Home / Pernikahan / Skandal dengan Mertua / Bab 7 Hasrat yang Menggebu

Share

Bab 7 Hasrat yang Menggebu

Author: RaySya
last update Last Updated: 2024-06-21 08:26:20

Bab 7

"Ibu?" Buru-buru Ika mengelap air matanya.

"Masuk, Bu."

Wajah marah ditunjukkan oleh Ibu mertuanya.

"Kamu kenapa, Ka? Menangis kencang begitu kayak anak kecil saja. Paling juga masalah uang. Iya, kan?" sinis ibunya bertanya tentang keadaan menantunya. Ika menunduk. Sebaiknya ia meneruskan menggoreng kue donat saja.

"Ditanya kok diem aja sih, Ka. Ibu ke sini mau bicara, Ka. Tadi suamimu ke rumah ibu."

Ika memandang ibu mertuanya. 'Jadi suaminya pergi ke sana tadi.'

"Kamu pinjam uang sama bapak?"

Matanya melotot penuh amarah. Ika kaget, suaminya mengadu ke ibunya. Aduh, dalam hati, ibunya pasti marah-marah ini.

"I...iya, Bu. Ika butuh sekali uang buat bayar hutang." Ika gugup tak berani memandang mata ibunya.

"Karyo tadi bilang kamu pinjem uang sama bapak tadi malam. Ibu bukannya nggak mau bantu kamu, tapi kamu kalau pinjam terus nanti bapak jadi nggak punya uang. Bapak kan lagi nggak kerja. Proyek baru mulai minggu depan."

"I..iyaa, Bu. Nanti Ika gak pinjem bapak lagi."

Sigap Ika menjawab, sebenarnya Ika tak mau berurusan dengan ibu mertuanya. Tidak cuma menyindir, dia juga sering menghina Ika karena Ika tidak kaya seperti menantunya yang lain.

"Ibu tahu Karyo tidak kerja. Ibu juga tahu sekarang kamu berjuang sendiri. Tapi Ibu juga punya kebutuhan. Sekarang bapak sangat susah dimintain uang. Ibu tahu tabungan bapak masih banyak. Ibu kaget tadi pagi Karyo bilang bapak ngasih kamu uang. Bukannya ngasih uang ke istrinya malah ngasih ke orang lain."

Aduuh, ingin sekali Ika menutup kedua telinganya, atau pergi dari hadapan mertuanya ini, tapi sayang gorengan Ika belum selesai semuanya.

"Bikin gorengan kayak begini kamu untungnya berapa sih? anak kamu kan sudah besar. Tinggal saja sana sama Karyo, kamu merantau cari uang yang banyak biar tidak nyusahin orang."

Ibu Kesih tak berhenti marah-marah. Seperti ada toren amarah dalam dirinya. Tidak habis-habis . Semua tertumpah ke Ika.

Ika hanya mendengarkan saja. Ia berpikir tega sekali ibunya mengatakan kalau Ika nyusahin orang. Dipikir-pikir lagi ternyata bapak mertuanya benar-benar ngasih Ika banyak perhatian dan uang. Istrinya aja nggak ia kasih.

Ika memutuskan menghentikan gorengannya, masih ada beberapa adonan yang harus ia goreng, tapi hatinya sudah tidak kuat. Ia memilih kabur.

"Bu, Ika mau antar gorengan dulu ya." Ika bangkit membungkus gorengan yang sudah sedia.

"Lho, emang sudah selesai nggorengnya? Yaudah bungkusin ya buat ibu, bapak belum sarapan tadi."

Huft. Dalam hati Ika mengeluh. Tadi aja gorengannya dihina-hina hasilnya tidak seberapa. Sekarang malah minta dibungkusin.

Ia tinggalkan bungkusan kresek hitam di samping ibunya. Tanpa berpamitan lagi, ia melangkah keluar dari rumahnya. Sebelum menyalakan motornya, sebuah pesan singkat masuk ke dalam handphonenya.

[Ka, Karyo sudah pergi lagi belum? Kalau sudah, nanti malam bapak mau ke rumah. Ada yang belum selesai kemarin malam]

Membaca wa dari mertuanya Ika langsung merinding. Jantungnya berdebar-debar. Senyumnya mengembang. Ia menoleh kepada ibu mertuanya sebentar yang masih di dapurnya. Ternyata ibunya sedang memperhatikannya sedari tadi.

"Lihat apa kamu, Ka? Senyum-senyum sendiri."

"Eh, eng..enggak, Bu. Ini ada Yuni kirim gambar lucu, Bu. Yasudah, Ika berangkat dulu, Bu."

Ika lega. Tidak ada tanda-tanda kalau ibunya dan suaminya curiga dengan hubungan gelap antara dirinya dan bapak mertua.

***

Malamnya Ika berdandan rapi. Kaos ketat yang ia kenakan memperlihatkan bentuk tubuhnya. Rambutnya digerai panjang menjuntai. Ada seseorang yang ia tunggu. Sesaat suaminya terlintas di pikirannya, ada adrenalin yang meningkat. Rasa bersalah kalah dengan rasa takut akan ketahuan. Hal itu malah membuatnya semakin bersemangat. Malam ini setan sudah menguasai. Logikanya berjalan tidak sesuai dengan norma. 'Buat apa aku menunggu suamiku yang tidak mau bertanggung jawab atas aku dan anak-anakku. Sedangkan ada lelaki yang mau menafkahinya di depan matanya'

Tok..Tok...Tok...

Ketukan pintu membuatnya kegirangan. Cepat-cepat ia menemui mertuanya. Sekilas menengok ke arah pintu kamar anak-anaknya, semuanya sudah terlelap.

"Masuk, Pak." Malu-malu ia di depan mertuanya.

"Karyo nggak pulang kan, Ka?" Pak Tio berbisik-bisik, memastikan semuanya sudah aman.

Ika menggelengkan kepalanya.

"Anak-anak sudah tidur?"

Ika mengangguk sambil tersenyum.

"Ayo, Pak. Langsung aja masuk ke kamar Ika" ajak Ika malu-malu.

"Wah, kamu sudah nggak sabar yah."

Mereka melangkah bersama masuk kamar. Tangan Pak Tio melingkar sempurna di pinggul Ika.

***

Tring.. ..

Sebuah pesan wa masuk.

[Sudah aku transfer sayang]

Ika tersenyum. Ia mengetik.

[Makasih sayang]

Setelah malam itu, setiap malam Pak Tio mengunjungi rumah menantunya. Karyo tak pernah kelihatan batang hidungnya.

Sayangnya, seminggu kemudian dia harus mengerjakan proyek di lain kota. Tetapi transferan uang tidak pernah berhenti.

[Aku rindu sayang. Kamu kesini mau?]

Setelah seminggu di bedeng proyek baru, Pak Tio merasa rindu. Berbagai alasan akan ia cari agar bisa bersama menantu kesayangannya.

[Anak-anak gimana sayang? Aku kesitu alasannya apa?]

[Titipin anak kamu sama suamimu. Nanti aku urus, semuanya akan beres]

Tak selang lama dari masuknya pesan mertuanya, suaminya yang sudah lama tidak pulang muncul di depan rumahnya.

Enggan rasanya menyambut suaminya, Kia lebih memilih untuk mencuci piring di belakang. Pesan-pesan dari selingkuhannya segera ia hapus.

"Ika."

Ika menoleh.

Karyo menaruh badannya di kursi.

"Tolong ambilkan aku minum, aku mau ngomong sebentar."

Ika mengambil gelas di rak dan membuatkan teh hangat. Ia hidangkan teh itu di meja samping suaminya duduk.

"Bapak bilang tadi. Di bedeng proyek ada warung baru butuh pegawai. Katanya gajinya lumayan besar. Apa kamu mau bekerja di sana?".

Mata Ika membulat. Ada pekik bahagia yang tertahan. Buru-buru ia menutup mulutnya. Karyo sedang sibuk mengaduk teh di sampingnya.

"Ehm, anak-anak bagaimana?"

"Anak-anak biar aku yang jaga. Ibu nanti bisa bantu. Aku nggak bisa kasih kamu nafkah. Hanya ini yang bisa aku kasih, ijin buat bekerja. Semoga bisa menutup hutang-hutang kita".

Hati Ika terasa teriris seketika.

Wajah sendu tak bisa ia sembunyikan.

Suaminya mengijinkannya bekerja di sana. Padahal ia mau berselingkuh dengan lelaki lain.

"Kapan berangkatnya, Pak?"

"Besok."

"Iya, nanti Ika siap-siap dulu. Nitip anak-anak, Pak."

Jauh dari suaminya mungkin sudah biasa, tapi jauh dari anak-anak ternyata seberat ini. Bagaimana nanti anak-anak? Bagaimana kalau mereka sakit? Bagaimana kalau ia rindu?

Tapi hasratnya sudah tak bisa ia tahan lagi. Ia cuma berharap proyek ini tidak akan lama.

***

[Sudah mau berangkat?]

Pesan singkat masuk ke hp Ika.

[Ini sedang siap-siap]

Tak banyak yang Ika bawa, cuma beberapa baju saja.

[Jangan lupa bawa baju seksi yang banyak]

Ika tersenyum.

"Senyum-senyum sendiri, Ka?"

Ika gelagapan kaget suaminya mendekat. Hp langsung ia masukkan ke dalam kantong.

"Kenapa, Ka?"

"Eh, anu, nggak papa, Pak."

"Kok kamu kaya gugup gitu. Sedang wa siapa tadi?"

"Eng..enggak, Pak. Beneran."

Berdebar-debar rasanya seperti maling yang kepergok.

"Boleh pinjam hpnya?"

Related chapters

  • Skandal dengan Mertua   Bab 8 Perpisahan

    "Ka, senyum-senyum muluu dah dari tadi" Berkali-kali Yuni memergoki Ika sedang tersenyum melihat layar hpnya. "Dapet duda dari mana, Ka?" tambah Yuni dengan senyum meledek. Ika menoleh. "Duda?" "Iya, kamu kaya janda baru dapet duda baru. Kesengsem, kasmaran, kayak orang gila. Senyum-senyum sendiri liatin hp" Yuni menebak apa yang sahabatnya alami saat ini tanpa berpikir. "Yun, kamu kok....?" Ika memandang sejenak ke mata Yuni. "Kok apa? kok cantik banget?" jawab Yuni cekikikan. Kepingin Ika toyor tuh kepala sahabatnya, padahal tadinya mau bilang kok tahu, tapi nanti Ika malah ngaku sendiri. "Kamu kok sembarangan kalau ngomong? Pengin dijitak yah kepalanya!" jawab Ika."Eh, enak aja" Kepala Yuni mundur beserta badannya. "Kepala anak orang nih, masih ada emaknya. Entar aku bilangin ke emak aku lho" "Sono bilangin, paling kamu tambah dijitak" Ika ikut meledek Hari ini pasar lagi sepi sampai Ika dan Yuni hanya ngobrol ke sana ke sini ngga

    Last Updated : 2024-07-04
  • Skandal dengan Mertua   Bab 9 Ketahuan

    Nur bangun seperti biasanya. Jam di kamarnya menunjukkan angka 7. Anak dan suaminya sudah bangun sejak pagi. Ia tak perlu repot bangun pagi atau membangunkan mereka. Adik-adiknya sudah sangat sigap membantunya menjaga Sheila, putri sematawayangnya. Ia juga tak perlu repot memasak, sarapan sudah tersedia di atas meja setiap paginya. Ibunya tak pernah sekalipun absen dalam menyiapkan sarapan. Suaminya juga sudah siap duduk di meja sarapan. Masuk kerja jam 8 pagi membuatnya harus cepat-cepat sarapan karena tempat kerja yang jauh. Sedangkan Nur masuk kerja lebih siang, jadi masih ada waktu untuk mandi dan berdandan rapi. Ibunya tak pernah menegur tentang tingkah laku Nur yang bak ratu itu. Pasalnya semua uang keluarga mengalir dari kran milik Nur dan Pak Tio. Suami Nur yang kerja di reparasi mesin AC tidak membantu banyak. Kehidupan di desa memang tak menyediakan gaji yang besar. Beda dengan bapaknya yang mandor proyek, tak hanya gaji yang mengalir dari pemilik

    Last Updated : 2024-07-05
  • Skandal dengan Mertua   Bab 10 Gejolak Hati

    "Aku nggak mau mas dihina sama ibumu. Belum lagi adikmu, Nur. Mulutnya udah kayak seblak level 10, bikin mules" Ika mengadukan kelakuan iparnya. "Atau mas pinjemin dulu ke bapak?" Karyo berusaha meringankan beban istrinya."Eh, jangan. Udah nggak usah. Kan Ika udah hutang sama Bank Plecit. Duit itu udah cukup." Ika tiba-tiba tergagap, nama Pak Tio dibawa-bawa. "Tapi itu bunganya besar banget!" Karyo semakin khawatir. "Kamu nyicilnya gimana?" "Ee... nanti Ika pikirkan, mas. Sudah sana mas Karyo pergi saja"Karyo tercekat, ah kata-kata pergi jadi sangat menyakitkan bagi Karyo. Apa sudah tidak ada kata pulang untuk dia? "Ayo pulang, Ka" ragu-ragu Karyo mengajak istrinya pulang. Yuni yang sejak tadi pura-pura sok sibuk tapi sebenarnya menguping pembicaraan mereka jadi ikutan nyaut, "Iya pulang aja, Ka. Nanti dagangannya aku yang bawain, kayak biasanya"Mereka menoleh ke arah Yuni. Ika kecewa, kenapa Yuni malah membe

    Last Updated : 2024-07-06
  • Skandal dengan Mertua   Bab 11

    POV IkaKukira Karyo curiga dengan jawaban yang ku berikan tadi, ternyata dia tak menanyakan apapun. Sekarang dia sedang bersiap-siap bersama Iwan dan Azka untuk pergi ke pemancingan.Sebenarnya aku juga ingin ikut bersama mereka, siapa tahu bisa menjadi jalan agar hubunganku dan Mas Karyo membaik. Masih ada sejumput harapan kalau keadaan keluarga kami akan membaik. Meskipun aku bahkan belum tahu bagaimana cara menghadapi bapak mertuaku nanti. "Berangkat dulu ya, Bu" Karyo tersenyum. Mereka sudah siap di atas motor. Anak-anak sudah kegirangan sejak tadi, melambaikan tangan berkali-kali padaku. "Ibuu, besok-besok ikut, yaa" ajak Azka. "Asyik di sana bisa main pasir" aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Batinku berharap, semoga memang ada hari esok untuk kita ber empat. Aku kembali masuk ke dalam rumah setelah motor mas Karyo pergi. Ponselku sedang berdering. Ada nama Bapak Mertua di sana. Tiba-tiba rasa enggan menggelayuti ku. Apa

    Last Updated : 2024-07-07
  • Skandal dengan Mertua   Bab 12

    "Pak mau beli es" rengek Iwan membuat Karyo geram. Sudah tiga kali Iwan merengek minta makan. Padahal dari tadi mereka sudah membeli berbagai minuman dan makanan. Ia jadi heran kayaknya anak bungsunya itu ngantuk bukannya lapar. "Iwan mau bobo yah?" tanya Karyo memastikan. "Iya, Pak. Iwan ngantuk." Pantas saja kalau anak kecil itu mengantuk sebab kakaknya sudah meminta pulang sejak tadi. Pasalnya dari pulang sekolah mereka langsung ikut ke pemancingan dan langsung bermain pasir. Badan mereka pasti sudah lelahdan sudah menuntut untuk diistirahatkan.Karyo menggendong Iwan. Azka mengikutinya di belakang menuju ke parkiran motor dekat warung. Seorang wanita keluar dari warung dan menyambut kedatangan mereka. "Sudah mau pulang?" wanita cantik itu bertanya dengan lembut. Senyum manis tersungging dari bibirnya yang merah. "Sudah, ini kayaknya pada ngantuk, capek" jelas Karyo sambil memperhatikan penampilan wanita di depannya. Pulasan m

    Last Updated : 2024-07-08
  • Skandal dengan Mertua   Bab 13

    Beberapa baju dipilih dan dimasukkan ke dalam tas besar yang akan dibawa ke Kota. Tiket pemberangkatan sudah dipegang. Besok jam 9 pagi Ika harus sudah ada di stasiun. Membeli tiket gampang saja, berpamitan kepada anak-anak lah yang susah. Mereka menangis kencang ber jam-jam. Anak-anak mulai bisa tenang waktu Ika berjanji kalau ia akan mengirim banyak uang dari kota sehingga mereka bisa membeli banyak mainan. "Ibu, Ika nitip anak-anak, ya. Ika cuma takut kalau mereka sakit" Ika menunduk meminta ijin pada ibunya. Ibunya menarik nafas panjang, enggan berkomentar perihal rumah tangga anaknya. Dari dulu Ika tak pernah ia ijinkan merantau karena ia khawatir pergaulan bebas di kota besar. Rasa kecewa tak bisa ia sembunyikan karena setelah menikah Ika malah memilih untuk merantau. Ia kecewa pada keputusan Ika tapi ia bahkan lebih kecewa pada menantunya yang kini duduk di pojok ruang tamu tanpa suara. "Karyo, anakku belum pernah m

    Last Updated : 2024-07-09
  • Skandal dengan Mertua   Bab 14

    SDM bab 14Ika mondar mandir di dalam bedeng. Ia malu untuk keluar dan bertemu dengan Bi Ijah. Bahkan di hari pertama ia bekerja, ia harus mengalami hal memalukan seperti ini. Walaupun ia sadar kalau cepat atau lambat mungkin sebagian orang akan sadar hubungannya dengan bapak mertua meskipun sebisa mungkin ia menutupinya. Disamping rasa gelisah yang saat ini menghantui, sisi gelapnya yang lain berkata kalau baguslah jika Bi Ijah sudah tahu, paling nggak dia nggak harus berpura-pura di hadapan orang yang akan ia temui setiap hari. Berbekal rasa itu, ia memberanikan diri untuk masuk ke warung. Bi Ijah terlihat sedang mengaduk kopi untuk pekerja di depannya. Mata Ika langsung tertuju pada wortel dan kobis di lantai. Ia teringat perintah Bi Ijah. Ika duduk mengupas wortel. Berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Pekerja proyek di depan menatapku tanpa berkedip. Rasanya risih sekali, seperti ada yang mengamati dari atas ke bawah. "Siapa nih Bi Ijah?" Ta

    Last Updated : 2024-07-10
  • Skandal dengan Mertua   Bab 15

    "Kalau ngomong yang sopan, Gus." Kata Bi Ijah tiba-tiba muncul dari dapur dengan membawa gorengan yang baru matang. Agus hanya tertawa cekakakan, "bercandaa, Bii." Meskipun Agus hanya menanggapinya dengan santai, tapi tidak dengan Ika. Tangan Ika gemetar, ada sakit yang tak bisa ia jelaskan. "Harusnya aku merasa sakit hati karena harga diriku disenggol, tapi kenapa aku malah merasa tersindir karena faktanya aku memang menjual tubuhku untuk uang" batin Ika. Ia juga merasa tidak nyaman dengan si Agus itu. Sejak ia di sini, Agus sudah berkali-kali berkali-kali tidak sopan. Padahal kan mereka baru kenal. Ika pikir apa memang sifat Agus yang ceplas-ceplos kalau ngomong, atau apa Agus tahu sesuatu tentang Ika. Kenapa kata-kata Agus selalu menyindir Ika? Meskipun Ika merasa terganggu dengan ulah Agus, ia merasa kalau ia harus kuat menghadapi berbagai perilaku orang-orang kota yang mungkin banyak yang nyeleneh. Ia tidak bis

    Last Updated : 2024-07-12

Latest chapter

  • Skandal dengan Mertua   Masa Lalu yang Terus Menghantui

    Amarah Karta membuat Lasirah mencicit ketakutan. Ia keluar dari kamar dan duduk dengan memeluk kakinya sendiri di pojok rumah. Perkataan Karta menyeretnya jauh ke hari di mana Tio bisa begitu menyakitinya tanpa menyentuhnya. Ia berteriak kencang, sekencang mungkin agar sakit dalam dadanya cepat pergi. Suaranya bersahut-sahutan dengan suara tangis bayinya yang belum berhenti sejak tadi. Namun, malam itu ternyata menjadi titik balik di mana dirinya mulai kembali pada Lasirah yang mulai sadar. Teriakan Karta benar-benar ia serapi dengan hati-hati. Meski berat, ia mulai mau memegang bayinya sendiri. ..."Saat itulah Ibumu mulai bisa menerima keadaan kami. Dia mulai menyayangimu meski bayang-bayang orang itu masih menghantuinya di mimpi. Bapak tahu soal itu karena Ibumu sering merintih kesakitan saat tidur, kadang masih merapalkan namanya." Pak Karta mengakhiri ceritanya yang getir. Matanya mengembun, giginya mengatup, sekuat tenaga ia tah

  • Skandal dengan Mertua   Bab 34 Ayu, Bayi yang Tidak Diinginkan

    Bayi kecil itu diberikan pada Lasirah setelah Bu bidan yang lain membersihkan plasenta dan sisa-sisa darah.Akan tetapi wanita itu menolaknya. Ia tak ingin melihat anaknya sendiri. "Nggak mau, Bu. Bawa pergi jauh-jauh bayi itu! Aku nggak mau lihat," teriak Lasirah lantang. Orang-orang di ruangan itu saling berpandangan. Ada apa ini? Bu Minah, ibunya Lasirah segera membujuknya. "Ayo, Rah. Anaknya digendong dulu. Dipangku, terus coba ditempel di dadamu, biar belajar nyusu anaknya." "Nggak mau, Bu. Bawa pergi jauh-jauh bayi itu dari sini. Cepat, Bu!" bentak Lasirah. Dua bidan itu tak memaksa karena Lasirah semakin histeris. Melihat anaknya sendiri seperti melihat kotoran. Pak Karta memandang iba pada istrinya. Ia menghampiri bidan yang tadi membawa anaknya. "Gimana ini ya Bu? istri saya nggak mau nyusuin," tanya Pak karta pada Bu Fenti sambil melihat wajah tak berdosa, bayi mungil di gendongannya.

  • Skandal dengan Mertua   Bab 33 Bu Lasirah dan Pak Karta

    "Bapak itu bukan Bapak kandung aku?" tanya Ayu takut-takut. Ia khawatir jawabannya akan terasa getir. Pak Karta dan Bu Fatun lagi-lagi saling berpandangan. "Sudah ceritakan saja semuanya, Bu. Anakmu juga berhak tahu yang sebenarnya," ucap Pak Karta. Ayu menelan air liurnya. Ada apa sebenernya? Kata "anakmu" terasa sangat menyakitkan. Meskipun Ayu juga pernah berpikiran kalau Pak Karta memang bukan bapaknya, tapi mendengar pengakuan keduanya ternyata memang menyakitkan. Selama ini Pak Karta memang tak terlalu dekat dengan Ayu, seperti ada satu dua hal yang menghalangi lelaki itu mempunyai hubungan dekat dengan Ayu. Lantas, mengalir sebuah cerita pilu tentang masa lalu ibunya. Karta, yang sudah lama menyukai Lasirah diam-diam, entah harus senang atau sedih, harus menikahi Lasirah, yang sudah dihamili Tio. Saat itu Karta marah, darahnya menggelegak. Ia hendak mencari kemana Tio kabur lantas membuat lelaki itu menyesali p

  • Skandal dengan Mertua   Bab 32 Masa Lalu Ayu

    "Maksud kamu apa, Yo? Ika selingkuh sama Bapak?" tanya Yono tercengang. "Iya, Mas. Rumah tangga kami sudah hancur!" jawab Karyo kecewa. "Jadi Pak Tio juga godain Ika?" tanya Jannah dengan wajah tak percaya. "Emang kamu juga digodain?"Dulu Yono memberitahunya kalau istrinya juga digoda oleh Bapak, tapi ia belum percaya karena belum mendapatkan cerita yang utuh. "Eh, mm ...," Jannah memandang suaminya, ia ragu-ragu mau menjawab. "Iya, Yo. Jannah pernah digoda juga sama Bapak. Aku sudah muak banget sama kelakuan Bapak yang doyan banget sama perempuan! Aku pikir, masalah masa lalu yang kamu alami saat ini, pasti ada hubungannya sama Bapak. Orang itu pasti bermasalah dulunya dan masalahnya jatuh ke kita. Jadi ibaratnya kita tuh kena karma," papar Mas Yono sambil menyeruput kopi yang sudah hampir dingin. "Jadi menurut Mas Yono, masalahku ini karena kelakuan Bapak? Yang dimaksud oleh Kyai Hasyim itu masa lalu Bapak?" tanya Karyo m

  • Skandal dengan Mertua   Bab 31 Ibu Berubah Sikap Setelah Berkunjung ke Kyai Hasyim

    Kala itu pagi sangat berkabut. Musim kemarau membawa hawa dingin yang sangat menusuk. Lasirah enggan untuk bangkit dari kasurnya. Ia memilih bergelung kembali di bawah selimut. Namun suara kasak kusuk orang yang sedang mengobrol terdengar sedikit menggangunya. Itu suara Ibu dan Bapak Lasirah, dan seseorang yang belum diketahui siapa. "Eh, ada tamu pagi-pagi. Siapa, yah? Jangan-jangan berita lelayu," gumam Lasirah seraya beranjak dari kasurnya. Di desa waktu itu berita lelayu tentang orang yang meninggal biasanya memang disebarkan pagi hari. Tiba-tiba ia berdebar-debar. Ia menempelkan telinganya di daun pintu kamarnya. Tak terdengar! Lalu ia mengendap-endap pergi ke dekat dapur dan mengintip. Ia membekap mulutnya karena ia melihat ibunya sedang menangis. Di samping Ibunya, bapaknya mengelus punggung Ibu tapi wajahnya tak bisa ditebak, entah marah, entah pilu. Sedangkan seseorang di sampingnya adalah Paman Karim yang juga tertunduk. "Paman Karim?" La

  • Skandal dengan Mertua   Bab 30 Mas Lalu Pak Tio

    Pak Tio akhirnya bangkit dari duduknya karena beberapa pekerja mulai mendatanginya dan bertanya tentang keadaanya. "Pak Tio kenapa?" tanya Jajang seraya memegang pundak bosnya itu. Ia kebingungan karena tadi Pak Tio sedikit menjauh darinya untuk menerima telpon tapi setelah bercakap-cakap, lelaki itu tiba-tiba jatuh terduduk. Wajahnya berubah menjadi pucat dan pandangan matanya kosong. Ia berpikir, mungkin bosnya mendapatkan kabar yang kurang baik di telpon tadi. "Sudah-sudah kalian teruskan pekerjaan. Saya cuma sedikit pusing tadi," kata Pak Tio melambaikan tangannya, mengusir para bawahannya. Namun Jajang tak mengikuti perintah bosnya, ia tetap berdiri di sana. Ia masih khawatir dengan keadaan bosnya karena ia melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri. "Mari saya antar ke warung, Pak. Bisa minum teh hangat dulu," ajak Jajang. "Nggak, Jang. Ayo temenin saya ke bedeng saja. Tolong kamu pesankan teh hangat dan kamu bawa ke bedeng. Haru

  • Skandal dengan Mertua   Bab 29 Dendam dari Masa Lalu

    Pak Kyai Hasyim terdiam cukup lama. Ketiga orang itu menunggu dengan hati yang berdebar-debar. Nur bahkan sempat berpikir kalau mungkin Pak Kyai Hasyim tertidur. Tapi saat ia melihat ke arah muridnya, lelaki itu hanya mengangguk dan tersenyum seperti sebelumnya. Ibu dan kakaknya juga terlihat sabar menunggu, jadi ia kembali fokus pada Pak Kyai Hasyim yang masih terpejam. "Semua yang terjadi di dunia ini ada sebab akibatnya," kata Pak Kyai Hasyim mulai membuka matanya. "Semua baik, semua buruk, semua sehat, semau sakit, pasti ada sebabnya. Masalah Mas Karyo ini masalah dari masa lalu yang belum selesai," ungkap Kyai Hasyim menatap ketiga orang di depannya. Mereka bertiga berpandangan satu sama lain mempertanyakan maksud dari perkataan Pak Kyai. Namun Karyo mulai tersulut emosinya karena setiap kali berobat, para Kyai selalu mengatakan tentang masalah masa lalu. "Pak Kyai, mohon maaf, tapi saya dan istri tidak punya masa lalu yang gelap. Saya justru bertemu istri saya waktu k

  • Skandal dengan Mertua   Bab 28 Berobat ke Kyai Hasyim

    Kedua orang tua Karyo selalu bungkam jika ditanya perihal masa lalu ke keduanya. "Masa lalu apa?" jawab Bu Hasna ketus. "Nggak bener itu Kyai. Harusnya kan didoain aja biar sembuh bukan malah mengungkit masa lalu. Besok kita ganti saja Kyainya," lanjutnya. Karyo berdecak heran pada Ibunya. Dia sendiri yang mengajaknya berobat ke Kyai, tapi Ibu juga yang tidak percaya. Semenjak itu, Karyo dan Ibunya sudah tidak pernah berobat ke Kyai lagi. Beberapa hari di rumah, keadaan tubuh Karyo sudah mulai pulih. Tak banyak pekerjaan yang bisa ia lakukan di desa. Rutinitasnya hanya sekedar mengantar anak-anak ke sekolah dan di rumah. Istrinya juga sudah tak pernah menelponnya lagi, walaupun sekadar bertanya kabar anak-anak. Akhir-akhir ini Ika lebih memilih menelpon ibunya dari pada menelpon Karyo. Karyo pikir Ibunya hanya bercanda soal membawanya ke Kyai Hasyim, ternyata pagi itu Bu Hasna benar-benar datang bersama Nur ke rumah Karyo untuk menga

  • Skandal dengan Mertua   Bab 27 Kepulangan Mas Karyo

    Aku harus bagaimana? Sekarang semua sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Pernikahan kami sudah hancur lebur! Semua ini gara-gara ulahku. Demi sesuap nasi, ku jual harga diriku. "Pak Tio itu dari dulu seperti itu. Meskipun sudah punya istri cantik, tapi masih saja nyari-nyari yang lain. Lelaki tidak akan pernah puas dengan satu wanita. Atau mungkin ini semua adalah karma," imbuhnya. "Menangis lah dengan kencang setelah itu lupakan, Ka. Jadi wanita memang berat. Meskipun aku tahu pasti Pak Tio yang menggoda mu, tapi semua orang pasti akan menyalahkan mu." Ku dengar Bi Ijah pun mulai terisak-isak. Ia berdiri dan pergi ke kamar mandi. Ku lihat wajahnya basah setelah kembali. "Kamu juga boleh pulang, Ka, kalau kamu mau menyusul suamimu. Dari pada di sini nanti kamu jadi bahan jamahan Bapak Mertuamu," imbuhnya. Bahuku masih terguncang, tapi dengan tegas aku menolak, "Tidak, Bi. Aku sudah bertekad untuk menyelesaikan pekerjaan di

DMCA.com Protection Status