Home / Young Adult / Sleep With My Enemy / Dinikahkan Di Rumah Sakit

Share

Dinikahkan Di Rumah Sakit

last update Last Updated: 2024-11-04 07:31:05

"Pa, Igo nggak bisa menikahi Ciara!" ucap pemuda jangkung dengan garis rahang tegas itu ketika menghadap ayahandanya di sofa ruang tengah.

Pak Bastian Sutedja pun membetulkan kaca mata yang tersangga oleh hidung mancungnya. Beliau bangkit dari tempat duduk dan menjawab putra nomor dua hasil pernikahannya dengan Nyonya Chintami, "Nak, pernikahan ini tidak bisa dibatalkan. Papa sudah menyetujuinya karena keluarga kita berteman dekat dengan keluarga Sasmita. Putrinya Mas Hartono itu cantik kok, anaknya sopan juga!" 

"Tapi, Igo nggak suka sama dia! Ciara tuh petakilan dan sembrono. Kami kalau dekat-dekat selalu bikin aku celaka, Pa!" Rodrigo lalu menyibak rambut poni bergelombangnya yang menawan, "nih jidat Igo jadi tambah jenong kayak ikan Louhan gara-gara dilempar bola basket sama cewek barbar itu!"

"Yaelah, Igo ... mungkin Ciara nggak sengaja, Nak. Masa kamu dendam sih hanya karena bola nyasar sedikit—" Pak Bastian tertawa renyah sembari menepuk-nepuk punggung putranya yang nampak emosi.

"Pokoknya Igo nggak mau!" 

"Kalau kamu menolak, Papa nggak akan restuin siapa pun gadis yang akan kamu pilih kelak jadi calon istrimu. Papa setuju dengan putrinya Mas Hartono. Titik. No debate, Igo!" tegas Pak Bastian menutup perbantahan bersama putranya tersebut.

Bahu pemuda itu langsung terkulai lemas. Perkataan ayahandanya menegaskan bahwa untuk seterusnya tak boleh ada wanita lain untuk dipersunting olehnya menjadi istri. Rodrigo pun mengangguk seraya menjawab lirih, "Oke, Pa. Igo nurut!"

"Nah, gitu dong. Cowok harus jantan ya. Nanti kalau sudah nikah, jangan lupa kasih Papa cucu laki-laki yang banyak!" pesan Pak Bastian sebelum menyuruh Rodrigo mandi dan berpakaian setelan jas rapi untuk pernikahannya sebentar lagi.

Sembari menapaki anak tangga ke kamarnya, Igo membatin, 'Anjrit bener dah, bijimane pula gue mesti bikin anak sama si cewek tengil gak ada akhlak itu. Gue sentuhan sama dia aja alergi!' 

Di dalam kamar tidurnya, sang mama sudah siap dengan setelan jas hitam dengan kemeja putih dan dasi warna merah maroon untuk kostum mempelai pria. "Pakai ini ya, Sayang. Kamu pasti kelihatan ganteng dan gagah. Yuk mandi dulu, jangan lama-lama. Waktunya sudah mepet!" ujar Nyonya Chintami Sutedja sebelum meninggalkan kamar putranya. 

Rodrigo melayangkan pandangannya ke gantungan baju di depan pintu lemarinya dan menghela napas pasrah. "Hari yang benar-benar sial buat gue. Dan semua ini gara-gara Ciara!" 

*** 

"Di hadapan hamba Tuhan, saya Rodrigo Gunadharma Sutedja menerima Ciara Eloise Sasmita sebagai istriku yang sah. Saya akan setia mendampingi dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, berkelimpahan maupun berkekurangan sampai maut memisahkan kita!" Rodrigo menggenggam kedua tangan Ciara dengan mengerahkan ketahanan mentalnya. 

Ketika tiba giliran Ciara, gadis itu masih syok mendengar janji suci yang baru saja diucapkan oleh mempelai pria. 'Hahh ... beneran nih si Igo mau jadi suamiku?! Lancar amat dia ngomong barusan!' batin Ciara terbengong-bengong.

"Psst ... giliran elo!" bisik Igo dengan mata melotot ke arah Ciara. 'Ckk ... jangan bilang dia mau bertingkah yang kagak-kagak di depan keluarga besar Sasmita dan Sutedja!' batinnya risau karena Ciara tak kunjung mengucapkan janji balasan dari mempelai wanita.

"Cia ... Cia ... ayo giliran kamu, Nak!" ucap lirih Nyonya Wina yang berdiri tak jauh di belakang putrinya dalam kamar perawatan pasien VVIP rumah sakit yang menjadi tempat pernikahan Igo dan Cia.

Setelah menghela napas, gadis itu pun membuka mulutnya dan membuat seisi ruangan yang sempat tegang merasa lega. Ciara berdehem dan mulai mengucapkan janji balasan sekalipun tersendat-sendat, 

"Di hadapan hamba Tuhan, ehh ... saya Ciara Eloise Sasmita menerima ... Rodrigo Gunadharma Sutedja sebagai ... sebagai suamiku yang sah. Saya akan setia mendampingi dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, berkelimpahan maupun berkekurangan ... sampai maut memisahkan kita!"

Prosesi pengucapan janji suci itu disahkan pemuka agama lalu disambut sorak sorai gembira seisi ruangan. Kakek Gito pun nampak puas karena cucunya mendapatkan jodoh yang menurut pertimbangannya adalah pemuda berperilaku baik dari keluarga yang jelas bebet, bibit, bobotnya.

"Cia, Igo ... kalian ke sini sebentar. Kakek mau berpesan sedikit!" tutur Kakek Gito dengan suara renta yang bergetar dan serak dari pembaringannya.

Pasangan pengantin remaja yang baru saja sah menjadi suami istri itu perlahan mendekat ke sisi kiri tempat tidur Kakek Gito. Tangan kanan mereka diraih lalu disatukan oleh genggaman sang kakek. "Kalian berdua tadi sudah mengucap janji sehidup semati dalam kondisi apa pun. Jangan ingkar, Kakekmu yang berumur tinggal sejengkal lagi ini saksinya. Berbahagialah Igo, Cia. Kalau kalian bertengkar, segera selesaikan baik-baik. Jangan anggap pasanganmu itu musuh, dia suami atau istrimu, kalian satu tim mengarungi kehidupan yang terkadang keras dan bisa membuat manusia putus asa lalu menyerah. Ingat ya nasihat Kakek Gito!" 

Meskipun tak mudah menerima status barunya sebagai istri Igo. Namun, Ciara mengangguk-angguk patuh. Sementara Igo menjawab dengan gentleman, "Baik, Kek. Saya akan jadi suami yang baik untuk cucu Kakek Gito. Semoga Kakek lekas sembuh dan bisa pulang ke rumah bersama keluarga."

"Nah ... kan, Ton. Menantumu ini pemuda yang baik, cocok untuk Ciara!" puji Kakek Gito seraya menepuk-nepuk lengan Rodrigo.

Pak Hartono pun tersenyum dan menanggapi, "Pilihan ayah benar. Aku yakin Igo akan menjadi suami yang terbaik buat Cia."

"TOK TOK TOK." Suara ketokan di pintu kamar perawatan Kakek Gito sontak membuat semua menoleh.

"Maaf, pasien harus beristirahat sekarang ya, Bapak, Ibu!" ujar Suster Maya seraya mendekati tempat tidur.

Pak Bastian Sutedja pun menyalami Kakek Gito sembari berkata, "Cepat sembuh, Pak Anggito. Ditunggu untuk menghadiri pesta resepsi Igo dan Cia ya!"

"Ohh, jangan dulu dibuat resepsi, Bas. Yang terpenting mereka berdua selalu rukun dan bahagia. Satu hal lagi, mereka masih SMA, takutnya orang-orang salah paham malah dikira nikah karena hamil duluan. Uhukk uhukk!" sergah Kakek Gito cepat-cepat sampai terbatuk-batuk.

"Nah ... sudah ya, pasien butuh ketenangan untuk beristirahat. Semua harap pulang saja, besok bisa dijenguk kembali!" tegur Suster Maya yang harus dipatuhi semua pengunjung pasien tersebut.

Nyonya Chintami pun menjabat tangan Kakek Gito lalu berkata, "Kami pamit pulang ya, Kek. Ciara akan tinggal bersama kami."

"Ohh ... bagus kalau begitu, biar terbiasa dengan suaminya. Nanti tolong diajari buat pakai kontrasepsi sementara masih SMA ya. Nanti kalau kuliah mau hamil boleh-boleh saja!" Kakek Gito pun tertawa riang. 

"Kakek! Cia—" protes Ciara langsung tenggelam oleh bekapan tangan Igo yang ada di sampingnya. 

Pemuda itu berbisik di samping telinga Ciara, "Lo jaga mulut, jangan asal bacot. Kalau kakek lo kaget lalu meninggoy, repot semua!" 

Alis Ciara tertaut sengit. 'Baru jadi suami udah main bekap aja dia, dasar cowok sialan!' 

"Ya sudah, Kakek istirahat dulu. Alex dan papa mama juga pamit pulang!" ujar Alex segera memasang badan, dia bekerja sama dengan Igo agar sang kakek tidak melihat Ciara yang sedang ditutup mulutnya oleh telapak tangan suami barunya.

"Mundur, Lex. Gue seret adek lo keluar dari sini!" bisik Igo lalu bergegas membawa Ciara yang terpiting oleh lengan kekar Igo dan masih dibekap mulutnya. 

Sesampainya di lorong luar kamar perawatan VVIP, Igo sontak berteriak, "AAW! SAKIT TAU!" Cap dua deret gigi tercetak di telapak tangannya.

"Itu salah lo sendiri ya. Baru nikah udah main kasar sama gue. Jangan harap gue ikut pulang ke rumah lo!" bentak Ciara lalu buru-buru berderap cepat menjauhi Igo.

Sejenak pemuda itu bengong hingga Alex menyikut lengannya. "Udah gendong aja, jejelin ke mobil ortu lo, Go! Dia pasti jaim di depan om sama tante pastinya, buruan!"

Segera Igo berlari mengejar pengantin wanita yang berani-beraninya kabur seusai sah menjadi istrinya itu. Sekalipun gaun putih yang dikenakan Ciara mengembang heboh. Namun, Igo tetap menggendong gadis ramping itu di dadanya. "Ikut gue pulang, Biniku!" tukasnya yang membuat Ciara terperangah.

Comments (46)
goodnovel comment avatar
Nelangsa
igo kok jadi yang paling semangat bawa cia plg kerumah ya.
goodnovel comment avatar
Izbell Tok
lngsng panggilannya bini ,ie
goodnovel comment avatar
haniah Nia
hahahaha,,,,bisa aja si Alex ngajarin iGO buat gendong cia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sleep With My Enemy   Lengket Bak Amplop dan Perangko

    "Turunin gue kagak?! Gue bisa main keras sama lo kalo emang lo yang nantangin!" hardik Ciara galak sembari bersitatap dengan Rodrigo."Ohh ... gaya lo lebay tau?! Badan elo tuh cuma separuh dari gue. Ntar sampai di rumah boleh ngajak gue gulat di kasur. HAHAHA!" Tanpa mengindahkan Ciara yang meronta-ronta seperti kena sawan, Igo tetap santai berjalan ke arah parkiran mobil kedua keluarga mereka. Papa mama mereka yang memang selalu kompak sedari muda dulu malah asik bercengkerama diiringi canda tawa di dekat mobil yang siap pulang ke rumah masing-masing."Tuh, Jeng Wina, Mas Tono, yang habis sah langsung romantis!" Nyonya Chintami terkikik geli menunjuk ke arah putra keduanya yang sedang menggendong Ciara dengan gagah seperti dalam adegan film Holywood."Wah, sayangnya mereka masih SMA ya, Jeng Tami. Rasanya nggak sabar buat gendong cucu pertamaku!" sahut Mama Ciara antusias melihat kebersamaan Igo-Cia yang cocok satu sama lain.Suaminya pun berpesan kepada Pak Bastian, "Ehh, Mas Ibas

    Last Updated : 2024-11-04
  • Sleep With My Enemy   Heboh Dari Dalam Kamar

    "Igo, tolong nanti bawain koper Cia di bagasi belakang mobil ya?" pinta mamanya dengan nada keibuan. Tentu saja Rodrigo tak bisa menolak sekalipun dia enggan."Mau ditaruh ke mana tuh koper, Ma?" tanya Igo dari bangku belakang mobil yang sedang membelok ke arah gapura masuk perumahan Kartika Buana.Pak Bastian pun berdecak kesal, "Ckk ... Igo, kamu ini kok masih nanya sih? Ya jelas dibawa ke kamar kamu dong. Sekarang kalian suami istri, masa malam pertama malah pisah ranjang!"'WHAT?!' batin Igo dan Cia berseru bersamaan lalu mereka pun menoleh seraya saling melempar tatapan tak setuju.Kemudian segera Ciara menutupi dadanya dengan dua tangan tersilang, sedangkan Igo tersenyum miring disertai ekspresi bandel. Mulut Igo berucap tanpa suara, "Mampus lo!""Ehm ... berarti malam ini Igo tidur bareng sama Cia satu ranjang berdua, bener gitu ya Pa?" ujar Rodrigo dengan suara lantang dan jelas agar Ciara mendengar sendiri apa kata orang tuanya."Yoii lah, kalian yang rukun. Cia dipeluk biar

    Last Updated : 2024-11-05
  • Sleep With My Enemy   Ciuman Pertama yang Membuat Hati Meleleh

    "Gue mau pulang ke rumah ortu!" Ciara menghentak-hentakkan kakinya tantrum seraya menatap tajam Rodrigo yang masih mengganjal pintu kamar dengan telapak tangan kanannya."Kebiasaan lo jadi biang kerok! Bisa gak sekali aja jadi cewek yang kagak barbar dan egois?" balas Igo dengan tegas. Permintaan Ciara dia tepiskan begitu saja. Ide buruk bagi semua yang terkait dengan pernikahan mereka tadi sore.Ciara masih saja menyolot dengan bertanya, "Memang apa yang bikin lo menyimpulkan gue egois, hahh? Perasaan di sini gue yang ada dipaksa nikahin musuh gue. Plus ... ditaruh di satu kamar pula, maksudnya gimana? Biar kita gladiator part two gitu?!" "Aahh ... gue jabaninlah, gladiator bareng bini gue yang semlohay boleh banget tuh. Di lantai udah tadi, cuma kurang empuk, cuss di kasur lebih enak!" seloroh Igo membersitkan senyuman tengil dan memasang tampang tak berdosa."Anjiiirr ... Igo, lo masak bisa sih nganu-nganu kagak pake perasaan? Lo nyadar kagak sih kita di sekolah tiap ketemu pasti

    Last Updated : 2024-11-06
  • Sleep With My Enemy   Mandi Bareng Aja Dari Pada Telat Sekolah!

    "TOK TOK TOK. Igo, Cia, kalian sudah bangun belum? Nanti telat berangkat ke sekolah lho!" seru Nyonya Chintami sambil mengetok pintu kamar mereka.Pasangan muda mudi yang tadinya tidur lelap berpelukan mesra itu pun terbangun bersamaan. Mereka saling tatap lalu cepat-cepat Igo menutup mulut Ciara agar tidak menjerit. "Iya, Ma. Sebentar lagi kami turun!" balas Igo dengan suara lantang agar mamanya mendengar."Ya sudah, Mama tunggu di meja makan ya!" ujar Nyonya Chintami lalu meninggalkan depan pintu kamar putranya.Ciara memelototi Igo dan menghardik pemuda itu, "Lo pagi-pagi main bekap aja sih! Ngapain juga peluk-peluk gue tadi?!" "Hey, semalem lo yang nemplok ke badan gue. Kali lo kedinginan sama AC kamar gue. Stop debatnya, nggak penting tahu. Kita sudah mau telat dan gue ada ulangan matematika jam pertama. Dari pada telat sekolah mending kita mandi bareng aja!" celoteh Igo sembari bangkit dari tempat tidurnya dan memilih baju seragam hari ini di lemari."Ogah, ngeri amat ngeliatin

    Last Updated : 2024-11-07
  • Sleep With My Enemy   Jadikanlah Aku Pacarmu. LIVE!

    "KRIIIINGG!" Suara bel tanda istirahat yang berbunyi nyaring membuat siswa-siswi SMA Teruna Negeri berhamburan dari pintu kelas masing-masing. "Cia, lo lesu amat sih pagi ini!" celetuk Lindsey, bestie-nya yang duduk bersebelahan meja dengan Ciara.Dengan cepat Ciara mengerem lidahnya agar tidak bocor keliling tentang pernikahan dadakannya dengan Rodrigo kemarin sore. "Ehh ... ohh ... biasa capek aja, Lind!" kelitnya. Tiba-tiba dari arah lapangan basket terdengar suara laki-laki dengan pengeras suara berkata, "Tolong yang lihat Ciara Eloise Sasmita, anak 10-A, bilangin suruh ke lapangan basket ya!" "Lho, kayak suara si Billy tuh, Cia. Lo dicariin sama dia di lapangan basket. Sono buruan tengok ada apa!" ujar Lindsey seraya bangkit dari kursinya. Gadis itu pun berdiri lalu melongok-longok dari kaca jendela kelasnya yang mengarah ke lapangan basket. 'Issh ... ngapain si Billy ya? Kagak biasanya begini!' batin Ciara penasaran."Ayo, Cia ... tuh dipanggil lagi!" Lindsey menyeret tangan

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sleep With My Enemy   Memeluknya Di Bawah Hujan

    "BUK BUKK BUKK!" Baku hantam yang terjadi di antara dua pentolan tim basket dan tim otomotif itu menyebabkan baik Billy maupun Igo babak belur. Suara derap kaki mendekat dari lorong menuju ke toilet putri terdengar semakin jelas hingga pintu terbuka lebar. "Hey, ngapain kalian di sini? Bukannya ikut pelajaran malah kelahi di toilet putri!" hardik Pak Wisnu, guru BP SMA Teruna Negeri yang sontak menghentikan adu pukulan dan tendangan kedua pemuda berpostur tinggi kekar tersebut.Mereka berdua terengah-engah menata napas dengan kepalan tangan jatuh ke sisi tubuh masing-masing. Rupanya Ciara memanggil bala bantuan untuk melerai Igo dan Billy."Sudah, ikut Bapak ke ruang konseling. Kalian ini bikin masalah saja!" seru Pak Wisnu lalu merangkul bahu kedua muridnya tersebut agar meninggalkan toilet putri. "Ciara, kamu masuk ke kelas sekarang!" titahnya."Baik, Pak!" jawab Ciara patuh. Dia pun segera berlari menaiki tangga ke lantai dua. Sementara itu Igo dan Billy digelandang masuk ke lif

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sleep With My Enemy   Icip-icip Dikit Ya?

    "Cia ... Igo ... kok kalian hujan-hujanan sih?!" sambut Nyonya Wina Sasmita di teras rumah. Pasangan belia itu memang basah kuyup karena gerimis yang tadinya turun di area sekitar sekolah lama kelamaan berubah semakin deras ketika menuju ke Bandung Barat. Igo pun bertanya sambil memasang standar sepeda motor gede miliknya, "Apa motor saya boleh diparkir di sini, Ma? Atau harus ditaruh di garasi samping rumah?" "Sudah, di situ aja nggakpapa, aman kok 'kan ada satpam di pintu gerbang depan. Yuk kalian masuk lalu ganti baju dulu biar nggak masuk angin!" jawab mama Ciara cemas.Segera Igo dan Ciara naik ke lantai dua di mana kamar tidur yang tadinya dipakai oleh gadis itu berada. "Aduh basah semua deh. Lo tunggu di kamar mandi ya, biar gue ambilin kaos sama celana punya Bang Alex di kamar sebelah!" ujar Ciara yang dipatuhi tanpa protes oleh Igo. Memang semua seragam dan sepatunya basah, tas sekolah Igo saja yang aman karena berbahan anti air. Segera saja dia melepaskan seragamnya yang

    Last Updated : 2024-11-22
  • Sleep With My Enemy   Kompak

    "Aduuh! Pelan dikit dong!" teriak Igo saat wajahnya yang babak belur karena berkelahi dengan Billy tadi diobati Ciara."Tskk ... gue udah pelan, cuma emang ini luka panteslah sakit. Lagian badan lo gede, masa kena alkohol dikit udah merengek!" ejek Ciara dengan puas. 'Hmm ... siapa suruh lo gontok-gontokan di toilet tadi, Igo!' batinnya.Wajah tampan pemuda itu mencebik kesal. Ada lebam dan luka robek kecil di tepi bibir kirinya. "Pokoknya lo jangan sengaja keganjenan sama cowok lain biar gue kagak perlu babak belur begini lagi!" ujar Igo mewanti-wanti."Kayaknya lo salah paham deh, gue kagak ada yang namanya keganjenan. Apa lo tahu kalo tadi gue nolak Billy pas dia nembak gue di lapangan basket istirahat pertama?" balas Ciara. Dia kesal karena dituduh sesuatu yang tidak benar."Bodo amat, gue pengin lo memahami dan menanamkan dalam-dalam ke pikiran lo kalo kita tuh udah merid. Yang berhak atas tubuh lo ... ya gue! Cinta itu kalau sudah disemai, dipupuk, dirawat ... ujung-ujungnya kay

    Last Updated : 2024-11-22

Latest chapter

  • Sleep With My Enemy   Dari Benci Menjadi Bucin (THE END)

    "Raymond, kamu di mana, Nak?!" seru Nyonya Wina memanggil putra bungsunya yang berusia tujuh tahun itu karena mereka sekeluarga akan berangkat bersama-sama ke New York pagi ini.Suara derap kaki yang berat dibalut sepatu boots menuruni tangga kayu dari lantai dua kediaman Subrata. "I'm coming, Mom!" jawab Raymond dengan napas terengah-engah.Pak Reynold yang sedang membaca pesan di ponselnya dari Vincent segera bangkit dari sofa ruang tengah. "Yuk kita berangkat sekarang biar nggak ketinggalan pesawat!" ajak pria berusia lebih dari setengah abad tersebut.Cleopatra yang telah beranjak remaja berjalan merangkul bahu adik kandung seayahnya menuju ke mobil. "Wow, aku tak sabar untuk bertemu Cedric dan Beryl!" ujar gadis itu seraya naik ke bangku belakang mobil Alphard putih bersama Raymond.Sementara itu di Amerika, Ciara dan Igo sekeluarga yang kini beranggotakan ayah ibu dengan sepasang putra putri tersebut sudah tiba di Bandara John F. Kennedy. Mereka memenuhi ajakan Vincent untuk men

  • Sleep With My Enemy   Pernikahan Alex dan Lindsey

    "Congrats ya, Lindsey. Gue kagak nyangka lo bakal jadi kakak ipar gue lho. Sabar-sabar sama abang gue yang super rese dan kadang kurang sensitif sama cewek!" ujar Ciara heboh di telepon saluran internasional.Lindsey tertawa cekikikan menanggapi perkataan sobat kentalnya itu. "Udah kena wamil gue tiga tahun pacaran sama abang lo tuh. Mami papi minta nunggu gue wisuda S1 baru kami dibolehin nikah. Penginnya pas merid tuh di undangan sama-sama ada tittle sarjananya di belakang nama kami masing-masing. Bang Alex keren bisa lulus kuliah daring di luar negeri. Gue bangga punya calon suami yang berpendidikan tinggi dan mapan secara finansial di usianya yang masih muda!" puji gadis manis berlesung pipit itu."Kalian serasi dan saling dukung. Salut gue sama lo, Lind! Oya, gue hampir lupa mau say thank you ... gue denger dari Bang Alex, lo yang selama ini nemenin Papa Tono berobat rutin ke rumah sakit sampai sembuh. Asli, gue utang budi banyak sama elo. Malahan gue yang anaknya kagak bisa nger

  • Sleep With My Enemy   Kejutan Tamu Dari Jauh

    Sekitar pukul 06.00 waktu Boston, Ciara mengerang sekuat tenaga dipandu oleh dokter Obsgyn yang bertugas membantu proses persalinannya. "Oeeekk!" Suara nyaring bayi berjenis kelamin laki-laki itu membuat Mama Wina dan Papa Reynold bersama Cleo di lorong depan ruang persalinan terkejut bercampur senang. "Udah lahiran kayaknya si Cia, Mas! Syukur kalau lancar prosesnya," ujar Mama Wina dengan binar bahagia di wajahnya. Cucu pertamanya yang made in Boston itu begitu berkesan karena dia jaga kehamilannya selama sembilan bulan.Dari arah lift nampak Vincent yang berjalan dalam langkah cepat menghampiri orang tuanya. "Gimana Ciara, Ma, Dad?" tanyanya cemas."Baru saja melahirkan tuh. Nah, susternya mau bersihin Baby Cedric sebelum disusui sama Cia!" jawab Mama Wina penuh senyuman. Anak sambungnya itu memang sangat perhatian kepada Ciara seperti adik kandung sendiri.Vincent menunggu semua proses pasca persalinan selesai sampai diizinkan masuk menengok Ciara ke dalam kamar. Dia melihat Igo

  • Sleep With My Enemy   Pecah Ketuban Tengah Malam

    Dari bulan ke bulan kehamilan Ciara semakin menampakkan bentukan perut buncitnya. Dia masih rajin kuliah karena memang pendidikannya dibiayai beasiswa dari kampus. Presensi dalam setiap mata kuliah sangatlah penting untuk penilaian tanggung jawab mahasiswa. Sementara itu Igo sudah memasuki semester akhir di kuliahnya, sibuk menyusun skripsi. Jadwal sidang skripsinya ditentukan minggu ini. Dia tetap menjaga dan mengurusi istrinya yang sedang hamil besar. Seperti sore ini pasangan muda tersebut berjalan-jalan di taman kota yang nampak indah karena sedang musim semi. Tangan Igo menggenggam telapak tangan mungil berjemari lentik itu sembari berjalan menyusuri jalan setapak di antara tanaman bunga serta pepohonan yang daunnya menghijau."Sudah empat musim lengkap gue berada di Boston, Cayank. Rasanya kangen juga sama Bandung. Kenangan kita di hutan anggrek Cikole, perkebunan teh, pemandian air panas, dan juga glamping yang terakhir tuh berkesan banget!" ujar Ciara seraya menoleh menatap

  • Sleep With My Enemy   Bukan Anak Durhaka

    Selama kuliah di kampusnya, Ciara tidak begitu berkonsentrasi dengan pemaparan dosennya. Hasil USG kehamilannya positif. Dia akan menjadi mama di usia 20 tahun. Muda sekali!Ciara takut dia akan mengalami baby blues syndrome dan menjadi tantrum. Kecemasannya yaitu kehamilan serta hadirnya bayi akan mengganggu kuliahnya dan juga kuliah Igo.Sebuah pesan masuk ke HP Ciara. Ternyata Igo sudah memberi kabar bahagia itu ke Mama Wina. "Cia, kamu jaga kehamilan pertama ini dengan hati-hati. Mama dan Papa Rey akan terbang ke Boston besok pagi waktu Indonesia. Sepertinya kami akan menetap di Amerika sampai kamu melahirkan dan bayi kalian bisa makan bubur selain ASI.""Sepertinya Cia memang butuh bantuan Mama. Cia kuatir kehamilan ini akan ngeganggu kuliahku dan Igo juga. Lalu Papa Rey apa bisa meninggalkan pekerjaannya di Indonesia, Ma? Cia nggak pengin ngerepotin semua orang!" ketik Ciara membalas pesan mamanya."Nanti Papa Rey yang bakalan bolak-balik US-Indonesia. Kasihan Bang Alex juga kal

  • Sleep With My Enemy   Morning Sick Pertama Ciara

    Seperti yang dikatakan Igo, barang-barangnya di asrama mahasiswa hanya dua koper besar saja. Tak butuh waktu lama untuk memindahkan itu semua ke apartemen yang akan dihuni oleh mereka berdua.Siang harinya Ciara memasak bahan yang ada di kulkas dapur. Vincent menyediakan beras juga di tempat penyimpanan bahan memasak di sana. Adiknya tak perlu kebingungan membeli bahan memasak untuk sementara.Ciara memang dibawakan bumbu-bumbu rempah instan oleh Mama Wina yang pastinya praktis. Dia memasak rendang daging sapi dan perkedel kentang dengan nasi putih sebagai menu makan siang.Igo yang sudah selesai membongkar koper menemani Ciara memasak di meja dapur sambil mengobrol. Dia penasaran juga seperti apa hasil masakan istri kecilnya yang nampak percaya diri. "Jadwal kuliah kita mungkin sama saat memulai tahun ajaran baru perkuliahan, Cia. Ada baiknya besok kalo lo ke kampus nanya ke senior yang baik butuh apa aja untuk mahasiswa tingkat pertama. Arsitektur pastinya butuh alat menggambar 'ka

  • Sleep With My Enemy   Berganti Suasana Baru Di Boston

    "Cleo, Kakak Cia mau pergi sekolah jauh. Jangan lupain Kakak ya!" Ciara menggendong adik bungsunya yang baru berusia satu tahunan. Matanya berkaca-kaca karena harus meninggalkan bayi lucu yang selama ini menemaninya menjalani LDR dengan Igo.Seolah dia tahu ada sesuatu yang menyedihkan yang membuat mata Ciara berkaca-kaca, Baby Cleo menangis kencang di gendongan kakaknya."Yaelah, Cia. Kok adek lo malah dibikin nangis sih!" omel Igo yang segera mengambil alih adik ipar kecilnya itu. Dia mengajak Baby Cleo berjalan-jalan di taman belakang rumah kediaman Subrata. "Tungguin gue dong, Cayank. Bukan maksud gue mau bikin Cleo nangis. Kali dia tahu gue lagi sedih aja!" kelit Ciara. Aroma tanaman bunga melati yang menenangkan menguar di udara. Sedikit membuat hati Ciara lebih tenang.Igo pun mengerti dengan apa yang dirasakan oleh istrinya. Meninggalkan keluarga untuk menuntut ilmu di luar negeri memang tak mudah. Dia sudah mengalami itu sebelumnya. Hari-hari kangen masakan Indonesia terutam

  • Sleep With My Enemy   Hari-hari Terakhir Penuh Kenangan Di Kota Bandung

    Kenaikan kelas ke tingkat terakhir jenjang SMA telah berhasil dilalui Ciara. Dia membuktikan kepada Igo bahwa dirinya pun cerdas dan bisa berprestasi. Memang pada akhirnya keaktifannya di tim basket sekolah harus dilepas. Ciara lebih memilih main basket biasa bersama teman-temannya saja dibanding menjadi kapten tim basket yang dituntut fokus berlatih di lapangan setiap hari.Igo pun mendukung pilihan Ciara, dia yang menyarankan agar istri kecilnya memilih prioritas untuk mengejar cita-citanya menjadi arsitek. Beberapa brosur elektronik dari perguruan tinggi di kota Cambridge, Massacussets yang mempunyai fakultas arsitektur dikirimkan Igo melalui email.Beberapa kampus yang memberikan beasiswa program sarjana dikirimi lamaran oleh Ciara. Hari-harinya sibuk dengan persiapan ujian kelulusan dan memantau aplikasi lamaran beasiswanya ke beberapa kampus yang sekota dengan Igo.Pak Reynold pun mendukung usaha Ciara. Bahkan, dia mengatakan akan membiayai kuliah putri sambungnya ke Amerika sea

  • Sleep With My Enemy   Suka Duka Kehidupan, Kelahiran Baby Cleo

    "Permisi, Pak Satpam. Saya mau ketemu Mas Hartono!" ujar Cindy yang membawa bungkusan plastik berisi buah segar di depan pintu gerbang."Ohh ... kamu lagi rupanya. Maaf, pesan dari Bapak langsung. Kata beliau kalo lihat Cindy langsung usir, jangan kasih masuk dengan alasan apa pun!" jawab satpam kediaman Sasmita tanpa berkompromi.Wajah Cindy nampak kecewa berat. Pasalnya, dia ingin mencari simpati dari Pak Hartono lagi setelah sempat berselingkuh dengan Devan dan diusir dari rumah megah itu tempo hari. Namun, tanpa barang-barang mewah yang mendukung penampilannya, jelas saja Devan curiga. Zaman sekarang mencari pria yang tulus sulit sekali, kebanyakan hanya modus dan sebagian lainnya melihat apa yang dimiliki sehingga membuat tertarik."Nitip buah apel dan jeruk ini saja deh buat Mas Hartono, Pak. Bilang kalau Cindy yang kirim sendiri!" pesan perempuan itu pada akhirnya sebelum berjalan kaki meninggalkan depan pintu gerbang yang tertutup rapat.Penyesalan mulai muncul di belakang set

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status