Setelah Robert menghabiskan suapan terakhir, Candy meninggalkan ruangan bersama Viola. Sudah berjam-jam yang lalu bahkan Robert akan segera pulang, tapi ia masih mengingat betapa manis senyuman sang istri.Robert men
Ruangan begitu hening, apa yang terdengar hanyalah suara AC. Tidak ada suara Robert, bahkan nafasnya pun tidak terasa. Candy memberanikan diri membuka mata, perlahan-lahan mengangkat kepala sampai kontak mata bertemu.Mata Candy berkedip dan kembali terkunci dengan mata sang suami. Masih tidak ada sepatah kata membuat Candy memberanikan diri untuk lari meninggalkan kamar. Candy keluar tanpa lupa menutup pintu kembali, meninggalkan Robert yang baru saja tersadar dari lamuan.Robert menggeleng cepat, mencoba membuang apa yang ada di dalam benak. Entah apa itu, tapi pemikiran tadi menyebabkan jantung seolah-olah berdebar lebih kencang.“Aku benar-benar bisa gila,” eluh Candy sembari mengetuk kepala menggunakan ruas jari, dia berhenti berlari kala sudah jauh dari kamar. Candy meniup nafas setelah memastikan kalau Robert tidak keluar untuk menyusul.Candy berharap Putra atau Mandu segera pulang, setidaknya kehadiran mereka akan membuat keadaan ruma
Bukan jawaban sinis seperti itu yang Candy harapkan dan bukan kalimat dingin seperti itu yang ingin Putra keluarkan. Di antara mereka, bukan niat Robert juga untuk menguping. Mata lelaki itu sudah terbuka sedari awal Candy menyelinap masuk, sang istri tidak menyadarinya karena kondisi kamar yang lumayan gelap dan hanya diterangi oleh lampu tidur.“Kau benar.” Candy tidak tahu mengapa dusta itu keluar, dia hanya gagal mengendalikan diri yang ingin membalas sinis kalimat Putra. “Sebenarnya rasanya sangat menyenangkan karena tidak ada siapa pun di rumah, aku merasa bebas. Tapi aku harus menjaga Viola. Setidaknya Viola lebih suka bersamamu saat kau ada.”“Lalu, aku harus membawa Viola datang bersamaku, hm?”“Tidak,” jawab Candy. “Aku tidak masalah ada Viola dan lagipula kau sepertinya sangat asyik bersama pacarmu itu.”Itu tidak benar, ekpresi wajah menyebalkan Putra berubah tak terbaca karena kalima
Terdengar mencurigakan, Candy lebih baik menganggap telinganya sudah rusak dari pada berpikir Robert benar-benar mengajaknya ke kantor.“Kau tuli atau meninggalkan telingamu di dalam kamar?” cela Robert, mulai kesal dibuat Candy yang tidak habis mencerna singkat kalimatnya. Lihat ekpresi kebinggungan Candy, dia begitu menyebalkan.Perlahan Candy melontarkan, “Kau bilang, aku ikut kau ke kantor?” Candy hanya ingin memastikan, tapi helaan nafas yang mengalun dan diikuti oleh muncul ekspresi marah sudah menjelaskan semuanya.“Apa gunanya otakmu jika aku harus terus mengulangi singkat kata yang sangat mudah dipahami?” hardik sang suami, membuat Candy kian yakin kalau telinganya masih berfungsi dengan baik.Namun, Candy sudah cukup trauma untuk berani pergi bersama Robert. Setiap kali pria itu mengajak, Candy tidak pernah berakhir dengan duduk tenang dan bahagia. Candy berdalih, “Aduh, sepertinya kau sudah hampir terla
Candy takut pertanyaannya menyinggung dan Robert akan menggaruknya seperti kucing garong.Namun, sepertinya hal itu tidak akan terjadi karena Robert malah lebih banyak terdiam dari pada mengoceh soal sembarang alasan.Robert berpikir, tidak ada siapa pun yang datang selain Bianca. Maka dari itu, benda itu sudah jelas milik Bianca. ‘Apa dia sengaja meninggalkan lipstiknya di situ?’ tebak Robert, ekpresi wajahnya berubah tidak senang.Candy tidak mau dimarahi. Dia bergegas mengalihkan pandangan menuju lipstik yang masih berada di tangan. “Warnanya bagus.” Suara Candy kecil, tapi berhasil sampai di telinga Robert.Sekali lagi, Candy takut dimarahi karena terlalu banyak bertanya. Namun, salahkah jika Candy menaruh curiga? Pernikahannya sudah cukup buruk, Candy tidak ingin ada suatu yang dinamakan selingkuh atau main perempuan di belakang.Bertanya pun sepertinya tidak akan berguna kecuali Candy ingin diocehi. Dengan berat hati d