Davis mengamati para bawahan The Street Boss yang tengah mengerumuni jendela. “Mereka akan mulai menginterogasiku karena aku mengaku sebagai teman Ricky. Aku harus segera menyelesaikan quest secepatnya dan menolong Ricky.”“Sialan! Kenapa ribut sekali di luar?” teriak Lexy sembari menendang pintu.Davis menghindar ke samping ketika pintu melayang ke arahnya, mundur beberapa langkah ketika Toba dan John ikut keluar dari ruangan bersama Lexy.“Apa yang terjadi?” Toba menguap beberapa kali, mengusap pipinya dari bekas lipstik.“Ricky menyusup ke markas kita. Dia menyamar sebagai pria gondrong yang berkelahi dengan pria berambut cokelat,” jawab salah satu bawahan Toba.Toba, Lexy, dan John seketika menatap Davis.“Untuk apa pria botak itu menyusup ke markas kita? Apa mungkin dia bekerja untuk seseorang sekarang?” tanya John.“Polisi tidak mungkin berani berbuat macam-macam dengan kita. Mereka ikut menikmati uang hasil taruhan dan uang suap.” Lexy menyalakan rokok, mengembus asap pada Davi
Ricky berhasil memasuki mobil, menutup pintu sekencang mungkin, mengendalikan napas yang terengah-engah. Wajahnya tampak babak belur dengan tangan, perut, dan kakinya berdarah. Ia seperti ikan yang jauh dari air.Davis memacu mobil lebih cepat, melewati para berandalan yang datang menghadang, menambah kecepatan ketika melihat sepuluh berandalan datang dengan lima motor dari depan.Lima motor itu berbelok ke samping ketika Davis terus melaju lurus. Para berandalan terjatuh dari motor. Mobil berhasil keluar dari jalur masuk. Davis menambah kecepatan. Ia melihat para berandalan yang menaiki lima belas motor mengejarnya dari belakang. Dua mobil berisi para berandalan ikut mengejar.Ricky menoleh ke layar yang menujukkan para berandalan, menekan perutnya yang berdarah, menatap Davis yang tampak tenang. “Sialan! Aku pikir kau akan meninggalkanku.”Mobil mulai memasuki jalan raya.Davis mengaktifkan mode penyamaran mobil. Warna mobil seketika berubah dengan tambahan beberapa aksesoris.[Din
“Berjanji menjadi orang yang lebih baik,” ujar Davis ketika mengingat perkataan Ricky.Davis melajukan mobil, melepas rambut dan tompel palsu, mengembus napas panjang. Mendengar ucapan Ricky dan bersinggungan dengan para berandalan membuatnya memahami sesuatu yang luput darinya selama ini.“Selama ini aku berpikir jika aku adalah orang yang paling malang di dunia karena tidak memiliki keluarga dan selalu mendapatkan perlakuan sangat buruk dari keluarga Anderson. Pikiran sempit itu membuat mataku tertutup hingga tidak menyadari keadaan orang-orang di sekelilingku. Banyak orang seperti Dave, Ricky, dan Tonny yang harus hidup di jalanan yang sangat keras. Mereka hidup tanpa kepastian di masa depan. Aku lebih beruntung dibanding mereka. Selama ini, aku … menjadi pribadi yang kurang bersyukur.”Davis mengembus napas panjang, melirik cincinnya. “Aku mendapatkan sistem yang mengubah hidupku. Sistem adalah hadiah paling berharga yang aku dapatkan dalam hidupku.”[Sistem diciptakan dan hadir
Davis seketika mendorong Dave ke samping ketika melihat seseorang berlari ke arahnya seraya melesatkan pisau.Davis menendang pisau hingga terjatuh, menendang perut orang itu dengan sangat keras hingga orang itu terjatuh, berguling-guling dan menabrak tong sampah.[Peringatan!][Seseorang bersiap melempar batu dari ketinggian]Davis yang akan menangkap orang tadi seketika melompat ke samping ketika melihat sebuah batu jatuh dari ketinggian. Ia berlari menuju Dave yang terbaring di tanah, membantu pria itu berdiri, menarik Dave untuk segera berlari.Davis melihat dua orang bertopeng melemparkan batu dari dua gedung di sisi kiri dan kanan. “Cepatlah, Dave!”Davis mengawasi sekeliling di saat sistem terus memberi peringatan. Ia melihat empat orang bertopeng mengikutinya dari belakang, melempar batu seukuran kepala bayi. Pria bertopeng yang akan menusuknya sudah menghilang.“Sialan! Mereka pasti bawahan The Street Boss yang ingin mencelakaiku.”Davis mengambil sebuah kayu, melompat ke kir
“Davis dan Trex sudah berada di arena pertandingan. Apa kalian siap untuk bertaruh dan memenangkan banyak uang?” teriak Don di sisi arena.Para penonton seketika berteriak heboh, memanggil Davis dan Trex dalam waktu bersamaan. Suasana sangat ramai sampai penonton meluber ke bawah tribun. Para penonton lain masih terus berdatangan dari pintu masuk. Para penjaga mengatur penonton agar tertib.“Siapa yang akan menang dan melaju ke babak semi final nanti? Apakah Dave yang berhasil menghalahkan dua petarung terkuat sebelumnya atau Trex yang memiliki gaya bertarung agresif?”Don berjalan ke tengah arena, mengangkat kedua tangan. “Malam ini adalah malam yang sangat seru karena kita akan melihat banyak pertarungan. Dua petarung akan melaju ke final untuk memperebutkan hadiah yang sangat banyak. Para tamu istimewa kita akan datang dan semakin memeriahkan permainan. Kalian semua harus hadir dan membawa uang banyak. ”Davis mengamati para penjaga di bawah dan atas tribun. Ia menerka seseorang ya
Davis segera berdiri, menahan gempuran serangan Trex yang membabi buta selagi menghindari serangan dari arah penonton. Davis terjatuh seraya memegangi perutnya yang terkena tendangan dan pukulan dari Trex.“Davis terus menerima serangan dari Trex. Apakah dia akan kalah dengan memalukan tanpa bisa mendaratkan serangan pada Trex?” Don tertawa. “Apakah ini akhir dari perjalan si petarung baru yang berhasil mengalahkan dua petarung terkuat sebelumnya?”Davis menahan kaki Trex, bergerak untuk menghindari serangan dari penonton. Ia melihat beberapa batu kerikil yang gagal menyerangnya.Trex menendang perut Davis sekuat mungkin.Davis berpura-pura memekikik kencang, memegangi perutnya sambil berguling-guling. Ia mendengar para penonton menertawakan dan mencibirnya. “Aku tidak boleh terus-menerus menerima serangan Trex. Aku harus mengakhiri pertarungan sekarang.”Davis berpura-pura memejamkan mata, terus berguling-guling, mengintip. Ketika Trex menerjang ke arahnya, ia dengan gesit berguling
Davis menerima botol minuman dari Dave untuk kedua kalinya malam ini. Sistem kembali memperingatkannya mengenai bahaya minuman yang Dave berikan.Davis kembali berpura-pura meminum minuman itu hingga habis, padahal ia membuangnya di toilet. Saat kembali ke arena pertandingan, suasana semakin ramai.Davis bertarung dengan Victor di babak semi final. Ia kembali menghadapi kecurangan dari Victor dan beberapa orang di tribun penonton. Bahkan, beberapa pipa sengaja dijatuhkan dari atap arena ke arahnya.Davis berpura-pura lemas sama seperti saat menghadapi Trex. Pada menit-menit awal, ia berakting nyaris kalah dari Victor.Davis harus mengakui jika Victor adalah lawan yang cukup kuat, tetapi ia sama sekali tidak menghormati pria itu karena kecurangannya. Davis akhirnya memenangkan pertandingan di saat-saat terakhir.Davis melihat Don dan beberapa orang yang tampak marah ketika ia memenangkan pertandingan. Ia menduga jika mereka tidak akan tinggal diam dan berniat kembali mencelakannya sele
Davis menatap foto lekat-lekat. Sebastian tengah berdiri di depan sebuah gerbang megah, tersenyum ke arah kamera. “Aku tidak tahu kalau kakek pernah bekerja di Oaktown.”Sebastian menatap cincin di jari Davis sekilas. “Aku mendapatkan banyak pengalaman berharga selama berada di Oaktown. Aku bertemu dengan para pebisnis sukses dan handal dan belajar banyak hal dari mereka.”“Gerbang rumah tempat kakek berfoto sangat megah dan besar.” Davis memberikan foto pada Sebastian. “Apa rumah itu milik rekan kerja Kakek?”Sebastian terdiam sejenak, mengangguk. “Kau sepertinya sangat tertarik dengan Oaktown, Davis?”“Aku mendengar jika Oaktown adalah kawasan ekslusif yang menjadi tempat tinggal para pebisnis sukses di negeri ini. Bahkan, para pebisnis dari luar negeri pun memiliki properti di sana. Bukankah itu luar biasa?”“Kau benar, Davis.” Sebasian berusaha mengambil gelas di nakas.Davis memberikan gelas pada Sebastian, lalu mengembalikan gelas ke nakas setelah Sebastian selesai minum. “Bisak
“Aku dan Dustin harus pergi untuk mengumpulkan anggota kelompok Technocorm untuk bisa melawan Shibacorm.” Dylan mencengkeram bahu Dalton lebih erat. “Aku sudah menghilangkan ingatan Damian dan Dominique tentangku, dan aku juga akan menghilangkan ingatanmu juga setelah pembicaraan ini berakhir.”“Apa aku bisa melakukannya, Ayah? A-aku ....”“Aku yakin kau bisa melakukannya, Dalton. Kau adalah putraku, dan tidak ada siapa pun yang bisa aku percaya selain dirimu.”Dalton menunduk, mengamati tangannya. Saat mendongak, ia tiba-tiba melihat cahaya putih yang sangat menyilaukan. Dalton menggeleng, mengawasi keadaan sekeliling. “Apa yang baru saja terjadi?”Dalton mendekati sebuah layar yang menampilkan Davis. “Aku harus mengawasi Davis.”Dylan dan Dustin sudah berada di luar rumah, melayang di atas halaman. “Apa kau yakin kau tidak menyesali tindakanmu sekarang, Dylan? Aku tidak keberatan untuk menunggu lebih lama jika kau ingin berpamitan pada putramu dan kakakmu dengan benar,” kata Dusti
Aaron mengirimkan pesan pada Green sembari bersiap-siap. “Aku sejujurnya cukup tegang sekarang. Aku sudah menunggu momen ini sejak lama. Aku tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun, termasuk meremehkan peserta lain. Mereka tampak luar biasa.”Aaron mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak menduga jika Tuan Red dan Tuan Blue tertangkap musuh. Aku menduga kelompok ini sengaja merekrutku dan yang lain untuk membantu mereka menangani Dylan dan Dustin.”“Dengan kata lain, mereka ingin menjadikanku dan yang lain sebagai pion.” Aaron tersenyum. “Tapi jika aku berhasil dan membuat mereka terkesan dengan kemampuanku, aku bisa menjadi anggota tetap mereka.”Aaron melirik keempat peserta lain. “Aku harus fokus pada diriku dibandingkan memerhatikan mereka.” Suara alarm tiba-tiba berbunyi. Aaron dan empat peserta lain memasuki sebuah ruangan kaca sesuai nomor urut masing-masing. Sebuah meja muncul dengan beberapa barang. “Ujian pertama kalian adalah menganalisis sekaligus memperbaiki rob
“Daisy, apakah kau berada di dalam?” tanya Dennis sembari menekan bel. “Ya, masuklah, Ayah.” Daisy menghapus pesan, menyimpan ponsel di bawah bantal. Ia bersikap senormal mungkin saat Dennis memasuki ruangan. “Keadaan sudah baik-baik saja sekarang. Kau tidak boleh pergi ke mana pun untuk sementara waktu. Mario mungkin saja akan melarikan diri kembali. Pengawal yang membantunya pun belum ditemukan hingga sekarang.” “Aku mengerti, Ayah.” Dennis mengamati Daisy, menoleh pada cahaya putih di bawah bantal. “Apa kau sedang menghubungi seseorang?” Daisy segera mematikan ponselnya. “Tidak, aku baru saja akan mengirimkan pesan pada salah satu temanku. Dia adalah anggota keluarga Tolando. Aku hanya ingin mengajaknya berlibur.” “Kau sebaiknya tetap berada di rumah untuk sementara waktu, Daisy.” Daisy mengembus napas panjang. “Aku sejujurnya tidak nyaman dengan keadaan rumah ini, Ayah. Aku harus waspada dan mencurigai keluargaku sendiri. Aku ingin semua kembali ke keadaan semula sebelum D
“Davis mengajak kita liburan?” Susan tampak semringah. “Aku tentu saja sangat senang mendengar kabar ini.”“Ke mana Davis mengajak kita, Kakek?” tanya Gabriel. “Davis belum memilih tempatnya. Kalian bisa membantu Davis memilih tempatnya.”“Aku tahu tempat liburan menarik.” Paul memeriksa ponsel. “Aku memiliki banyak tempat liburan yang belum aku kunjungi. Aku akan memilih tempat terbaik karena aku tidak perlu mengeluarkan uang.”Romeo mendengkus kesal saat melihat Susan, Rebecca, Emmely, Gabriel, Joseph, dan Paul tampak semangat. “Davis pasti hanya ingin pamer,” gerutunya.“Ayah, aku pikir kita bisa membicarakan hal lebih penting sekarang,” kata Drake sembari melirik Alvin sinis. “Davis juga mengajak keluarga Tolando berlibur.”Drake, Louise, Ivan, Romeo, dan semua orang sontak terkejut. “Davis mengajak keluarga Tolando berlibur? Itu berarti Henry Tolando juga akan ikut berlibur bersama kita?”“Ya, kalian semua harus menjaga sikap kalian di depan mereka. Mereka pasti ingin menilai
“Ketua,” ujar Green. Si pria berkacamata menyentuh kotak, mengamati deretan informasi di layar hologram. Sarung tangannya bercahaya dan menyebarkan sinar ke sekeliling kotak. Kotak yang mengurung Green perlahan memudar hingga akhirnya menghilang. Ketika mendekati si pria berkacamata, Green terkejut melihat kubah pelindung yang mulai roboh dan menghilang. “Apa yang terjadi?” gumam Green. “Sesuai dengan informasi dari Red dan Blue, Dylan memang sudah mengembangkan teknologi yang lebih canggih dibandingkan kita. Aku membutuhkan waktu hingga sepuluh jam lamanya untuk bisa menganalisis kubah pelindung ini,” ujar si pria berkacamata.“Aku sungguh minta maaf karena tidak bisa melakukan tugasku dengan benar, Ketua.”“Aku tidak berharap banyak padamu untuk tugas ini, Green. Aku hanya ingin melihat bagaimana kemampuan kubah ini. Kau berhasil mengulur waktu.”Green mengepalkan tangan erat-erat. “Aku mengakui kebodohanku, Ketua.”“Kau harus menangkap Mario sekarang. Aku akan menunggumu di s
“Dylan sudah menduga jika aku dan anggota Shibacorm yang lain akan mendatangi keluarga Miller sehingga dia memasang pelindung,” ujar Green. “Keluarga Miller memiliki hubungan dengan Dylan di masa lalu. Mereka juga mencari keberadaan Dylan berbulan-bulan setelah Dylan muncul dan menyerang mereka. Sayangnya, mereka tertipu dengan sosok palsu yang mereka tangkap.”Green merenggangkan badan, tersenyum. “Baiklah, mari kita lihat sehebat apa pelindung yang kau gunakan, Dylan.”Green berkutat dengan layar hologram selama beberapa waktu. Ia terdiam saat layar menunjukkan sebuah informasi. “Sistem gagal meretas pelindung. Ah, aku tahu kalau hal ini tidak akan mudah.” Green melompat mundur, terbang ke sebuah pohon. Green duduk di sebuah dahan, memindai informasi di layar. Ia menekan tombol, dan dua buah robot seketika meluncur dan terbang ke kediaman keluarga Miller. Dua robot itu berbelok ke kiri dan kanan, melakukan pemindaian kubah pelindung secara menyeluruh. Dari pandangan manusia bias
“Kau menjalankan tugasmu dengan sangat baik, Alvin,” ujar Dylan. Alvin mengawasi keadaan sekeliling, berdiri perlahan, merenggangkan badan beberapa kali. “Sudah berapa lama aku berada di tempat ini?” “Kau berada di tempat ini dua bulan lamanya. Dan selama kau tertidur, sudah banyak hal yang terjadi. Kau mungkin akan terkejut saat tahu.” Dylan menekan tombol. Robot seketika bergerak ke luar ruangan, menyeret seorang penjaga ke kursi. “Pria ini yang akan menggantikan tugasmu mulai sekarang.” Alvin terdiam meski ia terkejut saat melihat wajah pria itu berubah menjadi Dylan. “Apa kau sudah selesai, Dylan?” tanya Dustin, melirik Alvin sesaat. “Aku sudah sangat muak berada di tempat ini. Aku seharusnya tetap berada di luar.” Alvin mengamati Dustin saksama. “Kau tidak perlu khawatir, Alvin. Dia adalah temanku.” Dustin menepuk-nepuk pipi seorang penjaga yang sudah menjadi Dylan di kursi. “Mereka tidak akan mengenali siapa pria ini sebenarnya, kecuali jika mereka memiliki alat sepe
“Aku memiliki sebuah kabar penting, Ayah,” kata Dariel saat memasuki kamar. Daniel sontak berbalik, duduk di kursi. “Kau seharusnya berada di kamarmu untuk beristirahat, Dariel. Kondisimu masih belum pulih.” Dariel duduk berhadapan dengan Daniel. “Aku sudah baik-baik saja sekarang, Ayah.” “Kau tidak boleh berbohong padaku, Dariel. Wajahmu terlihat pucat dan kau ....” “Aaron baru saja menghubungiku, Ayah. Dia mengatakan ada seseorang yang ingin bertemu denganku, dan pertemuanku dengannya akan membantuku dan keluargaku di masa depan.” “Apa?” Dariel sontak terdiam. “Seseorang ingin bertemu denganmu? Jika hal ini berhubungan dengan keluarga Miller, seharusnya orang itu menemuiku.” “Aaron hanya memintaku untuk bertemu dengan orang itu, Ayah.” Daniel tercenung selama beberapa waktu. “Aku sebaiknya pergi denganmu, Dariel. Aku masih belum mempercayai orang itu sepenuhnya.” “Aku pikir itu rencana yang bagus, Ayah. Akan tetapi, jika kita pergi bersama, Paman Donald akan mencurigai kita.
“Tidak, aku memang belum memutuskan untuk bertemu dengan Dariel,” ujar Davis. Henry Tolando, Harry, dan Helga menatap Davis, saling melirik sesaat. Mereka mencurigai Davis memiliki hubungan dengan keluarga Miller. Sayangnya, mereka tidak memiliki bukti apa pun meski sudah mencari tahu. Suasana menjadi sangat hening. Harold memasuki ruangan, membisikkan sesuatu pada Henry Tolando. “Aku mendengar kau akan pergi berlibur, Davis,” ujar Harold.“Ya, aku memang berencana untuk berlibur. Aku merasa suntuk akhir-akhir ini. ”“Aku pikir akan menyenangkan jika kita berlibur bersama. Aku juga sangat lelah akhir-lahir ini.” Harry menoleh pada Helga. “Aku dan Helga juga akan ikut berlibur jika kau tidak keberatan.”“A-apa maksudmu?” Helga tampak panik meski ia memang ingin berlibur bersama Davis. “Aku tidak ingin berlibur bersama Davis. Aku ingin berlibur sendirian.”“Ayolah, kau mengatakan kalau liburan tidak akan menyenangkan jika hanya sendirian. Bukankah kau pernah berkata ingin berlibur b