Malam itu, Mayra Anjani dan Jaya Mahendra resmi menjadi pasangan suami istri. Raut kebahagiaan terpancar jelas di wajah Jaya. Sedangkan Mayra sendiri lebih kepada raut wajah sedih. Dokumen negara akan diurus Andrian setelah ini. Bagi Jaya, asalkan mereka telah sah secara agama, itu yang paling penting."Ayah, Ibu. Kami langsung pamit pulang ke Kota. Nanti hadiah pernikahan akan langsung diurus oleh Andrian.""Kenapa tidak menginap dulu, Nak?" tanya Raharja. Dia sedikit keberatan putri dan menantunya langsung pergi begitu saja. Segalanya berjalan begitu cepat, sampai rasanya Raharja hanya mengedipkan mata saja dan pernikahan ini sudah selesai. Apakah mungkin ini hanya sekedar mimpi?Ketiga adik Mayra juga hanya bisa menatap kakak perempuan mereka dengan tanda tanya besar, tetapi tidak ada yang bertanya lagi. Pernikahan Mayra dan restu Raharja sudah cukup menjadi jawaban."Kami minta agar Ayah dan Ibu mengijinkan," lanjut Jaya lagi. Kalau mertuanya tidak mengijinkan, Jaya juga tidak aka
Bibir Jaya memagut bibir Mayra dengan perlahan. Hanya sekilas saja, setelah itu mereka berciuman dengan panas. Seolah-olah hasrat yang terpendam selama ini harus terpuaskan dengan segera."Aku tidak ingin menyakitimu, May, Sayangku, Cintaku!" kata Jaya dengan suara parau dan pandangan mendamba. Meskipun begitu, dia berusaha menormalkan perasaannya karena Jaya tahu, apa yang akan dia lakukan pasti menyakiti Mayra. Seperti yang sebelumnya.Jari lentik Mayra mengikuti lekuk wajah Jaya yang tampan. Bahkan bibir Mayra sedikit terbuka, menambah keseksian Mayra. Sungguh, melihat Mayra seperti itu, siapa yang tidak tergoda? Begitupun dengan Jaya. "May, lain kali saja kita melakukannya. Aku sungguh tidak siap harus melihatmu kesakitan!" ujar Jaya lagi. Meskipun jerit kesakitan Mayra menjadikan lagu pengantar yang indah, tetapi Jaya yakin bisa mengendalikan keinginannya kali ini. Mayra tidak boleh kesakitan. Itu yang akan Jaya pertahankan.Bibir Mayra menempel di tengkuk Jaya. Hembusan nafas M
Pagi itu Mayra terbangun dengan rasa sakit pada seluruh tubuhnya. "May, kamu tidak apa-apa?" Jaya bertanya khawatir."Tidak mengapa, ini adalah tugasku!""Aku akan segera konsultasi. Kita tidak bisa seperti ini terus menerus, May." Jaya membuka gaun tidur Mayra dan melihat bekas luka yang dibuatnya, memanjang dengan warna yang kemerahan. Pasti sakit. Rasanya Jaya juga turut merasakan kesakitan yang sama.Mayra bisa menahan semua itu. Rasanya Jaya tidak bisa. Mungkin, semalam mereka terbawa suasana. Seharusnya Mayra menolak ketika Jaya sudah di ambang gairah. Bukan malam menyodorkan peralatan yang membuat Jaya semakin ingin melakukannya."Jangan dipikirkan, luka ini tidak separah yang terlihat. Lagipula, kau sudah ada kemajuan. Lumayan, tidak ada robekan di gaunku!" kata Mayra tertawa renyah. Rasanya dunia Mayra sekarang baik-baik saja. Kondisi kesehatan sang ayah juga sudah lebih baik meskipun harus ditunjang dengan obat-obatan seumur hidupnya. Hal itu tidak masalah, Mayra lebih dar
"Seorang pengusaha terkenal berinisial JM disinyalir telah melakukan pernikahan tertutup dengan seorang wanita berinisial MA. Menurut kabar burung yang beredar, wanita berinisial MA adalah mantan wanita penghibur. Masih menurut kabar yang sampai ke redaksi kami, JM sangat tergila-gila dengan MA sehingga mengabaikan semua masa lalu MA. Apakah benar MA adalah wanita penghibur? Apakah pengusaha JM adalah salah satu kliennya? Kami akan terus menelusurinya untuk anda. Tetap bersama kami, berita viral antara fakta atau khayalan." Bersamaan dengan narasi yang disampaikan oleh pembawa acara yang energik itu juga ada foto Jaya yang diambil dari kejauhan. Hanya siluet dan latar belakang. Namun, siapapun yang mengenal Jaya pasti tahu sosok pengusaha berinisial JM adalah Jaya Mahendra. Tidak ada foto Mayra. Bahkan bayangannya pun tidak. Hanya ada kumpulan wanita-wanita cantik yang pernah secara tidak sengaja bertemu dengan Jaya di masa lalu. Kolase foto yang dimunculkan untuk membentuk opini mas
Jaya pulang dengan wajah kuyu dan terlihat sangat lelah. Setelah mengecup kening Mayra, Jaya memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tengah. Sungguh, hari ini sangat melelahkan untuk Jaya."Kau terlihat lelah, aku akan memijat mu, Sayang!" Mayra berkata lembut di samping Jaya sambil memberikan satu cangkir teh dengan madu."Sedikit, tenanglah. Masalah bisa diatasi!" kata Jaya. Bau harum Mayra sungguh membuatnya melayang. "May, kemarilah. Rasanya aku bisa tenang hanya dengan mencium aroma darimu!""Jangan berlebihan, banyak wanita cantik di luar sana yang sepertinya sangat senang jika kau ada di pangkuan mereka!""Kau manis sekali!" Tanggapan Jaya yang sungguh membuat Mayra tidak habis pikir. Namun, dia tetap menuruti permintaan Jaya untuk bersandar di pelukan Jaya. Untuk beberapa saat tidak ada yang saling berbicara. Mayra dan Jaya larut dalam pikirannya masing-masing."Tuan, ada banyak spekulasi yang beredar di tengah masyarakat mengenai berita tadi. Ter
Kanaya Arinda meletakkan ponselnya dengan gusar ke atas ranjang. Bastian Mahendra hanya menatap sang istri sambil tetap tersenyum."Ini semua karena idemu, Sayang. Seharusnya kita tetap berpegang teguh kepada rencana kita sejak awal untuk tidak merestui Jaya dan gadis itu, sekarang lihatlah apa yang terjadi! Sekarang Jaya menjadi pemberitaan!""Gadis itu adalah menantumu, Sayang. Mayra pasti sedih kalau mendengarmu mengatakan hal ini!" Bastian mengulurkan segelas air minum kepada Kanaya yang diterima Kanaya dengan wajah tetap ditekuk."Kita sebaiknya pergi ke luar negeri saja. Nama baik kita, Sayang. Dipertaruhkan di sini!" seru Kanaya lagi. Jemarinya yang lentik mempermainkan kukunya yang rapi dan cantik. Itu cara Kanaya untuk menutupi kegelisahannya."Hanya inisial nama saja dan siluet dari kejauhan. Kau tidak perlu terlalu merisaukan hal ini," ujar Bastian untuk kesekian kali. Untuk menenangkan sang istri, kalimat yang sama harus diulang berkali-kali."Hanya orang bodoh yang tidak
"Kenapa kau terlihat gelisah, May?" tanya Jaya. Mereka sedang bersiap untuk pulang ke kota. Tepatnya ke Apartemen Jaya barulah menuju ke rumah orang tua Jaya."Entahlah, pasti ada yang salah. Aku belum kedatangan tamu. Seharusnya sudah waktunya.""Kau minum pil selama ini?""I—iya, tapi beberapa waktu ini tidak. Astaga! Aku lupa membeli lagi. Pil ku hilang entah kemana dan aku tidak membeli lagi!""Apakah itu berbahaya?" tanya Jaya dengan nada polos. Tentu saja dia tahu apa yang terjadi, tetapi tidak mungkin mengaku kalau dia yang membuang pil-pil itu. Jadi, lebih baik berpura-pura bodoh saja!"Tidak, hanya saja aku bisa hamil. Astaga, aku sudah tidak minum sejak lama ternyata!" Sekali lagi Mayra berteriak menyatakan kebodohannya. Dan setelah berfikir selama beberapa waktu, Mayra ingat bahwa dia sejak bersama Jaya memang sama sekali tidak menggunakan pengaman."Tidak masalah, Sayang. Ada aku, suamimu. Kenapa kau gelisah?""Tapi, kalau memang benar aku hamil, usia kehamilannya yang aka
Sayang tersenyum puas melihat berita mengenai Jaya Mahendra. Tentu saja, dia adalah dalang di balik berita tentang pernikahan Jaya dan Mayra. Meskipun nama pasangan Jaya belum ada yang bisa menebaknya selain keluarga dan juga Nona Lolita. Keluarga Jaya tentunya."Aku mau kau memberikan berita ini kepada wartawan gosip!" Sayana melemparkan satu berkas dokumen ke atas meja. Leonard menautkan keningnya tanda dia masih belum mengerti, tetapi dengan patuh, dia mengambil dokumen tersebut dan membukanya."Aku bisa melakukannya, tapi pasti bisa dengan mudah dilacak. Apalagi ini menyangkut Tuan Jaya Mahendra," terang Leonard sedikit ragu.Sayana tersenyum licik sambil memandang partnernya itu dengan tatapan tajam."Lakukan dengan baik dan jangan pernah sangkutkan namaku. Terserah bagaimana caranya!" ucap Sayana. Sekarang dia mengambil sebuah amplop tebal dan diberikan kepada Leonard."Tenang, aku tidak akan memakai bantuanmu secara gratis. Uang di dalam sana cukup untuk memberi makan wartawan