“Ketua,” ujar Green. Si pria berkacamata menyentuh kotak, mengamati deretan informasi di layar hologram. Sarung tangannya bercahaya dan menyebarkan sinar ke sekeliling kotak. Kotak yang mengurung Green perlahan memudar hingga akhirnya menghilang. Ketika mendekati si pria berkacamata, Green terkejut melihat kubah pelindung yang mulai roboh dan menghilang. “Apa yang terjadi?” gumam Green. “Sesuai dengan informasi dari Red dan Blue, Dylan memang sudah mengembangkan teknologi yang lebih canggih dibandingkan kita. Aku membutuhkan waktu hingga sepuluh jam lamanya untuk bisa menganalisis kubah pelindung ini,” ujar si pria berkacamata.“Aku sungguh minta maaf karena tidak bisa melakukan tugasku dengan benar, Ketua.”“Aku tidak berharap banyak padamu untuk tugas ini, Green. Aku hanya ingin melihat bagaimana kemampuan kubah ini. Kau berhasil mengulur waktu.”Green mengepalkan tangan erat-erat. “Aku mengakui kebodohanku, Ketua.”“Kau harus menangkap Mario sekarang. Aku akan menunggumu di s
“Davis mengajak kita liburan?” Susan tampak semringah. “Aku tentu saja sangat senang mendengar kabar ini.”“Ke mana Davis mengajak kita, Kakek?” tanya Gabriel. “Davis belum memilih tempatnya. Kalian bisa membantu Davis memilih tempatnya.”“Aku tahu tempat liburan menarik.” Paul memeriksa ponsel. “Aku memiliki banyak tempat liburan yang belum aku kunjungi. Aku akan memilih tempat terbaik karena aku tidak perlu mengeluarkan uang.”Romeo mendengkus kesal saat melihat Susan, Rebecca, Emmely, Gabriel, Joseph, dan Paul tampak semangat. “Davis pasti hanya ingin pamer,” gerutunya.“Ayah, aku pikir kita bisa membicarakan hal lebih penting sekarang,” kata Drake sembari melirik Alvin sinis. “Davis juga mengajak keluarga Tolando berlibur.”Drake, Louise, Ivan, Romeo, dan semua orang sontak terkejut. “Davis mengajak keluarga Tolando berlibur? Itu berarti Henry Tolando juga akan ikut berlibur bersama kita?”“Ya, kalian semua harus menjaga sikap kalian di depan mereka. Mereka pasti ingin menilai
“Daisy, apakah kau berada di dalam?” tanya Dennis sembari menekan bel. “Ya, masuklah, Ayah.” Daisy menghapus pesan, menyimpan ponsel di bawah bantal. Ia bersikap senormal mungkin saat Dennis memasuki ruangan. “Keadaan sudah baik-baik saja sekarang. Kau tidak boleh pergi ke mana pun untuk sementara waktu. Mario mungkin saja akan melarikan diri kembali. Pengawal yang membantunya pun belum ditemukan hingga sekarang.” “Aku mengerti, Ayah.” Dennis mengamati Daisy, menoleh pada cahaya putih di bawah bantal. “Apa kau sedang menghubungi seseorang?” Daisy segera mematikan ponselnya. “Tidak, aku baru saja akan mengirimkan pesan pada salah satu temanku. Dia adalah anggota keluarga Tolando. Aku hanya ingin mengajaknya berlibur.” “Kau sebaiknya tetap berada di rumah untuk sementara waktu, Daisy.” Daisy mengembus napas panjang. “Aku sejujurnya tidak nyaman dengan keadaan rumah ini, Ayah. Aku harus waspada dan mencurigai keluargaku sendiri. Aku ingin semua kembali ke keadaan semula sebelum D
Aaron mengirimkan pesan pada Green sembari bersiap-siap. “Aku sejujurnya cukup tegang sekarang. Aku sudah menunggu momen ini sejak lama. Aku tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun, termasuk meremehkan peserta lain. Mereka tampak luar biasa.”Aaron mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak menduga jika Tuan Red dan Tuan Blue tertangkap musuh. Aku menduga kelompok ini sengaja merekrutku dan yang lain untuk membantu mereka menangani Dylan dan Dustin.”“Dengan kata lain, mereka ingin menjadikanku dan yang lain sebagai pion.” Aaron tersenyum. “Tapi jika aku berhasil dan membuat mereka terkesan dengan kemampuanku, aku bisa menjadi anggota tetap mereka.”Aaron melirik keempat peserta lain. “Aku harus fokus pada diriku dibandingkan memerhatikan mereka.” Suara alarm tiba-tiba berbunyi. Aaron dan empat peserta lain memasuki sebuah ruangan kaca sesuai nomor urut masing-masing. Sebuah meja muncul dengan beberapa barang. “Ujian pertama kalian adalah menganalisis sekaligus memperbaiki rob
“Aku dan Dustin harus pergi untuk mengumpulkan anggota kelompok Technocorm untuk bisa melawan Shibacorm.” Dylan mencengkeram bahu Dalton lebih erat. “Aku sudah menghilangkan ingatan Damian dan Dominique tentangku, dan aku juga akan menghilangkan ingatanmu juga setelah pembicaraan ini berakhir.”“Apa aku bisa melakukannya, Ayah? A-aku ....”“Aku yakin kau bisa melakukannya, Dalton. Kau adalah putraku, dan tidak ada siapa pun yang bisa aku percaya selain dirimu.”Dalton menunduk, mengamati tangannya. Saat mendongak, ia tiba-tiba melihat cahaya putih yang sangat menyilaukan. Dalton menggeleng, mengawasi keadaan sekeliling. “Apa yang baru saja terjadi?”Dalton mendekati sebuah layar yang menampilkan Davis. “Aku harus mengawasi Davis.”Dylan dan Dustin sudah berada di luar rumah, melayang di atas halaman. “Apa kau yakin kau tidak menyesali tindakanmu sekarang, Dylan? Aku tidak keberatan untuk menunggu lebih lama jika kau ingin berpamitan pada putramu dan kakakmu dengan benar,” kata Dusti
[Nama Host: Davis] [Keluarga: Miller] [Status Pewaris: Level 40 (505/4000)] [Health Point: 55/58] [Kekuatan: 58 | Pertahanan: 59 | Kecerdasan: 58 | Kelincahan: 58] [Money Power: $30.437.895.000]Davis tengah menikmati sarapan bersama yang lain di meja makan. “Aku akan mengajak kalian berlibur minggu depan.”“Hore!” teriak Sarah dan Elora bersamaan. “Ya, berlibur adalah hal aku inginkan sejak lama. Aku sudah lelah belajar dan berlatih sangat keras selama ini,” kata Alex sembari merenggangkan badan. “Ke mana kau akan mengajak kami berlibur, Davis?”“Aku percaya kau berlatih sangat keras bersama Don dan yang lain, Alex.” Davis menatap Alex saksama. “Tapi, aku masih ragu kau belajar dengan serius.”“Ayolah, Davis. Aku mendapatkan nilai bagus selama ujian. Tentu, aku belajar dengan serius. Aku sangat pantas berlibur.”“Aku belum menentukan tempat liburan. Kalian bisa membantuku memilih tempatnya. Aku juga mengajak keluarga Anderson dan keluarga Tolando.”Angela dan Elena saling mel
Sebuah mobil menepi di depan sebuah hotel. Green dan Aaron memasuki gedung. Para pegawai menyambut mereka dengan ramah, mengantar mereka menuju sebuah ruangan. Seorang pengawal segera menghubungi Chris dan Adrian saat melihat kedatangan Aaron. “Tamu Anda sudah tiba, Tuan Muda,” ujar Chris. Dariel meletakkan gelas di meja. Tatapannya masih tertuju ke pemandangan kota. “Biarkan mereka masuk.”Chris mengangguk, menghubungi pengawal di luar ruangan. Para pengawal memeriksa Aaron dan Green hingga berkali-kali. Setelah memastikan keamanan, mereka mengizinkan keduanya memasuki ruangan. Aaron berjalan mendekati Dariel, sedangkan Green berhenti di dekat pintu. “Selamat pagi, Tuan Miller. Senang bertemu denganmu,” ujar Aaron. “Senang bertemu denganmu. Silakan duduk. Kau membuatku penasaran, Tuan.” Dariel tersenyum, menggeser letak duduk lebih depan. “Aku minta maaf jika aku mengganggu waktumu, Tuan. Sesuai dengan apa yang aku katakan sebelumnya, aku ingin mengenalkanmu dengan seseorang.
Rumah megah keluarga Anderson tampak berbeda malam ini. Suara tepuk tangan terdengar memenuhi ruangan saat seorang wanita dan seorang pria bergantian memasangkan cincin.Di sisi lain, Davis tersenyum saat memasuki ruangan. Ini kali pertama dalam hidupnya sepanjang 25 tahun menghadiri sebuah pesta. Pria itu mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin meski harus menguras tabungannya.“Selamat atas pertunangan kalian, Ethan, Susan.”Davis tiba-tiba terdiam ketika mendengar suara tersebut. Pria bertubuh tinggi itu seketika membeku saat melihat dua orang yang dikenalnya tengah berciuman di atas panggung. Senyum bahagianya lenyap dan berganti menjadi rasa sakit hati yang mendalam.“Apa maksudnya semua ini?” Davis berkata cukup keras hingga perhatian semua orang tertuju padanya. Kerumunan tamu seketika terbelah dua ketika ia berjalan mendekat.Semua keluarga Anderson tersenyum saat melihat Davis. Mereka sudah sejak lama tidak menyukai pria itu karena menganggapnya sebagai benalu tidak bergun
Sebuah mobil menepi di depan sebuah hotel. Green dan Aaron memasuki gedung. Para pegawai menyambut mereka dengan ramah, mengantar mereka menuju sebuah ruangan. Seorang pengawal segera menghubungi Chris dan Adrian saat melihat kedatangan Aaron. “Tamu Anda sudah tiba, Tuan Muda,” ujar Chris. Dariel meletakkan gelas di meja. Tatapannya masih tertuju ke pemandangan kota. “Biarkan mereka masuk.”Chris mengangguk, menghubungi pengawal di luar ruangan. Para pengawal memeriksa Aaron dan Green hingga berkali-kali. Setelah memastikan keamanan, mereka mengizinkan keduanya memasuki ruangan. Aaron berjalan mendekati Dariel, sedangkan Green berhenti di dekat pintu. “Selamat pagi, Tuan Miller. Senang bertemu denganmu,” ujar Aaron. “Senang bertemu denganmu. Silakan duduk. Kau membuatku penasaran, Tuan.” Dariel tersenyum, menggeser letak duduk lebih depan. “Aku minta maaf jika aku mengganggu waktumu, Tuan. Sesuai dengan apa yang aku katakan sebelumnya, aku ingin mengenalkanmu dengan seseorang.
[Nama Host: Davis] [Keluarga: Miller] [Status Pewaris: Level 40 (505/4000)] [Health Point: 55/58] [Kekuatan: 58 | Pertahanan: 59 | Kecerdasan: 58 | Kelincahan: 58] [Money Power: $30.437.895.000]Davis tengah menikmati sarapan bersama yang lain di meja makan. “Aku akan mengajak kalian berlibur minggu depan.”“Hore!” teriak Sarah dan Elora bersamaan. “Ya, berlibur adalah hal aku inginkan sejak lama. Aku sudah lelah belajar dan berlatih sangat keras selama ini,” kata Alex sembari merenggangkan badan. “Ke mana kau akan mengajak kami berlibur, Davis?”“Aku percaya kau berlatih sangat keras bersama Don dan yang lain, Alex.” Davis menatap Alex saksama. “Tapi, aku masih ragu kau belajar dengan serius.”“Ayolah, Davis. Aku mendapatkan nilai bagus selama ujian. Tentu, aku belajar dengan serius. Aku sangat pantas berlibur.”“Aku belum menentukan tempat liburan. Kalian bisa membantuku memilih tempatnya. Aku juga mengajak keluarga Anderson dan keluarga Tolando.”Angela dan Elena saling mel
“Aku dan Dustin harus pergi untuk mengumpulkan anggota kelompok Technocorm untuk bisa melawan Shibacorm.” Dylan mencengkeram bahu Dalton lebih erat. “Aku sudah menghilangkan ingatan Damian dan Dominique tentangku, dan aku juga akan menghilangkan ingatanmu juga setelah pembicaraan ini berakhir.”“Apa aku bisa melakukannya, Ayah? A-aku ....”“Aku yakin kau bisa melakukannya, Dalton. Kau adalah putraku, dan tidak ada siapa pun yang bisa aku percaya selain dirimu.”Dalton menunduk, mengamati tangannya. Saat mendongak, ia tiba-tiba melihat cahaya putih yang sangat menyilaukan. Dalton menggeleng, mengawasi keadaan sekeliling. “Apa yang baru saja terjadi?”Dalton mendekati sebuah layar yang menampilkan Davis. “Aku harus mengawasi Davis.”Dylan dan Dustin sudah berada di luar rumah, melayang di atas halaman. “Apa kau yakin kau tidak menyesali tindakanmu sekarang, Dylan? Aku tidak keberatan untuk menunggu lebih lama jika kau ingin berpamitan pada putramu dan kakakmu dengan benar,” kata Dusti
Aaron mengirimkan pesan pada Green sembari bersiap-siap. “Aku sejujurnya cukup tegang sekarang. Aku sudah menunggu momen ini sejak lama. Aku tidak boleh melakukan kesalahan sekecil apa pun, termasuk meremehkan peserta lain. Mereka tampak luar biasa.”Aaron mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak menduga jika Tuan Red dan Tuan Blue tertangkap musuh. Aku menduga kelompok ini sengaja merekrutku dan yang lain untuk membantu mereka menangani Dylan dan Dustin.”“Dengan kata lain, mereka ingin menjadikanku dan yang lain sebagai pion.” Aaron tersenyum. “Tapi jika aku berhasil dan membuat mereka terkesan dengan kemampuanku, aku bisa menjadi anggota tetap mereka.”Aaron melirik keempat peserta lain. “Aku harus fokus pada diriku dibandingkan memerhatikan mereka.” Suara alarm tiba-tiba berbunyi. Aaron dan empat peserta lain memasuki sebuah ruangan kaca sesuai nomor urut masing-masing. Sebuah meja muncul dengan beberapa barang. “Ujian pertama kalian adalah menganalisis sekaligus memperbaiki rob
“Daisy, apakah kau berada di dalam?” tanya Dennis sembari menekan bel. “Ya, masuklah, Ayah.” Daisy menghapus pesan, menyimpan ponsel di bawah bantal. Ia bersikap senormal mungkin saat Dennis memasuki ruangan. “Keadaan sudah baik-baik saja sekarang. Kau tidak boleh pergi ke mana pun untuk sementara waktu. Mario mungkin saja akan melarikan diri kembali. Pengawal yang membantunya pun belum ditemukan hingga sekarang.” “Aku mengerti, Ayah.” Dennis mengamati Daisy, menoleh pada cahaya putih di bawah bantal. “Apa kau sedang menghubungi seseorang?” Daisy segera mematikan ponselnya. “Tidak, aku baru saja akan mengirimkan pesan pada salah satu temanku. Dia adalah anggota keluarga Tolando. Aku hanya ingin mengajaknya berlibur.” “Kau sebaiknya tetap berada di rumah untuk sementara waktu, Daisy.” Daisy mengembus napas panjang. “Aku sejujurnya tidak nyaman dengan keadaan rumah ini, Ayah. Aku harus waspada dan mencurigai keluargaku sendiri. Aku ingin semua kembali ke keadaan semula sebelum D
“Davis mengajak kita liburan?” Susan tampak semringah. “Aku tentu saja sangat senang mendengar kabar ini.”“Ke mana Davis mengajak kita, Kakek?” tanya Gabriel. “Davis belum memilih tempatnya. Kalian bisa membantu Davis memilih tempatnya.”“Aku tahu tempat liburan menarik.” Paul memeriksa ponsel. “Aku memiliki banyak tempat liburan yang belum aku kunjungi. Aku akan memilih tempat terbaik karena aku tidak perlu mengeluarkan uang.”Romeo mendengkus kesal saat melihat Susan, Rebecca, Emmely, Gabriel, Joseph, dan Paul tampak semangat. “Davis pasti hanya ingin pamer,” gerutunya.“Ayah, aku pikir kita bisa membicarakan hal lebih penting sekarang,” kata Drake sembari melirik Alvin sinis. “Davis juga mengajak keluarga Tolando berlibur.”Drake, Louise, Ivan, Romeo, dan semua orang sontak terkejut. “Davis mengajak keluarga Tolando berlibur? Itu berarti Henry Tolando juga akan ikut berlibur bersama kita?”“Ya, kalian semua harus menjaga sikap kalian di depan mereka. Mereka pasti ingin menilai
“Ketua,” ujar Green. Si pria berkacamata menyentuh kotak, mengamati deretan informasi di layar hologram. Sarung tangannya bercahaya dan menyebarkan sinar ke sekeliling kotak. Kotak yang mengurung Green perlahan memudar hingga akhirnya menghilang. Ketika mendekati si pria berkacamata, Green terkejut melihat kubah pelindung yang mulai roboh dan menghilang. “Apa yang terjadi?” gumam Green. “Sesuai dengan informasi dari Red dan Blue, Dylan memang sudah mengembangkan teknologi yang lebih canggih dibandingkan kita. Aku membutuhkan waktu hingga sepuluh jam lamanya untuk bisa menganalisis kubah pelindung ini,” ujar si pria berkacamata.“Aku sungguh minta maaf karena tidak bisa melakukan tugasku dengan benar, Ketua.”“Aku tidak berharap banyak padamu untuk tugas ini, Green. Aku hanya ingin melihat bagaimana kemampuan kubah ini. Kau berhasil mengulur waktu.”Green mengepalkan tangan erat-erat. “Aku mengakui kebodohanku, Ketua.”“Kau harus menangkap Mario sekarang. Aku akan menunggumu di s
“Dylan sudah menduga jika aku dan anggota Shibacorm yang lain akan mendatangi keluarga Miller sehingga dia memasang pelindung,” ujar Green. “Keluarga Miller memiliki hubungan dengan Dylan di masa lalu. Mereka juga mencari keberadaan Dylan berbulan-bulan setelah Dylan muncul dan menyerang mereka. Sayangnya, mereka tertipu dengan sosok palsu yang mereka tangkap.”Green merenggangkan badan, tersenyum. “Baiklah, mari kita lihat sehebat apa pelindung yang kau gunakan, Dylan.”Green berkutat dengan layar hologram selama beberapa waktu. Ia terdiam saat layar menunjukkan sebuah informasi. “Sistem gagal meretas pelindung. Ah, aku tahu kalau hal ini tidak akan mudah.” Green melompat mundur, terbang ke sebuah pohon. Green duduk di sebuah dahan, memindai informasi di layar. Ia menekan tombol, dan dua buah robot seketika meluncur dan terbang ke kediaman keluarga Miller. Dua robot itu berbelok ke kiri dan kanan, melakukan pemindaian kubah pelindung secara menyeluruh. Dari pandangan manusia bias
“Kau menjalankan tugasmu dengan sangat baik, Alvin,” ujar Dylan. Alvin mengawasi keadaan sekeliling, berdiri perlahan, merenggangkan badan beberapa kali. “Sudah berapa lama aku berada di tempat ini?” “Kau berada di tempat ini dua bulan lamanya. Dan selama kau tertidur, sudah banyak hal yang terjadi. Kau mungkin akan terkejut saat tahu.” Dylan menekan tombol. Robot seketika bergerak ke luar ruangan, menyeret seorang penjaga ke kursi. “Pria ini yang akan menggantikan tugasmu mulai sekarang.” Alvin terdiam meski ia terkejut saat melihat wajah pria itu berubah menjadi Dylan. “Apa kau sudah selesai, Dylan?” tanya Dustin, melirik Alvin sesaat. “Aku sudah sangat muak berada di tempat ini. Aku seharusnya tetap berada di luar.” Alvin mengamati Dustin saksama. “Kau tidak perlu khawatir, Alvin. Dia adalah temanku.” Dustin menepuk-nepuk pipi seorang penjaga yang sudah menjadi Dylan di kursi. “Mereka tidak akan mengenali siapa pria ini sebenarnya, kecuali jika mereka memiliki alat sepe