Di suatu pagi yang cerah, aku hendak membuka membuka pintu kontrakan dengan perasaan penuh semangat. Semoga saja, haruku indah bagai semangat yang membara dalam yubuh. Namun, Baru saja pintu kubuka, tiba tiba saja aku di kagetkan dengan datangnya segerombolan ibu ibu yang hendak mendekat ke arahku.Aku mengerutkan kening, memandang heran kepada segerombolan ibu-ibu tersebut. Mereka tampak Tak asing di pandanganku. karena sepertinya ibu-ibu tersebut adalah segerombolan ibu-ibu yang semalam datang ke tempat jualan ku dengan maksud tertentu."The Ibu-Ibu Squad."Begitu aku membaca tulisan yang tertera pada kaos yang mereka kenakan. warna merah jambu, mendominasi tubuh atas mereka semua. Lalu, mereka berjalan mendekati ke arah pintu kontrakanku dengan pandangan yang cukup membuatku bergidik ngeri.Kulihat juga, ada si Jumi di antara segerombolan ibu ibu itu. Apakah si Jumi juga sudah ikutan random seperti ibu ibu itu?Ah, ngapain aku juga tanya dan mau tahu segala. karena tanpa aku bertan
Angga tersenyum tipis, tapi matanya tidak ikut tersenyum. "Kita harus bicara, Siska. Kita punya masalah yang harus diselesaikan.""Eh, ini Mas emas yang semalam ngaku pacarnya Siska ya?" tanya salah satu dari si ibu yang ikut mendatangiku.Angga mengangguk tanpa ekspresi.The Ibu-Ibu Squad mendekat dengan pandangan penasaran. "Ini dia pacarmu, Siska? Udah punya pacar ganteng, masih aja suka jelalatan dan suka gangguin suami orang. Gak tahu malu!" ujar salah satu dari mereka.Aku terperangah. "Jangan sembarang ya ibu ibu. Aku tau kalau aku ini seorang janda. tapi aku bukan janda biasa. aku ini janda terhormat yang tidak akan menjadikan diri sendiri sebagai seorang simpanan dari suami orang. Apalagi suaminya itu sudah punya istri tiga. Ih, gak banget!" "So suci! Padahal kita tau sendiri, kalau kamu itu jadi selingkuhannya si mas Jaka. Dewi sendiri kok yang bilang. Bahkan, si Naura pun ikut membenarkan.""Apa?"
POV Angga.Namanya Siska. Pertama aku melihatnya saat membeli nasi goreng yang aku ketahui dari asistenku di kantor. Nasi goreng yang membuatku penasaran dengan siapa yang membuatnya."Nasi gorengnya enak, Bang. Dapet dari mana?" tanyaku saat melahap nasi goreng yang aku dapat dari Bang Arul. Ia adalah asistenku di kantor.Sudah larut malam, tapi aku masih di sibukkan dengan pekerjaan yang tak ada habisnya. Bruntung, aku punya asisten yang selalu mengingatkan aku makan. Bang Arul namanya."Dapet nyolong!"'Uhuk!'Aku tersedak mendengar Bang Arul menjawab. Sontak saja, nasi goreng di mulutku berhamburan karena aku terkejut."Ya beli lah! Masa iya abis nyolong! Ya kali, punya bos tajir, buat makan aja harus nyolong," seloroh bang Arul yang membuatku mendelik tajam."Gila Lo Bang!""Sorry, sorry. Ini tuh nasi gorengnya janda."'Uhuk!'Aku tersedak lagi. Agak aneh dengernya. 'Nasi goreng Janda.'"Kenapa? Gak percaya kalau namanya nasi goreng Janda Siska." Aku menggeleng. Dia berdecak.Ke
POV Angga.Aku merasa sangat terkejut saat Siska marah-marah padaku. Ucapan terima kasih itu ternyata hanyalah anganku saja. karena bukannya Terima kasih yang kudapatkan, tapi kekesalan yang saat ini sedang aku dengarkan dari mulut Siska."Oke, aku berterima kasih, karena kamu udah bantuin aku dari geng ibu ibu Itu. Tapi, kamu nggak tahu masalah apa yang udah kamu ciptain dalam kehidupan aku ke depannya. Mereka mungkin percaya saat ini. Tapi, lama kelamaan mereka akan menganggap aku kembali sebagai seorang janda yang selalu bikin Resah' para suami mereka. Kamu gak tau kan rasanya gimana jadi bahan gosip sekampung?" ujar Siska panjang lebar.Aku menatapnya tanpa kedip. Suara omelannya bagaikan sebuah nyanyian merdu di telingaku.Ah, kenapa ini bisa terjadi kepadaku? Apakah aku sudah mulai merasa jatuh cinta kepada wanita berstatus sebagai janda tanpa anak ini?Tidak mungkin! Tak mungkin secepat ini.
"Mau apa Rey?" tanya Siska nampak tak suka dengan kehadiran sosok laki laki yang baru saja tiba dengan pakaian rapi yang ia kenakan. Sepatu hitam mengkilat itu tampak mrnyombongkan diri pada penampilanku yang biasa saja dan apa adanya.Walau aku kaya, tapi aku tak suka berpenampilan wah. Apalagi hanya untuk sekedar pakaian yang aku gunakan. Biarlah itu menjadi urusanku. Aku mengenakan apa yang kurasa nyaman aku kenakan."Aku datang ke sini mau minta maaf sama kamu, Sis." Laki laki bernama Rey itu menjawab dengan nada tak enak."Buat apa? Kamu gak salah apa apa kok! Lagian, kamu juga gak ngelakuin hal yang bikin kamu harus minta maaf sama aku," kata Siska terdengar biasa."Justru kedatanganku ke sini, karena aku sudah berbuat sesuatu yang mengharuskan aku buat minta maaf sama kamu."Siska nampak mengerutkan kening. Sepertinya tak mengerti dengan ucapan laki laki bernam
POV Siska."Jaga ucapanmu, wanita! Siapa kamu, bisa mengatai calon istriku sebagai wanita murahan?"Aku tertegun. Laki laki yang sedari tadi diam dan memerhatikan, kini bangkit dan berdiri. Lalu, merespons tak suka pada perkataan yang meluncur begitu mulus dari mulut si Klinik Naura.Apa laki laki yang sudah kuketahui bernama Angga ini sedang membelaku di hadapan si Klinik Naura dan tunangannya, Rey?"Kamu yang siapa? Jangan ikut campur urusanku dengan wanita berstatus janda meresahkan itu. Kamu tak ada hubungannya sama sekali," balas Si Klinik Naura dengan sinis.Begitulah sifat aslinya, akan keluar saat ia sedang marah. Dan aku sudah tak aneh lagi. Tapi, tetap saja ucapannya menyakiti hatiku.Memang, siapa juga yang mau menjadi janda? Ini bukan keinginanku. Ini semua takdir yang harus kujalani.Suamiku meninggalkan aku den
"Ya ampun, Siska! Ada tamu, kok malah di biarin nganggur gitu aja, sih!"Aku tersentak, malah langsung gelagapan saat suara si Dudu yang nyaring membuatku mengusap telinga dengan kasar. Emang bener bener si Dudu ini. Tak bisa lihat orang tenang sedikit. Pasti di gangguin. Mana aku lagi tak sengaja sedang mandang wajahnya Angga. Aduh, pasti ketahuan nih."Dudu!" sentakku kesal. Eh, dia malah cengengesan. Emang temen lucknut dia ini. "Apa?! Bener toh. Ada tamu kok malah di anggurin. Kasian tau. Mana si Mas-nya ini udah baik bener mau bantuin kamu. Sekarang, kok malah di cuekin. Kasih minum kek, atau kasih makan, biar kenyang. Iya gak, Mas-nya?"Si Dudu nyerocos panjang lebar. Lalu, tatapannya ia alihkan pada sosok ganteng itu.Oh, aku tertegun. Dia mengulum senyum sedikit sambil menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan si Dudu.Jantungku berasa lagi konser dangdut lagi melihatnya. Ternyata, kalau senyum dikit, dia lebih ganteng kelihatannya. Apalagi kalau banyak. Bisa tawuran saat d
Baru kali ini lagi, setelah sekian lama menjanda, aku ada yang mengajak pergi. Bukan tak ada yang mengajak pergi. Tapi, aku sering menolaknya. Bukan tanpa alasan aku menolak mereka. Melainkan karena yang mengajakku pergi kebanyakan adalah para lelaki beristri yang sudah memiliki anak. Mana tega aku pergi dengan suami orang. Apalagi yang di kencani adalah seorang ayah yang tidak berstatus sebagai seorang suami. Tapi juga mempunyai anak yang selalu menunggu kepulangannya di rumah.Dag, dig, dug hatiku gelisah. Kulirik cermin setengah badan yang ada di kamar. Penampilanku sudah lumayan wah. Bisa kubilang. Tidak terlalu menor. Tapi juga tidak terlalu pucat.Aku cantik."Ayo Sis. Lama amat dandannya. Kayak mau ada acara lamaran aja!"Astaghfirullah si Dudu ... Kayak gak pernah jatuh cinta aja! Aku mengelus dada beberapa kali. Debat jantungku seakan tak mau ku ajak kom