Share

Tunangan yang ilang!

Penulis: Nadaauliaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-16 23:00:02

Aku tuh awalnya kaya di film romantis gitu deh, pas liat mata cokelat seksi milik Reyhan. Jantungku berdegup kenceng abis, kaya kucing lagi liat ikan gitu. Terus si Reyhan malah senyum, lihat aku yang lagi masam mesem gak jelas.

Tangannya yang oh may may itu menjinjing belanjaanku, karena si kang sayur gak mau kalau aku pergi tanpa berbelanja terlebih dulu sama dia.

Katanya sih, "pedekate sama orang lain, boleh. Lupain cinta Akang buat Neng Siska, juga boleh. Tapi, kalau mau cari yang baru, belanju dulu atuh. Jangan bikin kang sayur yang lagi patah hati karena neng Siska dah punya pengganti itu, gak jadi belanja di sini. Makin patah hati lah akang ini dibuat Neng Siska."

Jadilah, mau tak mau, aku harus berbelanja di sana. Ayam sama daging, menjadi pilihanku. Tak lupa dengan bumbunya sekalian. Tambah buah jeruk deh sekilo. Jadi belanjaanku cukup banyak. Tapi, kayaknya kurang kalau makan tanpa sambal dan lalapan. Cuaca kuperkirakan bakalan panas. Kayaknya, makan yang pedes pedes enak tuh. Apalagi di makannya berdua sama Reyhan yang ganteng ini.

Dan bagai menjadi sebuah hari keberuntungan, si mas ganteng tiba tiba saja menawarkan sebuah bantuan yang membuat aku takjub karenanya.

"Mau saya bantuin? Kebetulan, tangan saya kosong. Gak bawa apa apa. Cuma selembar kertas, itu pun saya simpan di saku celana."

Tatapanku turun ke bawah. Ke arah celana yang di maksud oleh si mas Gantengyang satu ini. Menelisik ke sana. Namun, tak lama, karena dengan cepat aku tersadar, jika apa yang aku lakukan sedikit nakal.

"Hayo, liatin apa, Mbak?" Aku salah tingkah. Wajahku memerah.

Haduh! Ini mata! Kok gak bisa di jaga sih? Bisa bisanya aku malah lihat ke sana. Ketahuan 'kan.

"Sini, Mbak. Saya bawain."

Tanpa ba, bi dan bu, si mas Ganteng itu langsung membawa belanjaanku. Aku tersipu dong. Baru kenal aja, udah mau bawain belanjaan. Pagimana kalau dah lama kenal. Bisa di nafkahin aku.

Tanpa sadar aku tersenyum, membayangkan.

"Lagi mikirin apa, Mbak?" Aku tersentak.

Kok, bawaannya pengen ngelamut terus ya, tiap Deket dia?

"Eh, enggak. Panggilnya jangan Mbak terus dong. Panggil Siska aja, gitu ... umurku baru 28 loh. Masih muda," kataku meminta.

Alamak! Bukannya menjawab, dia malah senyum. Jangan nunjukin wajah ganteng terus dong, di depan aku. 'Kan aku jadinya baper terus. Bawaannya tuh, pengen diliatin terus deh, itu muka.

Setiap ngobrol sama dia tuh kayak petualangan seru di dunia ajaib. Dia yang pangerannya, dan aku pemeran pembantunya.

Loh, maksudnya, pemeran utama wanitanya.

Beneran nih, tiap kali ngelirik ke arahnya, jantungku kayak mau keluar dari tempatnya. Aku sampe ngayal-ngayal makan malam romantis sama dia, di bawah langit yang dipenuh bintang. Tapi, sialnya, semakin lama, aku semakin sadar, kalau ternyata, aku tuh lagi ngayal.

Apes!

"Mbak. Eh, Siska maksudnya."

"Iya, Mas ganteng."

"Reyhan, Mbak."

"Siska, Reyhan."

Kami berdua tergelak bersama, sekaan sudah saling kenal dalam waktu yang cukup lama.

"Rumahnya di mana, Sis?" tanya Reyhan. Aku tersipu. Bisa bisanya, baru kenal udah tanya rumah. Pasti mau ngelamar, ya?

"Mau apa nanyain rumahku?" balasku dengan bertanya hal yang sebenarnya bukan ini yang ingin aku tanyakan. Namun, lidahku kelu untuk mengatakan yang sebenarnya. Gengis dong, baru kenal udah blak blakan aja ini mulut.

Tak menjawab. Namun, Reyhan mengangkat kedua tangannya yang menampilkan barang belanjaan milikku yang ternyata juga aku lupakan.

Dasar Siska! Bisa bisanya lagi aku lupa dengan belanjaanku sendiri. Dan saat aku melihat ke sekeliling, ternyata rumah kontrakanku sudah terlewat sekian meter jauhnya. Membuatku langsung menepuk jidat karena gemas sendiri

"Kenapa?"

"Rumahku kelewatan."

"..."

"Makasih loh, udah mau bantuin angkat belanjaan aku sampai ke rumah segala, " kataku sambil membawa segelas teh hangat yang gulanya baru aja aku beli.

Dia duduk di teras rumah. Sebenaarnya pengen aku ajak masuk aja ini makhluk satu. Tapi ..., masa iya udah di ajak masuk aja. Nanti, apa kata tetangga? Apalagi kata si Jumi alias Juminten. Bisa di arak sekampung aku. Terus bisa bisa, aku langsung dinikahin paksa lagi sama Reyhan.

Mau dong!

"Gak papa. Sebenarnya, saya ke sini tuh mau cari alamat."

Aku menyipitkan mata. Lamunanku buyar lagi kali ini. Alamat katanya?

Hem ....

"Kalau boleh tau, alamatnya di mana?" kataku bertanya.

"Jalan Soang Panjang Lehernya, Gang 10."

"Loh, itu mah di depan." Aku memberitahu.

"Jadi bukan di sini ya?" Reyhan sedikit terkejut karena salah alamat.

"Ini Gang 9. Gang 10 di depan. Deket kok. Mau Siska anter?" ujarku menawarkan bantuan. Itung itung sebagai tanda terima kasihku padanya, karena sudah buat aku jatuh hati dari pandangan pertama.

Ya elah!

"Emangnya gak ngerepotin?"

Ya ampun! Pakai tanya segala lagi.

"Enggak dong. Siska siap kok buat di repotin. Apalagi, di repotinnya sama kamu."

Berhasil! Reyhan tergelak lagi. Aku emang pandai bikin orang senyum dengan ucapanku. Siska gituh!

"Ya sudah, boleh. Asal gak buat Siska repot, ya?"

"Siap, mas Ganteng. Eh, Reyhan maksudnya."

Plis ... jangan senyum terus. Sekali lagi aku lihat senyum itu, pasti sebentar lagi aku bakalan di bawa ambulans ke rumah sakit dengan gejala Diabetes akut.

"Saya minum ya, teh nya?" kata Rehan. Aku mengangguk dengan senyum paling indah kupunya.

"Kalau boleh Siska tau, Mas Ganteng itu lagi cari alamatnya siapa?" Kali ini, aku bertanya dengan serius.

Serius, lagi kepo pengen tahu. Nyari alamat sampai segitunya.

"Hem, tunangan saya."

'Jleb!'

Aku langsung terdiam, kaya lagi dihantam truk gede. Ternyata semua yang aku pikirin sebagai awal kisah cinta yang manis, cuma jadi bagian dari pencarian tunangan yang ilang. Hati aku remuk kaya biskuit yang kejatuh dari tangan, pas banget mau kumakan.

Aku coba tersenyum-nisum. Walaupun di hati aku, rasanya kaya lagi maen roller coaster yang penuh kejutan.

Akhirnya, aku sadar juga, cinta nggak selalu kaya di film-film. Meskipun hati aku bolong-bolong, aku tetep berusaha jadi temen baru ketemu baik buat Reyhan dan bantuin dia cari tunangannya yang ilang.

Tapi tetep aja, sakit banget bestie!

Bab terkait

  • Status Janda, Bikin Resah!   Misi Cari Tunangan

    Perjalanan menuju Gang Soang, untuk mencari seorang tunangan yang hilang, tetap aku lanjutkan. Walau dengan hati yang galau dan merana, aku tetap bertekad untuk membantu Reyhan. Tak akan aku biarkan Reyhan tahu kalau aku sedang galau karena sudah dengan cepat mengharap cintanya. Oh, Tuhan ... kenapa Engkau hukum Siska dengan jatuh cinta secepat kilat kepada Reyhan ini?"Masih jauh ya?" tanya Reyhan secara tiba tiba. Mungkin dia bosan karena sedari tadi aku hanya diam dan membiarkan mulutku ini bungkam dari ocehan."Bentar lagi." Aku menjawab sekenanya. Karena memang, Gang Soang sebentar lagi akan dijumpai."Neng Siska?" Seseorang memanggil. Aku menoleh sinis. Dari suaranya saja, aku sudah tahu bin hapal, kalau itu adalah suaranya di mas Jaka buncit. Manusia badut yang hobinya kawin terus. Ialah si mas Jaka, pemeran antagonis yang semalam ada dalam mimpi burukku.Hii ... Mengingat kembali soal mimpi buruk semalam, rasanya aku pengen nendang dia saat ini juga.Huh! Dalam mimpi aja dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Status Janda, Bikin Resah!   Naura Husada? Kuharap Jangan Dia.

    Panas matahari yang terik, terasa membakar wajah ini. Tapi, tak sedikit pun menyurutkan niat dan tekadku untuk terus membantu si ganteng Reyhan buat cari tunangannya.Jadi, aku yang memang punya naluri detektif ala-ala Sherlock Holmes versi rempong ini, dengan semangat penuh aku siap membantu Reyhan mencari tunangannya yang ilang itu. Walau dengan taruhan hati aku yang terluka.Ce ileh!Langsung aja aku lirik si ganteng Reyhan, "Emh, Reyhan! Tenang aja, aku siap membantu kamu nyari tunangan kamu yang entah kemana itu. Kita bakal selidikin Gang Soang bareng-bareng!"Reyhan pun cuma bisa jawab, "Aduh, terima kasih ya, Sis! Aku bener-bener gak tahu harus ngapain lagi.""Ya bantu cari lah! Emang mau ngapain lagi?!" sahutku membalas ucapannya.Laki laki tampan itu tergelak karena mendengar ucapanku.Oh,tidak! Jaangan tergoda lagi dengan senyumnya yang menawan itu lagi, Siska! Move on!Banyak kok laki laki yang ngejar aku dari para pemuda alias berondong, hingga bapak bapak tua bangka. Sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Status Janda, Bikin Resah!   Ternyata ...

    Greget greget gimana aku jadinya. Baru juga bertanya, seseorang sudah memanggil nama Reyhan dengan sangat kencangDan ... dugaanku benar!Si Naura Husada itu sedang berlari manja ke arah si Reyhan. Lalu tanpa aba aba, dia memeluk Reyhan tepat di hadapanku. Melupakan aku yang berada di samping tunangannya.Parahnya lagi, tunangannya itu adalah seorang laki laki yang langsung membuat aku jatuh hati saat pandangan pertama.Oh Tuhan ... kenapa dunia begitu kejam padaku?Sainganku yang sejak dulu selalu mendapatkan apa yang aku inginkan, kembali Engkau hadirkan lagi dalam hidupku.Ah, aku frustasi!"Aku kangen kamu," kata SI Klinik itu dengan nada suaranya yang manjalita.Uwek! Aku kok malah kepengen muntah jadinya.Denger si Klinik itu bilang kangen sama Reyhan, hati aku panas plus sebel juga,"Kamu gak papa 'kan Ra?" tanya Reyhan. Lelaki yang kusuka dalam pandangan pertama itu nampak sangat khawatir pada tungannya itu. Terlihat dari ekspresi wajah dan juga suaranya. Aku tahu dia begitu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Status Janda, Bikin Resah!   Si klinik

    Aku baru aja nyampe di depan rumah, setelah nyusuri jalan kampung sambil ngikutin jejak-jejak Naura. Tadi siang, aku udah keluarin semua kemampuan detektif dalam diri aku buat nemuin tunangan Reyhan yang katanya lari dari rumah karena sesuatu alasan yang belum aku ketahui. Aku berharap, aksiku bakal keren banget, dan ending-nya bakal jadi headliner di surat kabar.Tapi tau-tau, waktu aku liat wajah Naura yang secara tiba-tiba datang menghampiri Reyhan, reaksiku kayak dipukul badai. Ya ampun, ternyata dia yang dicari-cari sama aku dan Reyhan ini adalah mantan saingan aku sejak SMA. Dulu kami duet rivalitas banget, balapan jadi juara kelas. Dan sekarang, aku harus berhadapan dengan dia sebagai tunangan seseorang. What a twist!Aku cuman bisa bengong kayak patung, nggak bisa ngomong apa-apa. Naura cengar-cengir sambil nyamperin aku, "Hai, Siska! Lama nggak ketemu ya? Makin subur aja!"Aku akhirnya ngembaliin senyuman setengah hati, "Hai, Naura. Iya, lama banget. Kamu...kamu baik-baik aja?

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Status Janda, Bikin Resah!   Temen Langka.

    "Apa?" tanyaku saat membuka pintu, dan kudapati wajah seseorang yang setiap malam selalu menemaniku berjualan nasi goreng di alun alun kota ini.Ya ampun! Virus Reyhan dan si Klinik itu ternyata menyebar sampai aku lupa suara. Bahkan, suara temanku saja sampai aku lupakan!Si alan memang!Aku mendengkus sebal. Bisa bisanya virus itu buat aku jadi kayak gini!"Lama banget buka pintunya!" ujarnya tiba tiba. Ia nyelonong masuk ke dalam kontrakanku gitu aja. Melewati aku begitu saja tanpa mau bilang permisi."Kebiasaan!" tegurku.Eh, dia malah ketawa."Emang! Emang udah kebiasaan!" balasnya padaku sambil mencomot donat yang baru aja aku bawa dari dapur ke ruang tamu."Enak nih donatnya. Beli di mana?"Pertanyaan yang tak perlu aku jawab. Karena tanpa kujawab pun, dia pasti tahu, kalau donat itu aku be

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Status Janda, Bikin Resah!   Pelanggan misterius, minus senyum.

    Aku, Siska,Si janda bohay yang selalu asyik beraksi di depan kompor dengan wajan dan spatula, lagi-lagi merasakan kebahagiaan luar biasa. Ini bukan kali pertama, tapi rasanya seperti kali pertama setiap kali antrian pelanggan mengular panjang. Jujur aja, sih, aku seneng banget ngeliat orang-orang rela ngantri demi nasi goreng kreasi aku. Rasanya kayak chef selebritis, padahal cuma jualan nasi goreng di pinggir jalan.Aku terkiki sendiri sambil mengaduk nasi.Si Dudu, temenku yang keren banget dalam urusan menyediakan bumbu-bumbu racikan rahasia, selalu setia mendampingiku di depan kompor. Dia tuh kayak sidekick setia yang selalu nemenin superhero, cuma bedanya, bukan jas hitech yang dia pakai, tapi apron yang bertebaran rempah-rempah. Kita duanya udah seperti tim penyihir nasi goreng, mengolah beras kering jadi nasi goreng lezat yang bikin lidah bergoyang.Tapi ada satu hal yang bikin aku mikir, nih. Selama beberapa hari ini, pelanggan yang d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Status Janda, Bikin Resah!   Aku tau, aku cantik!

    Ya Tuhan. Gusti Illahi Robbi.Cobaan apalagi ini?Sudah susah payah aku melupakannya dengan kesibukanku berjualan nasi goreng, dia malah datang ke tempatku berjualan.Oh, my. Rasanya aku pengen memaki takdirku yang selalu tak berpihak sesuai keinginanku.Tapi well, hidup kadang gak bekerja sesuai keinginan, kan? Aku seharusnya tak menyalahkan takdirku send

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Status Janda, Bikin Resah!   Drama masih berlanjut.

    Sedang asyik mengaduk-aduk nasi goreng spesialku dengan penuh cinta di atas wajah yang sudah kugunakan bertahun tahun lamanya. Bahkan, wajan ini sudah digunakan saat almarhum suamiku masih ada. Aroma rempah-rempah memikat hidungku, seolah memanggil semua orang untuk datang mencicipi. Tiba-tiba, seperti petir di siang bolong, datanglah segerombolan wanita heboh dengan ekspresi marah yang menakutkan. Aku hampir saja berpikir mereka adalah tim sepak bola wanita yang tersesat! Namun bedanya, bukan bola yang mereka pegang. Melainkan berbagai macam alat masak memasak di dapur, yang saat ini sedang mereka pegang. Melihat kejadian yang tak biasa seperti ini, si Dudu langsung menyembunyikan tubuh juga wajahnya di belakang tubuhku yang sedikit berisi, alias bahenol. "Tuh 'kan ibu ibu. Mereka. Suami suami kita ada di tempat jualan nasi gorengnya si Siska. Dasar jendes! Pasti nih, dia ngasih sesuatu ke dalam nasi goreng jualannya. Jadi deh, suami suami kita pada betah lama lama di sini. " Seora

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21

Bab terbaru

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 59. Mau gak?

    "Gimana?" Satu kata terucap. Sebuah pertanyaan yang membuatku tak bisa berkata-kata, keluar dari mulut manis Angga.Walau aku belum pernah mencoba mulut itu. Eh, tapi aku yakin, mulutnya memang manis. Semanis kata katanya padaku. Dan sikapnya selama ini, tentu saja."Kenapa malah diam? Saya tanya loh. Gimana?" tanyanya lagi. Masih dengan pertanyaan yang sama."Gimana apanya Mas?" Bukannya menjawab. Eh, mulutku malah balik bertanya. Dasar Siska!Grogi kok bisa sampai kayak gini sih."Kok malah balik nanya sih? Saya kan yang nanya duluan sama kamu," katanya dengan kepala yang menggeleng ke kiri dan ke kanan. Aku menatapnya takjub. Cuman gelengin kepala aja, udah bisa bikin aku terpesona. Ganteng banget sih dia. Ya ampun! Pikiranku jadi ke mana mana. Apalagi kalau dia senyum coba. Pasti bakal langsung bikin aku hilang ingatan."Jangan kebanyakan mikirin yang enggak enggak. Kita belum

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 58. Seseneng itu manggil calon suami.

    "Kamu baik bener sama Marni. Gak rugi Sis, nasi gorengnya kamu kasih gratis sama Marni?" tanya si Dudu saat Marni sudah melenggang pergi dari tempatku berjualan. Tanganku yang sedikit kotor, karena bumbu, segera ku bersihkan dengan lap yang biasa aku gunakan di tempat jualanku. Mengabaikan dulu pertanyaannya si Dudu. Masih tak mau menjawab, aku malah tersenyum sama si Dudu."Enggak lah, Du. Cuma satu bungkus doang kok. Masa sih aku rugi. Gak papa lah, kasian aku sama si Marni. Dia itu tetangga aku yang gak pernah ikut campur. Dia masa bodoh. Tapi, dia juga gak cuek, kalau aku ada masalah. Oh ya, aku yakin tuh, di balik sikapnya yang barusan bisa ketawa itu, dia sebenernya nyimpen luka buka si Marno.""Kamu bener, Sis. Kasian aku sama Marni. Dia kan cantik ya? Mukanya bening, walau dia cuma seorang babu. Gak kayak aku," kata Dudu yang membandingkan wajah Marni dengan wajahnya."Kamu juga cantik Du. Sayang aja, ka

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 57. Janda nambah satu.

    Jajan tak jadi, yang ada keluar uang buat Mak Iroh.Huh! Si emak yang satu ini emang meresahkan! Padahal, tadi siang ia juga kebagian jatah bagi bagi uang dari Angga. Tapi, masih aja minjam sama aku. Aku sampai kehilangan nafsu makan, gara gara kelakuan Mak Iroh yang kembali kumat. Ku pikir, setelah lama Mak Iroh tak meminjam uang padaku, ia sudah tobat dan tak akan minjam minjam uang lagi. Tapi ternyata ... ah, sudahlah!Berbagai tipe tetangga, ada di lingkungan kontrakanku. Dari yang julid, yang mulutnya lemes, yang tukang nyebar berita palsu, sampai yang suka minjam uang, tapi jarang kembali pulang itu uang, semuanya ada di sini. Dan aku menjadi salah satu penghuni yang terbilang normal di sini. Karena aku bukan salah satu dari yang baru aja aku sebutkan."Wey, bengong aja, kayak ayam pengen kawin!"Kulirik wajah si Dudu sekilas. Lalu, kembali pada setelan awal.Aku tak berniat untuk terkejut. Apalagi samp

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 56. Mau Jajan.

    Barisan bubar setalah mereka mendapatkan apa yang sudah di janjikan oleh Mas Angga. Yaitu, duit. Mereka semua pulang dengann wajah senang, senyum senang dan mata berbinar. Gagal mendapatkan sembako, mereka pulang dengan membawa uang. Beruntung memang para tetanggaku ini. Uang mengalahkan segalanya. Bahkan, si Jumi yang biasanya suka ketus padaku, berubah bak ibu peri yang kapan saja siap untuk di mintai tolong."Kalau butuh apa apa, bilang aja sama aku. Aku siap bantu kamu, asal ada ininya." Itu kata si Jumi sebelum ia beranjak pergi dari teras rumahku. Jempol dan telunjuknya saling beradu. Aku tau apa maksudnya. Pasti ujung ujungnya duit lagi deh."Mas, harusnya gak usah sampai segitunya sama mereka. Nanti keenakan mereka. Harusnya kan yang kasiih mereka itu si Wati, bukannya Mas Angga," omelku saat semua barisan ibu ibu dan bapak bapak sudah menghilang bak di telan bumi. Hilang kare

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 55. Dasar Wati!

    Gusti! Aku terkejut bukan main. Gak ada angin, apalagi hujan, tiba tiba aja ini rumah di kerubunin para tetangga kontrakan, dari yang paling dekat hingga ke paling ujung, alias paling jauh, semuanya ada. Bukan tanpa alasan mereka mengerubungi rumah kontrakanku. Katanya, aku ada jadwal bagi bagi sembako hari ini. What! Siapa yang bilang dan nyebar fitnah kayak gitu tentangku? Aku kok gak merasa pernah bilang sama seseorang, apalagi orang orang, kalau aku mau bagi bagi sembako. Wong, aku juga masih kekurangan kok. Gimana ceritanya aku mau bagi bagi? Kalau aku ada uang lebih sih, aku juga mau bagi bagi. Tapi, uang lebihku kan sudah aku kasih sama si Dudu, buat biaya sunat adik bontotnya. Nanti malah, aku mau nyari uang lagi, biar ada lebihnya lagi. "Ayo Dong, Sis. Jangan tunda tunda rezeki kami. Kamu kan mau bagi bagi sembako. Kenapa gak langsung di segerakan aja bagi baginya. Dosa loh, kalau kamu nunda nunda apa yang

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 54. Mau saya nikahin sekarang?

    Ya ampun! Duniaku terasa berbunga saat kulihat wajah Angga memerah karena cemburu. Ada untungnya juga, aku ketemu dengan Andi, teman saat aku sekolah dulu. Ya, aku tau kalau dari dulu itu, Andi suka padaku. Namun, entah kenapa, dari dulu pula hingga sekarang, aku tak pernah memiliki perasaan yang serupa dengan Aldi. Bukan karena Aldi tidak tampan dan menarik. Bukan karena dia juga tak baik. Tapi, karena hati ini yang tak pernah bisa memiliki perasaan yang sama dengan Aldi. Hingga, hanya sebatas teman, yang bisa aku sematkan dalam hubungan kami berdua. Lama tak jumpa, ternyata kami di pertemukan kembali dengan aku yang sudah memiliki calon suami. Dulu, aku memilih menikah dengan temannya. Dan sekarang? Hatiku pun telah terpaut pada yang lain. Mungkin, hatiku dan hatinya yang tak bisa menyatu. Hingga kata 'teman' yang lebih cocok untuk kita sandang dalam hubungan ini. "Bilang cemburu aja kok s

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 53. Cemburu?

    POV Angga.Dia. Ya, dia. Siska orangnya. Sosok cantik yang tak pernah kuduga akan membuatku jatuh cinta dalam waktu sekejap mata itu, kini tengah menahan lengaku. Menghentikan langkah, agar aku tak pergi dari hadapannya."Mas beneran mau nemuin si mbak Wati itu?" tanyanya merengut. Aku tau dia kesal. Tapi, apakah Siska berpikir, jika aku akan benar benar pergi meninggalkan dirinya di sini dan menemui mbak mbak tadi?Tidak! Aku hanya bercanda saja. Lagi pula, aku tak tau dia itu siapa. Mbak Wati atau mbak mbak? Terserah siapa namanya. Karena yang membuatku berada di sini, adalah Siska. Bukan mbak Wati.Masih kuingat dengan betul, bagaimana sikap mbak-mbak bernama Mbak Wati itu. "Mas, Mas?" Tangannya menepuk nepuk bahuku beberapa kali seraya memanggil. Aku yang terkejut, langsung berbalik badan, dan mendapati seorang wanita tengah menatapku dengan pandangan genit."Mas cari siapa toh?" tanyanya.

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 52.

    "Mas Angga." Aku berteriak memanggil namanya dan memukul pundaknya beberapa kali karena terkejut.Angga menoleh. Ia menebarkan senyum yang langsung menular padaku. Seperti virus cintanya yang kini tumbuh di hatiku. Seperti itu pula, senyum hadir di bibirku."Kok, Mas tau aku ada di pasar?" tanyaku antusias. "Sejak kapan, Mas jadi tukang ojek gini?""Emh, saya harus jawab yang mana dulu nih?" tanyanya seraya menoleh. Senyum tipis itu terlihat sedikit menggoda iman dan mata. Ya Allah, ampuni hamba. Mata ini gak bisa berhenti buat natap dia."Yang mana aja, deh. Yang penting semuanya di jawab," jawabku cepat."Hem, oke. Yang pertama, saya tau kamu ada di pasar, karena saya tadi ke rumah kamu. Ternyata kamu gak ada. Saya tanya lah sama tetangga kamu. Kebetulan--""Tunggu, tunggu!" Ku hentikan penjelasannya, karena ada yang menarik di akhir kalimat. Tetangga?"Tetangga, Mas?" tanyaku de

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 51. Dasar gak peka!

    Suasana pasar hari ini begitu panas. Pas sama otak aku yang baru aja panas, karena nyinyirannya si mbak Wati. Padahal, waktu baru aja menunjukkan pukul delapan pagi. Tapi, sudah seperti tengah hari aja. Dan ini semua, tentu aja gara gara si mbak Wati."Eh, Neng Siska. Pasti mau belanja sayuran sama daging ya?" Baru aja aku sampai di jongko pedagang langgananku, aku sudah di tanyain ini itu. Ku coba melengkungkan bibir, membuat senyuman yang sedari tadi hilang, karena mood yang tiba tiba aja anjlok ke dasar sungai. Loh, kenapa sungai? Ya, kalau lautan, terlalu dalam. Aku gak sekesal itu juga kali."Ya ampun, Neng. Pagi pagi di kasih senyuman, langsung seger ini badan. Apalagi mata." Si Abang sayur yang usianya udah lanjut itu masih sempatnya menggoda. Untung aja, godaannya itu cuman sebatas candaan aja. Hingga, aku merasa biasa aja dan menanggapinya terlalu serius."Eh, si Abah bisa aja. Abah, makin lama juga makin tu

DMCA.com Protection Status