Ya Tuhan. Gusti Illahi Robbi.
Cobaan apalagi ini?
Sudah susah payah aku melupakannya dengan kesibukanku berjualan nasi goreng, dia malah datang ke tempatku berjualan.
Oh, my. Rasanya aku pengen memaki takdirku yang selalu tak berpihak sesuai keinginanku.
Tapi well, hidup kadang gak bekerja sesuai keinginan, kan? Aku seharusnya tak menyalahkan takdirku send
Sedang asyik mengaduk-aduk nasi goreng spesialku dengan penuh cinta di atas wajah yang sudah kugunakan bertahun tahun lamanya. Bahkan, wajan ini sudah digunakan saat almarhum suamiku masih ada. Aroma rempah-rempah memikat hidungku, seolah memanggil semua orang untuk datang mencicipi. Tiba-tiba, seperti petir di siang bolong, datanglah segerombolan wanita heboh dengan ekspresi marah yang menakutkan. Aku hampir saja berpikir mereka adalah tim sepak bola wanita yang tersesat! Namun bedanya, bukan bola yang mereka pegang. Melainkan berbagai macam alat masak memasak di dapur, yang saat ini sedang mereka pegang. Melihat kejadian yang tak biasa seperti ini, si Dudu langsung menyembunyikan tubuh juga wajahnya di belakang tubuhku yang sedikit berisi, alias bahenol. "Tuh 'kan ibu ibu. Mereka. Suami suami kita ada di tempat jualan nasi gorengnya si Siska. Dasar jendes! Pasti nih, dia ngasih sesuatu ke dalam nasi goreng jualannya. Jadi deh, suami suami kita pada betah lama lama di sini. " Seora
"Eh, kamu siapa? Mau belain si janda gatel meresahkan ini ya?!" tanya si Jumi dengan ketus. "Saya, pacarnya mbak yang sedang kalian tuduh itu." Dag, dig, dug, serrr ... Irama jantungku bagai lagi dangdutan. Pake gendang biar agak goyang. Tarik mang .... Aih, Aku kenapa lagi? Si Jumi dan si Klinik saling liirik. Begitupun dengan ibu ibu lainnya juga. Mereka saling lirik dan pandang seolah tak percaya dengan apa yang di katakan oleh pria misterius pemilik mata sekelam malam itu. Eits, bukan Reyhan ya. Dia mah cuma jadi penonton aja dengan wajah heran. Entah itu heran karena untuk ke sekian kalianya dia lihat aku beradu mulut dengan sesama wanita. Atau heran karena yang lainnya. Entahlah, aku tak tau dan juga tak mau tau. Dia bagiku hanya seorang masa lalu, walau baru ketemu. "Tuh, ibu ibu, Jumi. Dan kamu Klinik. Dengerin tuh kata
Siska oh Siska! Kenapa aku merasa seolah-olah sedang berada dalam episode sinetron komedi yang penuh kejutan. Setelah segerombolan ibu-ibu yang terlihat lebih galak daripada kerbau pergi, aku berpaling pada pria misterius yang baru saja membeli nasi goreng. Tidak hanya itu, dia juga mengaku ngaku sebagai pacarku di hadapan para ibu ibu yang mengamuk karena mengira suami mereka aku guna guna."Ekhem!"Aku berdehem sebelum hendak menanyakan hal yang membuat aku merasa sangat penasaran."Minum dulu, Sis!"Aku melotot! Si Dudu ini. Apa Dia tidak tau apa, kalau aku sedang mengambil ancang ancang untuk bertanya pada pria misterius itu. Kenapa dia malah memberikan aku sebotol minuman yang berada di tangannya. Pengertiannya membuat aku sedikit kesal padanya.Hah! Sudah kepalang di sodorkan. Lebih baik ku minum dan kuhabiskan saja minuman ini. Itung itung untuk menghilangkan grogi. Semoga saja, setelah meminum minuman ini, tenggorokanku jadi lancar mengeluarkan suara.Aamiin ..."Makasih, Du.
Kalau ada yang bilang bahwa hidup itu aneh da rumit. Maka percayalah!Hidup memang seaneh dan serumit yang di katakana oleh orang tersebut. Entah dari mana ia bisa bilang begitu, hingga kata katanya tersebut manjur pada seseorang yang saat ini sedang berada di hadapanku.“Persis seperti yang di katakan orang orang, nasi goreng di sini emang enak,” katanya memuji tanpa memberi ekpresi di wajahnya sama sekali. Sepertinya ia enggan berekspresi sesuai dengan apa yang ia rasakan saat ini.Ya iyalah. Nasi gorengku itu di buat dengan cinta. Jadi, orang yang memakannya pun akan merasakan hal yang sama.Begitu hatiku membalas ucapannya. Aku diam, si Dudu pun melakukan hal yang sama. Kami seolah sama sama sedang menunggu ucapan selanjuutnya yang hendak laki laki misterius bin aneh itu katakana.“Tapi, kalau saya tak mencobanya dulu, mana mungkin saya tahu, kalau nasi goreng ini seenak itu. Emh, tidak! Bahkan, ini jauh lebih enak dari yang di katakana oleh orang orang.”Benar bukan dugaan kami
Di suatu pagi yang cerah, aku hendak membuka membuka pintu kontrakan dengan perasaan penuh semangat. Semoga saja, haruku indah bagai semangat yang membara dalam yubuh. Namun, Baru saja pintu kubuka, tiba tiba saja aku di kagetkan dengan datangnya segerombolan ibu ibu yang hendak mendekat ke arahku.Aku mengerutkan kening, memandang heran kepada segerombolan ibu-ibu tersebut. Mereka tampak Tak asing di pandanganku. karena sepertinya ibu-ibu tersebut adalah segerombolan ibu-ibu yang semalam datang ke tempat jualan ku dengan maksud tertentu."The Ibu-Ibu Squad."Begitu aku membaca tulisan yang tertera pada kaos yang mereka kenakan. warna merah jambu, mendominasi tubuh atas mereka semua. Lalu, mereka berjalan mendekati ke arah pintu kontrakanku dengan pandangan yang cukup membuatku bergidik ngeri.Kulihat juga, ada si Jumi di antara segerombolan ibu ibu itu. Apakah si Jumi juga sudah ikutan random seperti ibu ibu itu?Ah, ngapain aku juga tanya dan mau tahu segala. karena tanpa aku bertan
Angga tersenyum tipis, tapi matanya tidak ikut tersenyum. "Kita harus bicara, Siska. Kita punya masalah yang harus diselesaikan.""Eh, ini Mas emas yang semalam ngaku pacarnya Siska ya?" tanya salah satu dari si ibu yang ikut mendatangiku.Angga mengangguk tanpa ekspresi.The Ibu-Ibu Squad mendekat dengan pandangan penasaran. "Ini dia pacarmu, Siska? Udah punya pacar ganteng, masih aja suka jelalatan dan suka gangguin suami orang. Gak tahu malu!" ujar salah satu dari mereka.Aku terperangah. "Jangan sembarang ya ibu ibu. Aku tau kalau aku ini seorang janda. tapi aku bukan janda biasa. aku ini janda terhormat yang tidak akan menjadikan diri sendiri sebagai seorang simpanan dari suami orang. Apalagi suaminya itu sudah punya istri tiga. Ih, gak banget!" "So suci! Padahal kita tau sendiri, kalau kamu itu jadi selingkuhannya si mas Jaka. Dewi sendiri kok yang bilang. Bahkan, si Naura pun ikut membenarkan.""Apa?"
POV Angga.Namanya Siska. Pertama aku melihatnya saat membeli nasi goreng yang aku ketahui dari asistenku di kantor. Nasi goreng yang membuatku penasaran dengan siapa yang membuatnya."Nasi gorengnya enak, Bang. Dapet dari mana?" tanyaku saat melahap nasi goreng yang aku dapat dari Bang Arul. Ia adalah asistenku di kantor.Sudah larut malam, tapi aku masih di sibukkan dengan pekerjaan yang tak ada habisnya. Bruntung, aku punya asisten yang selalu mengingatkan aku makan. Bang Arul namanya."Dapet nyolong!"'Uhuk!'Aku tersedak mendengar Bang Arul menjawab. Sontak saja, nasi goreng di mulutku berhamburan karena aku terkejut."Ya beli lah! Masa iya abis nyolong! Ya kali, punya bos tajir, buat makan aja harus nyolong," seloroh bang Arul yang membuatku mendelik tajam."Gila Lo Bang!""Sorry, sorry. Ini tuh nasi gorengnya janda."'Uhuk!'Aku tersedak lagi. Agak aneh dengernya. 'Nasi goreng Janda.'"Kenapa? Gak percaya kalau namanya nasi goreng Janda Siska." Aku menggeleng. Dia berdecak.Ke
POV Angga.Aku merasa sangat terkejut saat Siska marah-marah padaku. Ucapan terima kasih itu ternyata hanyalah anganku saja. karena bukannya Terima kasih yang kudapatkan, tapi kekesalan yang saat ini sedang aku dengarkan dari mulut Siska."Oke, aku berterima kasih, karena kamu udah bantuin aku dari geng ibu ibu Itu. Tapi, kamu nggak tahu masalah apa yang udah kamu ciptain dalam kehidupan aku ke depannya. Mereka mungkin percaya saat ini. Tapi, lama kelamaan mereka akan menganggap aku kembali sebagai seorang janda yang selalu bikin Resah' para suami mereka. Kamu gak tau kan rasanya gimana jadi bahan gosip sekampung?" ujar Siska panjang lebar.Aku menatapnya tanpa kedip. Suara omelannya bagaikan sebuah nyanyian merdu di telingaku.Ah, kenapa ini bisa terjadi kepadaku? Apakah aku sudah mulai merasa jatuh cinta kepada wanita berstatus sebagai janda tanpa anak ini?Tidak mungkin! Tak mungkin secepat ini.