Beranda / Fiksi Remaja / Sleep With My Enemy / Lengket Bak Amplop dan Perangko

Share

Lengket Bak Amplop dan Perangko

Penulis: agneslovely2014
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 14:06:27

"Turunin gue kagak?! Gue bisa main keras sama lo kalo emang lo yang nantangin!" hardik Ciara galak sembari bersitatap dengan Rodrigo.

"Ohh ... gaya lo lebay tau?! Badan elo tuh cuma separuh dari gue. Ntar sampai di rumah boleh ngajak gue gulat di kasur. HAHAHA!" Tanpa mengindahkan Ciara yang meronta-ronta seperti kena sawan, Igo tetap santai berjalan ke arah parkiran mobil kedua keluarga mereka. 

Papa mama mereka yang memang selalu kompak sedari muda dulu malah asik bercengkerama diiringi canda tawa di dekat mobil yang siap pulang ke rumah masing-masing.

"Tuh, Jeng Wina, Mas Tono, yang habis sah langsung romantis!" Nyonya Chintami terkikik geli menunjuk ke arah putra keduanya yang sedang menggendong Ciara dengan gagah seperti dalam adegan film Holywood.

"Wah, sayangnya mereka masih SMA ya, Jeng Tami. Rasanya nggak sabar buat gendong cucu pertamaku!" sahut Mama Ciara antusias melihat kebersamaan Igo-Cia yang cocok satu sama lain.

Suaminya pun berpesan kepada Pak Bastian, "Ehh, Mas Ibas ... nanti kalau Ciara bandel di rumah kamu, tegur saja. Kami nggak akan belain, dia harus jaga sopan santun di rumah mertuanya!"

"Ahh ... tenang saja, Mas Tono. Kami sekeluarga nggak yang saklek kok, negur biasa nggak sampai bikin sakit hati apa lagi nangis kecuali ... Ciara nggak cengeng 'kan anaknya ya?" balas Pak Bastian dengan alis berkerut ragu-ragu menilai kepribadian menantu barunya itu.

Pak Tono segera menjawab, "Aman. Dia tahan banting, cuma terkadang kalau ngomong sering kelepasan, lupa difilter. Kalau lainnya nggak ada yang aneh-aneh sifatnya, Ciara itu anak yang baik kok!" 

"Yuk, Ma, Pa kita pulang!" ujar Igo masih memeluk Ciara dalam gendongannya. Dia kuatir gadis sableng itu tiba-tiba lompat pagar parkiran rumah sakit untuk kabur.

"Igo, pamit dulu ke papa dan mama mertua kamu!" tegur Nyonya Chintami Sutedja sambil tersenyum geli. Dia tak menyangka putranya yang tadi sepulang sekolah menolak keras pernikahan ini justru sekarang lengket bak amplop dan perangko.

Dengan hati-hati Igo menurunkan kaki Ciara yang berbalut high heels lima senti itu ke lantai. Kemudian dia segera merangkul pinggang istrinya dengan protektif. Rodrigo pun berjabat tangan sopan untuk berpamitan kepada Pak Hartono dan Nyonya Wina Sasmita.

Alex pun cengar cengir seraya mengucapkan selamat kepada sobat kentalnya, yang tak lain ketua geng di sekolah mereka. "Wah, fans-fans elo bakalan gigit jari nih! Gebetan mereka udah sold out. Hahaha!" celetuk kakak Ciara.

"Yaelah, jangan bilang siapa-siapa di sekolah ooii!" tukas Igo cepat-cepat.

Ciara juga melemparkan tatapan setajam silet ke kakak semata wayangnya. "Kalo sampe ada gosip macem-macem di sekolah. Berarti itu yang bocor keliling kamu, Bang Alex!"

"Anjriiit ... baru bentar nikah, udah kompak aja kalian berdua. Gimana ntar kalo kawin tuh, tambah kompak kali yee?!" seloroh Alex terkekeh.

Igo yang menjawab candaan kakak iparnya itu, "Jangan kepo lo, Lex. Nggak yakin gue bakal dapet belaian, kena tampol iya!"

Mendengar komentar menantunya, Pak Hartono Sasmita buru-buru mendekati pasangan muda itu. "Cia, dengerin kata Papa ya. Sekarang Igo ini suami kamu, jangan berlaku kasar, itu nggak baik. Perlakukan dengan hormat dan lembut, jangan sampai Papa dan mama malu dapat laporan yang nggak-nggak dari mertua kamu ya!"

"Papaa—" Ciara ingin melontarkan protesnya. Namun, papanya segera memberi kode untuk diam dan menuruti perkataannya tadi.

"Igo, Papa nitip Cia ya. Sayangi dia, kamu boleh melakukan hubungan suami istri, tapi hati-hati karena masa depan kalian masih panjang. Kalau hamil pas masih SMA, kasihan Cia!" pesan Pak Hartono dengan jelas ke menantunya.

"Baik, Pa. Saya paham kok. Terima kasih nasihatnya. Hati-hati di jalan!" jawab Igo sopan dengan membungkukkan punggungnya.

Selepas kepergian keluarga Sasmita, Igo segera membantu Ciara naik ke dalam mobil keluarga Sutedja. Mereka praktis hanya berempat saja karena yang menyetir mobil sedan Mercy itu adalah ayah Igo sendiri, bukan sopir.

"Nanti Ciara bobo di kamar Igo ya. Mama ajarin minum pil KB biar nggak kebobolan juga!" ujar Nyonya Chintami tanpa basa basi. Dia hanya waswas karena pasangan pengantin baru itu sedari tadi terlihat mesra tak terpisahkan.

'Busettt!' jerit hati Ciara sembari langsung menoleh ke arah Igo dengan ekspresi ngeri, 'yakin nih bakalan diunboxing sama musuh bebuyutan gue malem ini?! Yang bener aja, ya Tuhan!!' 

Rodrigo berdehem seraya menyikut lengan Ciara agar menjawab perkataan mamanya barusan. Akhirnya, Ciara berkata pelan dengan nada yang sopan tentunya, "Iya, Ma. Nanti Cia minum obatnya biar nggak hamidun!" 

Igo menahan tawa dengan memalingkan wajahnya ke arah kaca jendela mobil. Bahkan, dia pun tak habis pikir bagaimana melakukan 'hal itu' sementara dirinya masih bersegel ori. Perkiraan para orang tua mereka nampaknya agak terlalu jauh.

"Kita mampir makan di restoran aja deh ya, buat makan malam sekaligus merayakan pernikahan kalian. Ckk, seharusnya tadi keluarga Sasmita diajak juga, Papa lupa!" ujar Pak Bastian sedikit menyesal karena rumah mereka berlawanan arah, satu di bagian barat dan satu di timur kota Bandung.

"Lain kali masih ada kesempatan, Pa. Oya, kalian kapan nih ada libur panjang. Honeymoon dong, buat merayakan pernikahan, biar tambah mesra juga. Bang Jose 'kan masih sekolah di Perth, kalian gih main ke sana berdua nanti!" tutur Nyonya Chintami yang hanya memiliki dua putra, yang sulung, Bartolomew Jose Sutedja kuliah semester lima di University of Western Australia.

"Boleh, Ma. Bulan depan pertengahan kami ujian akhir semester gasal. Akhir tahun deh ngunjungin Bang Jose sekalian sampai tahun baru aja!" jawab Igo antusias, dia memang hobi travelling backpaker ke luar negeri.

Sementara Ciara lebih cenderung berdiam diri, dia tidak mengenal dekat kakak Igo. Namun, ide berkunjung ke negeri Kangguru cukup menyenangkan baginya. Dulu dia pernah liburan ke Sidney ketika masih SD bersama keluarganya.

Makan malam di restoran berlangsung menyenangkan. Ciara yang menjadi anggota baru di keluarga Sutedja diperhatikan oleh papa mama Igo dan pemuda itu juga. 

'Ternyata si kakak kelas sok kecakepan ini baik juga anaknya, hmm. Ehh ... tapi, jangan-jangan cuma biar aku mau diunboxing nanti di rumah!' Ciara galau sendiri membayangkan malam pertama bersama Igo.

"Ayo, dimakan dong, Cia Sayang. Butuh banyak tenaga setelah tadi seharian sekolah lalu acara di rumah sakit, dan nanti begadang sama Igo!" canda Pak Bastian seraya terkekeh penuh arti.

Igo menggaruk-garuk kepalanya jengah. 'Ini si papa yang bener aja, ngapain pula kami begadang? Besok Selasa masih sekolah kali!' batinnya sekalipun tak berani protes.

"Makasih, Pa. Cia sudah kenyang kok, habis paha ayam utuh satu, udang delapan ekor, Tenderloin seporsi bareng sayurnya, masih tambah sup krim kepiting juga di awal. Kali Igo mau habisin itu sate kambingnya sama nasi, hehehe!" Ciara tertawa cengengesan karena memang perutnya sudah full tank.

"Ohh ya sudah, biar dibungkus saja kalau Igo nggak habis ntar!" sahut Pak Bastian. Dia baru sadar bahwa menantunya sudah makan terlalu banyak agaknya untuk ukuran perempuan.

Rodrigo pun menggelengkan kepala ketika diminta menghabiskan menu hidangan di meja. Maka Pak Bastian memanggil waiter untuk minta bill dan membungkus sisa makanan yang masih banyak porsinya.

"Sudah beres semua, ayo kita pulang!" ajak Nyonya Chintami lalu merangkul Ciara yang masih mengenakan gaun pengantin model jadul yang mekar heboh. "Kamu cantik sekali kayak princess, Cia. Cucu Mama pasti ganteng dan cantik nanti seperti orang tuanya!" puji mama Igo penuh harap. 

Ciara hanya bisa tersenyum tegang, bingung harus menjawab apa pujian mama mertuanya. 'Apa iya, gue harus minta dikirim video tutorial ngadon anak seperti kata Tante Merry tadi siang?' batin Ciara serba salah, dia masih ijo royo-royo begini dan masih tujuh belas.

Komen (51)
goodnovel comment avatar
Izbell Tok
Tanpa nnton video tutorial pun kmu pasti akan lngsng pintar cia,ikutin insting aja
goodnovel comment avatar
haniah Nia
ngebayangin malam pertama mereka kayaknya perang deh, bukan peluk2 an
goodnovel comment avatar
Muktie Prilly
yg nikah santai aj eh orng tua yg kebelet pen anak mantu cepet" unboxing aga lain mg ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sleep With My Enemy   Heboh Dari Dalam Kamar

    "Igo, tolong nanti bawain koper Cia di bagasi belakang mobil ya?" pinta mamanya dengan nada keibuan. Tentu saja Rodrigo tak bisa menolak sekalipun dia enggan."Mau ditaruh ke mana tuh koper, Ma?" tanya Igo dari bangku belakang mobil yang sedang membelok ke arah gapura masuk perumahan Kartika Buana.Pak Bastian pun berdecak kesal, "Ckk ... Igo, kamu ini kok masih nanya sih? Ya jelas dibawa ke kamar kamu dong. Sekarang kalian suami istri, masa malam pertama malah pisah ranjang!"'WHAT?!' batin Igo dan Cia berseru bersamaan lalu mereka pun menoleh seraya saling melempar tatapan tak setuju.Kemudian segera Ciara menutupi dadanya dengan dua tangan tersilang, sedangkan Igo tersenyum miring disertai ekspresi bandel. Mulut Igo berucap tanpa suara, "Mampus lo!""Ehm ... berarti malam ini Igo tidur bareng sama Cia satu ranjang berdua, bener gitu ya Pa?" ujar Rodrigo dengan suara lantang dan jelas agar Ciara mendengar sendiri apa kata orang tuanya."Yoii lah, kalian yang rukun. Cia dipeluk biar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Sleep With My Enemy   Ciuman Pertama yang Membuat Hati Meleleh

    "Gue mau pulang ke rumah ortu!" Ciara menghentak-hentakkan kakinya tantrum seraya menatap tajam Rodrigo yang masih mengganjal pintu kamar dengan telapak tangan kanannya."Kebiasaan lo jadi biang kerok! Bisa gak sekali aja jadi cewek yang kagak barbar dan egois?" balas Igo dengan tegas. Permintaan Ciara dia tepiskan begitu saja. Ide buruk bagi semua yang terkait dengan pernikahan mereka tadi sore.Ciara masih saja menyolot dengan bertanya, "Memang apa yang bikin lo menyimpulkan gue egois, hahh? Perasaan di sini gue yang ada dipaksa nikahin musuh gue. Plus ... ditaruh di satu kamar pula, maksudnya gimana? Biar kita gladiator part two gitu?!" "Aahh ... gue jabaninlah, gladiator bareng bini gue yang semlohay boleh banget tuh. Di lantai udah tadi, cuma kurang empuk, cuss di kasur lebih enak!" seloroh Igo membersitkan senyuman tengil dan memasang tampang tak berdosa."Anjiiirr ... Igo, lo masak bisa sih nganu-nganu kagak pake perasaan? Lo nyadar kagak sih kita di sekolah tiap ketemu pasti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Sleep With My Enemy   Mandi Bareng Aja Dari Pada Telat Sekolah!

    "TOK TOK TOK. Igo, Cia, kalian sudah bangun belum? Nanti telat berangkat ke sekolah lho!" seru Nyonya Chintami sambil mengetok pintu kamar mereka.Pasangan muda mudi yang tadinya tidur lelap berpelukan mesra itu pun terbangun bersamaan. Mereka saling tatap lalu cepat-cepat Igo menutup mulut Ciara agar tidak menjerit. "Iya, Ma. Sebentar lagi kami turun!" balas Igo dengan suara lantang agar mamanya mendengar."Ya sudah, Mama tunggu di meja makan ya!" ujar Nyonya Chintami lalu meninggalkan depan pintu kamar putranya.Ciara memelototi Igo dan menghardik pemuda itu, "Lo pagi-pagi main bekap aja sih! Ngapain juga peluk-peluk gue tadi?!" "Hey, semalem lo yang nemplok ke badan gue. Kali lo kedinginan sama AC kamar gue. Stop debatnya, nggak penting tahu. Kita sudah mau telat dan gue ada ulangan matematika jam pertama. Dari pada telat sekolah mending kita mandi bareng aja!" celoteh Igo sembari bangkit dari tempat tidurnya dan memilih baju seragam hari ini di lemari."Ogah, ngeri amat ngeliatin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Sleep With My Enemy   Jadikanlah Aku Pacarmu. LIVE!

    "KRIIIINGG!" Suara bel tanda istirahat yang berbunyi nyaring membuat siswa-siswi SMA Teruna Negeri berhamburan dari pintu kelas masing-masing. "Cia, lo lesu amat sih pagi ini!" celetuk Lindsey, bestie-nya yang duduk bersebelahan meja dengan Ciara.Dengan cepat Ciara mengerem lidahnya agar tidak bocor keliling tentang pernikahan dadakannya dengan Rodrigo kemarin sore. "Ehh ... ohh ... biasa capek aja, Lind!" kelitnya. Tiba-tiba dari arah lapangan basket terdengar suara laki-laki dengan pengeras suara berkata, "Tolong yang lihat Ciara Eloise Sasmita, anak 10-A, bilangin suruh ke lapangan basket ya!" "Lho, kayak suara si Billy tuh, Cia. Lo dicariin sama dia di lapangan basket. Sono buruan tengok ada apa!" ujar Lindsey seraya bangkit dari kursinya. Gadis itu pun berdiri lalu melongok-longok dari kaca jendela kelasnya yang mengarah ke lapangan basket. 'Issh ... ngapain si Billy ya? Kagak biasanya begini!' batin Ciara penasaran."Ayo, Cia ... tuh dipanggil lagi!" Lindsey menyeret tangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Sleep With My Enemy   Memeluknya Di Bawah Hujan

    "BUK BUKK BUKK!" Baku hantam yang terjadi di antara dua pentolan tim basket dan tim otomotif itu menyebabkan baik Billy maupun Igo babak belur. Suara derap kaki mendekat dari lorong menuju ke toilet putri terdengar semakin jelas hingga pintu terbuka lebar. "Hey, ngapain kalian di sini? Bukannya ikut pelajaran malah kelahi di toilet putri!" hardik Pak Wisnu, guru BP SMA Teruna Negeri yang sontak menghentikan adu pukulan dan tendangan kedua pemuda berpostur tinggi kekar tersebut.Mereka berdua terengah-engah menata napas dengan kepalan tangan jatuh ke sisi tubuh masing-masing. Rupanya Ciara memanggil bala bantuan untuk melerai Igo dan Billy."Sudah, ikut Bapak ke ruang konseling. Kalian ini bikin masalah saja!" seru Pak Wisnu lalu merangkul bahu kedua muridnya tersebut agar meninggalkan toilet putri. "Ciara, kamu masuk ke kelas sekarang!" titahnya."Baik, Pak!" jawab Ciara patuh. Dia pun segera berlari menaiki tangga ke lantai dua. Sementara itu Igo dan Billy digelandang masuk ke lif

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Sleep With My Enemy   Icip-icip Dikit Ya?

    "Cia ... Igo ... kok kalian hujan-hujanan sih?!" sambut Nyonya Wina Sasmita di teras rumah. Pasangan belia itu memang basah kuyup karena gerimis yang tadinya turun di area sekitar sekolah lama kelamaan berubah semakin deras ketika menuju ke Bandung Barat. Igo pun bertanya sambil memasang standar sepeda motor gede miliknya, "Apa motor saya boleh diparkir di sini, Ma? Atau harus ditaruh di garasi samping rumah?" "Sudah, di situ aja nggakpapa, aman kok 'kan ada satpam di pintu gerbang depan. Yuk kalian masuk lalu ganti baju dulu biar nggak masuk angin!" jawab mama Ciara cemas.Segera Igo dan Ciara naik ke lantai dua di mana kamar tidur yang tadinya dipakai oleh gadis itu berada. "Aduh basah semua deh. Lo tunggu di kamar mandi ya, biar gue ambilin kaos sama celana punya Bang Alex di kamar sebelah!" ujar Ciara yang dipatuhi tanpa protes oleh Igo. Memang semua seragam dan sepatunya basah, tas sekolah Igo saja yang aman karena berbahan anti air. Segera saja dia melepaskan seragamnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Sleep With My Enemy   Kompak

    "Aduuh! Pelan dikit dong!" teriak Igo saat wajahnya yang babak belur karena berkelahi dengan Billy tadi diobati Ciara."Tskk ... gue udah pelan, cuma emang ini luka panteslah sakit. Lagian badan lo gede, masa kena alkohol dikit udah merengek!" ejek Ciara dengan puas. 'Hmm ... siapa suruh lo gontok-gontokan di toilet tadi, Igo!' batinnya.Wajah tampan pemuda itu mencebik kesal. Ada lebam dan luka robek kecil di tepi bibir kirinya. "Pokoknya lo jangan sengaja keganjenan sama cowok lain biar gue kagak perlu babak belur begini lagi!" ujar Igo mewanti-wanti."Kayaknya lo salah paham deh, gue kagak ada yang namanya keganjenan. Apa lo tahu kalo tadi gue nolak Billy pas dia nembak gue di lapangan basket istirahat pertama?" balas Ciara. Dia kesal karena dituduh sesuatu yang tidak benar."Bodo amat, gue pengin lo memahami dan menanamkan dalam-dalam ke pikiran lo kalo kita tuh udah merid. Yang berhak atas tubuh lo ... ya gue! Cinta itu kalau sudah disemai, dipupuk, dirawat ... ujung-ujungnya kay

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Sleep With My Enemy   Situasi Tak Terduga

    "Den Igo, ini seragam sekolah Neng Ciara dan punya Aden. Sudah ya, Mamang pulang dulu!" ujar pelayan di rumah keluarga Sutedja yang khusus mengantarkan baju seragam sekolah untuk dipakai besok pagi."Makasih ya, Mang Toyib. Maaf bikin Mamang hujan-hujanan. Pulangnya hati-hati ya!" balas Igo sembari menyelipkan lembaran uang kertas biru ke tangan pria berusia tiga puluh lima tahun tersebut, "buat beli rokok sama kopi, Mang!"Dengan wajah berseri-seri, Mang Toyib pun berpamitan kepada tuan mudanya dan mama Ciara. Hujan masih turun begitu deras sehingga mau tak mau, Mang Toyib harus mengenakan kembali mantel plastik agar tak kebasahan pulang ke kediaman keluarga Sutedja."Ya sudah, kamu kalau mau belajar untuk sekolah besok atau istirahat boleh, Igo. Naik aja bareng Cia ke kamar, jangan sungkan!" ujar Nyonya Wina kepada menantunya lalu melangkah kembali menuju meja makan.Igo pun mengiyakan perkataan ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Sleep With My Enemy   Angin yang Berubah Arah

    "Welcome to our campus!" ujar teman sekamar Igo di asrama mahasiswa MIT. Pemuda asal Jepang itu mendapat beasiswa penuh sama seperti Igo yang kebetulan satu jurusan juga. Dia mengulurkan jabat tangannya ke Igo, "Kenalkan, namaku Hideo Takajima. Baru sampai di sini dua hari lalu!""Aku Rodrigo Gunadarma Sutedja. Asalku dari Indonesia. Mungkin kamu akan lebih mudah mengingat nama panggilanku. Igo, itu saja!" balas Igo ramah. Hideo akan menjadi teman sekamarnya untuk waktu yang entah berapa lama."Nice, aku suka nama yang singkat. Mudah diingat dan wajahmu seperti bintang film, Bro. Keren sekali!" puji Hideo sembari duduk di lantai kamar beralas karpet. Kemudian Igo membongkar kopernya yang berisi pakaian, barang-barang pribadi, dan makanan kering yang sengaja ditaruh oleh Mama Tami ke dalam bawaannya. Dia pun mulai mengirim telepati dengan penuh konsentrasi ke Ciara, berharap jarak yang luar biasa jauh tak menghilangkan kemampuan istimewa itu.'Beib, hai ... apa lo denger suara gue? In

  • Sleep With My Enemy   Pelukan Terakhir Semalam Sebelum Berpisah

    Seusai resmi menjadi suami Nyonya Wina, pengusaha tajir melintir itu membawa anak dan istrinya tinggal bersama di rumah megah bak istana yang ada di tengah kota Bandung. Memang sebelum Igo berangkat ke Massacussets, Amerika, Ciara tetap tinggal di kediaman Sutedja. Namun, nanti setelah suaminya berangkat kuliah ke luar negeri, Ciara akan tinggal bersama keluarga barunya.Hari demi hari yang dilewati selama sebulan itu bergulir begitu cepat sehingga tanggal keberangkatan Igo tersisa di besok sore penerbangannya."Cayank, gue nggak rela rasanya elo pergi besok!" ucap Ciara di balkon kamar mereka di lantai dua malam itu. Angin malam yang berhembus membuat hati terasa membeku. Ciara bergidik sedikit, Igo segera mengambil jaket untuk menghangatkan istrinya. "Lo jaga kesehatan selama kita LDR. Jangan ilang kontak sama Gabe dan Renata kalo lo lagi di luar rumah!" pesan Igo.Kepala Ciara terangguk pelan. Air mata merembes melalui sudut matanya. Igo makin berat saja meninggalkan si cantik imu

  • Sleep With My Enemy   Malam Pengantin Duda dan Janda

    "Pengantinnya sudah boleh turun ya, tamu-tamu sudah memadati meja pesta!" kata Bu Ursula kepada Ciara melalui HT."Okay, copy! Kami akan langsung turun dengan pengantin, Bu Ur!" sahut Ciara lalu memberi kode ke Mama Wina dan Papa Reynold bahwa sudah saatnya acara dimulai di venue party.Pasangan yang tak lagi muda itu nampak berbinar-binar wajahnya. Sedikit unik karena bridesmaid semuanya ibu-ibu berbadan subur dengan beberapa anak sudah remaja."Mbak Wina, kamu cantik sekali lho ngalah-ngalahin yang dua puluhan!" puji Tante Anjali dengan nadanya yang selalu khas rumpi."Kakak pertama kita 'kan memang awet muda sih, Anjali!" sahut Tante Merry yang membantu mengangkat ekor gaun putih panjang Mama Wina.Dalam lift Pak Reynold yang dikerubuti kaum ibu-ibu hanya bisa memasang senyum tipis. Istrinya meliriknya gemas lebih dikarenakan dia santai dan tidak jelalatan matanya. Tangan halus yang terasa sejuk itu berada di genggaman telapak tangan lebar Pak Reynold saat lift berbunyi tanda samp

  • Sleep With My Enemy   Malam Jelang Pesta Wedding

    Kabar bahwa Mama Wina dan Pak Reynold telah sepakat menikah membuat anak-anak mereka turut bergembira. Bahkan, Vincent mendesak agar perayaan pernikahan segera diselenggarakan. Dia berencana mengajak Grandpa Damon Hawkins terbang ke Indonesia untuk menghadiri acara spesial sekali seumur hidup ayah kandungnya tersebut.Masih dalam suasana libur kenaikan kelas serta kelulusan, Ciara dan Alex serta Igo membantu persiapan pesta dengan memilih menu katering, dekorasi bunga, dan entertainment. Rencananya memang lokasi pesta resepsi di taman belakang Hotel Wonderful Paris Van Java sesuai permintaan Mama Wina agar budget tak berlebihan. Namun, tetap representatif untuk menjamu tamu kolega calon suaminya yang notabene pengusaha sukses."Bu Ursula, kami sudah putuskan warna kain dekorasi nuansa putih, kuning, dan jingga. Maknanya sekalipun usia mulai senja, tetapi masih bersinar indah!" tutur Ciara usai berdiskusi dengan kakaknya dan Igo.Pimpinan Wedding Organizer (WO) yang bernama Bu Ursula i

  • Sleep With My Enemy   Momen Indah Pasangan Jadul

    "Halo, Wina. Gimana kalau kamu jalan-jalan denganku saja karena anak-anak asik proom night di sekolah sampai larut malam 'kan?" ajak Pak Reynold melalui telepon HP."Halo, Mas Rey. Iya, nggakpapa. Mau berangkat jam berapa nih?" sahut Nyonya Wina santai. Dia melirik jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB."Aku naik sekarang jemput kamu di sana, oke?" balas Pak Reynold lalu mengakhiri telepon ketika menerima jawaban positif dari teman kencannya malam ini. Pria matang berparas rupawan itu segera naik lift menjemput Nyonya Wina.Bunyi bel dua kali membuat wanita yang telah siap bepergian dengan penampilan anggun simple seperti gaya biasanya. Dia membuka pintu kamar hotel dan sempat merasakan jantungnya seolah terhenti sejenak ketika melihat pria di hadapan matanya."Ehh ... apa tempat yang akan kita datangi harus mengenakan pakaian resmi, Mas?" tanya Nyonya Wina melihat Pak Reynold Subrata dalam setelan tuxedo silver grey dengan dasi merah maroon."Kamu mengenakan ba

  • Sleep With My Enemy   Best Couple of The Year

    "Oke, Guys. Di malam yang penuh kenangan ini, kita akan menyaksikan beberapa penampilan istimewa dari kakak-kakak senior idola SMA Teruna Negeri. Tanpa membuang waktu lagi, kita panggil Kak Igo, Kak Alex, Kak Jacky, Kak Kevin, dan Kak Mike ke atas panggung!" Sabrina Elvira, anak kelas 11-B yang dipercaya menjadi MC proom night memanggil genk Auto Drift."Show time, Genks!" ucap Igo penuh percaya diri memimpin rekan-rekannya naik ke pentas.Jeritan histeris siswi-siswi SMA Teruna Negeri dan siulan para adik kelas membuat para jajaka Bandung itu makin bersemangat membagikan penampilan terakhir mereka sebagai bagian SMA Teruna Negeri.Igo memberikan kehormatan kepada Alex untuk memberikan sepatah dua patah kata sambutan atas penampilan pamungkas mereka berlima. Dia siap duduk di kursi dengan gitar listrik akustik dan stand by mikrofon. Alex pastinya dengan biola pribadi yang dia bawa sendiri. Jacky duduk di atas kotak perkusi siap menabuh sesuai irama lagu. Sedangkan, Mike bermain bass g

  • Sleep With My Enemy   Unforgetable Proom Night

    "TOK TOK TOK." Igo mengetok pintu kamar mamanya dengan tak sabar. Pasalnya, pendamping proom night pemuda itu sedang disandera oleh Mama Tami untuk dimake-over wajah dan rambutnya."Mama, lama amat sih di dalem!" seru Igo senewen. Dia merasa Ciara sudah cantik tanpa perlu didandani heboh.Sementara itu Mama Tami dan Ciara terkikik kompak di depan cermin rias mendengar suara Igo di luar. "Tuh suami kamu, Cia. Baru ditinggal kamu satu jam udah heboh si Igo. Hihihi!" ujar Mama Tami."Nggakpapa, Ma. Nanti juga semalaman berdua melulu. Apa dandannya sudah kelar?" jawab Ciara sambil tersenyum memandangi pantulan bayangan di cermin rias mama mertuanya."Sudah kok. Cantik banget, Igo beruntung mendapat pasangan proom night yang secantik bidadari. Teman-temannya pasti iri!" puji Mama Tami lalu membantu Ciara bangkit dari kursi rias. Dia pun bertanya "Korsasenya belum dibagiin ya sama panitia acara?" "Belum, Ma. Di depan aula sih kata anak OSIS yang ikut panitia proom night!" jawab Ciara sebel

  • Sleep With My Enemy   Telur dan Sayur?!

    Masih dengan gaun tidur tipisnya Cindy menuruni tangga lantai dua ke bawah. Hari sudah menunjukkan pukul 10.00, matahari sudah tinggi di luar sana. Dia belum juga mandi maupun melakukan aktivitas yang berarti.Pak Hartono yang sedang duduk membaca koran di sofa ruang tengah ditemani secangkir kopi hitam mendengar langkah-langkah wanita itu. Dia pun menutup lembaran koran lalu menyapa wanita kesayangannya, "Pagi, Cindy! Baru bangun ya?""Hoamph ... iya masih ngantuk. Kan dinas semalaman, Mas!" jawab Cindy. Memang tadi malam dia terpaksa melayani Pak Hartono yang menagih jatah untuk diservis."Hohoho. Iya, yang semalam enak deh. Mas demen banget!" sahut pria botak berkumis subur itu menyunggingkan senyuman mesum."Laper nih, Mas. Mbok Parni apa sudah masak sarapan?" Cindy yang duduk manja menyandar di badan Pak Hartono celingukan mencari pelayan tua suaminya itu.Pak Hartono pun me

  • Sleep With My Enemy   Pengusaha Muda Pendatang Baru Terbaik Tahun Ini

    Setelah ujian kelulusan yang diikuti murid kelas 12, dua minggu berikutnya adik-adik kelas mereka menempuh ujian kenaikan kelas. Ciara ditemani belajar oleh Igo setiap sore hingga malam. "Go, kalau nanti lo sudah di Amrik lantas gue belajar sama siapa dong?" tanya Ciara sedih."Harus bisa belajar sendiri, Cia. Tapi kalau sudah mentok, tanya aja ke gue via chat. Ntar lo foto soalnya biar gue bantu terangin!" jawab Igo santai. "Cayank, ngantuk nih. Bobo aja yuk, dilanjut besok pagi aja belajarnya!" rengek Ciara sambil menguap. Jam dinding telah menunjukkan pukul 23.10."Iya, sudah larut malam. Lo bobo gih, gue pengin cari angin bentar di balkon!" Igo pun beranjak dari tempat tidur menuju ke teras lantai dua depan kamarnya.Udara malam sejuk dengan angin sepoi-sepoi bertiup perlahan. Di langit gelap, bintang berkerlip-kerlip menemani bulan sabit yang menggantung sendirian.Igo berdiri di balik teralis balkon. Dia memikirkan waktu yang mengalir deras bagaikan aliran air sungai ke muara.

DMCA.com Protection Status