Share

Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar
Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar
Penulis: NACL

Bab 1: Sentuhan Panas

[Aku tidak pulang malam ini, sebaiknya jangan menghubungiku. Pekerjaan di kantor sangat banyak.]

Seorang wanita tersenyum getir di balkon kamar usai membaca pesan menyakitkan pada layar ponsel.  

Tangan mulusnya kemudian meraih sebotol minuman beralkohol dari atas meja kecil.

Alih-alih belaian lembut nan hangat sang suami yang menemaninya setiap malam, ia justru ditemani air matanya sendiri. Ia menghela napas panjang dan menatap miris pada penampilannya saat ini.

Livyata Ervina Fabregas mengenakan gaun tidur tipis minim bahan. Sejak mengunjungi konselor pernikahan, dirinya mencoba berubah demi menyenangkan hati suami tercinta. Sial, dua bulan ini berakhir sia-sia. Segala upaya yang dilakukan belum membuahkan hasil.

Saat kesadaran dirinya sudah sepenuhnya hilang karena minuman tersebut, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia meringkuk di atas ranjang dingin sendirian, masih berharap sang suami pulang dan memberinya hadiah ulang tahun pernikahan.

Tidak lama, wanita itu sayup-sayup mendengar suara berisik. Pintu kamar Livy terbuka dan seseorang berjalan mendekat. Meskipun minim cahaya, sosok itu tampak tersenyum sembari melepas jas dan kemeja, melempar dengan asal.

Belum sempat Livy membalas senyuman, bibirnya dibungkam liar oleh pria yang baru saja masuk. Jujur saja Livy merindukan belaian ini, ia begitu menikmati hingga mengalungkan lengannya di leher pria itu.

“Aku pikir kamu tidak ada di rumah. Puaskan aku malam ini!” Lelaki itu berkata dengan suara serak.

Dua orang dewasa itu sama-sama tahu, mereka telah dikuasai gairah.

“Tentu saja Sayang. Aku juga merindukan sentuhanmu,” bisik Livy sensual.

Tanpa banyak kalimat lagi, pria itu kemudian meloloskan sebuah kain tipis yang menutupi tubuh mulus Livy. Berulang kali Livy dibuat melambung tinggi terbang ke angkasa oleh sentuhan yang dirindukan.

Kamar yang semula sunyi, senyap dan dingin, sekarang berubah bising oleh lenguhan dua anak manusia. Hawa panas menyerang menyebabkan peluh bercucuran, akibat saling mengejar titik puncak. Entah berapa lama berlangsung karena Livy merasakan hal berbeda dari bulan-bulan sebelumnya.

Usai mendapatkan kepuasan, Livy menatap sayup-sayup ke arah pria itu dan berkata, "Aku mencintaimu. Tolong tetap seperti ini."

Setelahnya, ia bahkan tertidur nyenyak dalam pelukan hangat ini. Malam ini, pelukan pria itu rasanya begitu menyamankan. Perlakuan lembut pria itu bahkan membuat ia benar-benar merasa dimanjakan sebagai seorang wanita.

Bahkan, hingga pagi hari … Livy yang sudah lebih dulu bangun, enggan membuka mata. Dia justru semakin menempelkan kepalanya ke dada bidang di depan mata, bibir ranumnya melengkungkan kebahagiaan.

Kalau bisa, ia berharap hari ini tidak berakhir, dan bisa mengulang kegiatan panas semalam. Ia juga berharap bisa sesegera mungkin mengandung janin hasil buah cinta mereka. Namun, saat ia sedang hanyut dalam angannya yang indah … tiba-tiba ia mengerutkan dahi.

‘Tunggu dulu. Aroma ini ….'

Aroma ini terasa janggal untuk Livy. Seingatnya, Sergio –suami Livy, tidak memiliki aroma parfum seperti ini.

Seketika, matanya terbuka lebar. Jantung Livy berdetak lebih cepat, napasnya tidak lagi normal setelah melihat seseorang yang tengah mendekapnya erat.

“Astaga, Kak El!”

Ia pun segera mendorong lelaki itu dari atas ranjang, membuat tubuh polos lelaki itu membentur lantai.

Erangan kesakitan terdengar jelas ke telinga Livy, tak mampu untuk menjelaskan situasi membingungkan.

“Kamu mendorong suamimu sendiri?" Lelaki itu berhenti bicara setelah melihat wajah tegang Livy. Muncul kerutan di keningnya kemudian. “Livyata? Apa yang kamu lakukan di kamarku?”  

“I-ini k-kamarku, Kak. Kenapa Kakak ada di sini?” Livy mendekap selimut yang menutupi tubuhnya.

“Apa kamu bilang?”

Mata biru safir pria itu mengamati seluruh isi kamar. Tak lama, ia terbelalak. El tidak ingat bagaimana ia berakhir di kamar Livy, adik iparnya. Yang ia ingat adalah ia mabuk dengan hasrat yang menggebu karena diduga dijebak oleh rekan kerja yang baru saja ditemuinya semalam.

El sadar, seseorang itu baru saja menaruh obat perangsang dalam minumannya. Namun, karena ia bukan pria yang mudah gonta-ganti wanita, ia lantas memilih pulang untuk menyalurkan hasratnya pada sang istri. Namun, siapa sangka … ia malah berakhir bersama Livy—adik angkat sang istri dan sama-sama tidak memakai sehelai pun pakaian pagi ini.

“J-jadi, semalam Kakak yang menyentuhku?” Mata Livy merambang, sungguh pagi yang mendung, padahal angannya sudah tinggi karena sentuhan pria yang ia kira suaminya semalam.

“Livy, dengarkan aku!” El beranjak dari lantai, ia tidak peduli tubuhnya dilihat kembali oleh sang adik ipar. Kini El duduk di sisi Livy, menggenggam kedua tangan mungil wanita itu di atas kasur. “Sungguh aku tidak berniat melecehkanmu. Ini terjadi di luar kuasaku. Aku mabuk Livy, maafkan aku.”

Sedangkan Livy tidak bisa berkata apa pun. Ia memaki diri sendiri karena terlarut dalam buaian alkohol hingga tidak menyadari lebih awal kejanggalan yang terjadi semalam.

Sergio bahkan telah mengiriminya pesan bahwa pria itu tidak pulang, tetapi Livy yang mabuk masih saja mengira pria itu mengerjainya dan memilih pulang untuk memberikannya kejutan. Karena itu jugalah ia tidak mengunci kamarnya semalam.

“A-aku juga mabuk semalam, Kak.” Livy menundukkan kepalanya. Sedikitnya, ia merasa bersalah. Takut jikalau kesalahan semalam diketahui oleh suaminya, terlebih keluarga angkatnya. Andai ia tidak mabuk, tentu bisa menghindar dari kejadian memalukan ini.

Namun, semua telah terjadi. Livy melakukan kesalahan besar, berhubungan dengan kakak iparnya, padahal mereka berdua sama-sama memiliki pasangan. Meski pernikahan Livy dan Sergio tidak didasari cinta, tetapi untuk membalas budi ayah angkatnya, ia berusaha menghormati dan mencintai sang suami.

Kepala Livy menggeleng, dan ia tiba-tiba berujar, “Tidak. Kesalahan ini harus dirahasiakan, Kak.” Di hadapannya, El termangu. “Semalam adalah kesalahan yang tidak disengaja. Untuk itu, ayo kita lupakan saja,” ujarnya lagi, kali ini sambil memohon ke arah El.

“Melupakannya?” Terlihat, kening lelaki itu mengerut. “Tapi, Livy … semalam itu—”

Cepat, Livy menggeleng. “Kita sama-sama punya pasangan, Kak. Lagipula, aku tidak ingin mengecewakan ayah, juga Kak Sonia.”

“Apa kamu sadar dengan apa yang kamu minta, Livy?” Lagi, El bertanya dengan wajah tanpa ekspresi. “Bagaimana jika kamu—”

Livy yang tahu ke mana arah pembicaraan kakak iparnya cepat-cepat berujar. “Kakak tidak perlu khawatir, aku selalu meminum pil KB.”

Ada sedikit ketakutan yang kembali Livy rasakan. Namun, ia kembali meyakinkan diri … hanya sekali berhubungan tidak mungkin akan berakibat fatal dan langsung membuatnya hamil.

Livy bisa melihat jelas, jika raut wajah El masih tampak belum menerima. Namun, ia terus menunjukkan wajah memohon juga sikap keras kepalanya. Bagaimana pun, jika rahasia ini terbongkar, bukan hanya pernikahannya dan Sergio saja yang hancur, tetapi juga pernikahan El dan Sonia, ditambah memburuknya hubungan Livy dan keluarga angkatnya.

El mengangguk. “Baiklah jika itu maumu.” El kemudian turun dari ranjang masih dengan tubuh polosnya.

Livy menundukkan kepala, enggan melihat tubuh kakak iparnya lagi. “T-terima kasih, Kak.”

El tidak menjawab kalimat Livy, ia dengan gerakan cepat memungut dan memakai kembali pakaiannya yang telah berserakan di lantai.

Namun, sebelum keluar dari kamar adik iparnya itu, El kembali menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Livy yang masih duduk di ranjang dengan selimut yang mengelilingi tubuhnya.

“Sekali lagi, maafkan aku.” Mata pria itu memancarkan ketulusan. Suaranya dingin, tetapi ada kesan lembut dan rasa bersalah yang amat dalam. “Jika sesuatu terjadi padamu karena kejadian semalam, jangan ragu datang padaku, Livy. Aku pasti akan bertanggung jawab.”

Setelahnya, pria itu langsung keluar dan menutup rapat pintu kamar Livy.

Setelah kakak iparnya melewati pintu kamar, ia kemudian berlari mengunci pintu karena khawatir Sergio pulang dan melihat kekacauan dalam kamar. Diliputi perasaan gundah, Livy membersihkan dan merapikan jejak percintaan panasnya semalam. Bahkan ia menggunakan pewangi menyengat agar parfum El tidak tercium lagi.

Saat tengah mengamati keadaan kamar yang telah kembali rapi, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ia telah berbohong pada El tadi. Keinginan untuk hamil membuat Livy tidak lagi mengkonsumsi pil KB seperti awal pernikahannya dulu. Namun sayang, Upaya Livy tersebut tidak didukung oleh sang suami yang justru tidak pernah lagi menyentuhnya.

Namun, setelahnya ia kembali menekankan pada dirinya sendiri, ‘Tidak. Aku tidak mungkin hamil hanya karena sekali berhubungan.’

Untuk memutus pikiran negatifnya, akhirnya Livy memutuskan untuk keluar kamar guna menyiapkan sarapan.

Namun, ketika Livy keluar dari kamar, ia terkejut melihat kakak angkatnya, Sonia, baru saja menaiki anak tangga. Keduanya berpapasan dan tatapan Sonia tertuju kepadanya.

“Heh, Livy, tunggu!” panggil wanita cantik itu setengah berteriak.

Livy mematung dengan perasaan terkejut dan takut luar biasa. Ia bagai seorang wanita yang berselingkuh, lalu tertangkap basah. Kedua telapak tangannya berkeringat dingin, ia berusaha menyembunyikan ketakutan. Senyuman pada wajahnya pun berubah kaku serta terpaksa.

“Ada yang bisa aku bantu, Kak?”

“Kamu lihat suamiku tidak? Pagi ini aku tidak menemukan dia di kamar.” Sonia mengerutkan dahinya dan menatap Livy dengan sengit. “Semalam dia bilang mau pulang ke rumah karena membutuhkanku.”

Livy menelan air liur, dan terus mengepalkan tangan. Setelah semalam ketiban ‘sial’, pagi ini ia sungguh sial karena bertemu Sonia. Tentu, Livy menggelengkan kepalanya.

“A-aku tidak melihat Kak El.”

Kini, wajah Sonia semakin gusar. Wanita yang berprofesi sebagai model itu terlihat marah sekarang. “Apa jangan-jangan dia tidur dengan wanita lain?”

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Nova Vaw
pst hamidun itu
goodnovel comment avatar
NACL
joget kn maksudnya? (⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)
goodnovel comment avatar
Noviantoro Antoronovi
mabuk bisa halusinasi sambil bergoyang ria
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status