"Ha ha ha ha! Tentu aku sayang kamu. Ali, acara tiup lilin sudah akan dimulai, mari kita ke tengah cafe." ajak Minda..Keesokan sore hari di Akademi Phoenix FC.Ali mengambil posisi di tengah lapangan, menendang bola dengan lembut ke atas, dan menangkapnya kembali dengan kaki kanannya. Ia melanjutkan gerakan juggling-nya dengan menjuggling bola dengan kedua lututnya, kemudian mengontrolnya kembali dengan kaki kanannya. Ali tampak sangat fokus dan terlatih, dengan gerakan yang presisi dan lancar. Ia terus melatih kontrolnya dengan melakukan juggling, memantulkan bola ke atas dan menangkapnya kembali dengan kaki atau lututnya. Andre terlihat berjalan perlahan menuju tempat Ali berlatih dan menghampirinya, "Ali! Kemarin adikku cerita kepadaku, kalau ia diajak kencan oleh anak didik ku sendiri. Dan ia memberi tahu nama anak didik ku itu adalah Ali." tanya Andre yang sedikit bercanda, karena tahu adiknya Minda kemarin berkencan dengan Ali."Siap Coach! Iya itu aku! Maaf Coach a-aku tidak
Reza kaget ketika melihat seorang perempuan datang tiba-tiba dan menawarkan tumpangan kepada Ali."Kamu siapa?" tanya Reza."Tunggu dulu! Kamu bukannya orang yang pernah memberikan coklat kepada Ali?" Reza mencoba menerka sebelum mendapat jawaban dari Sarah.“Iya, dia Sarah Za.” ungkap Ali.“Maaf, Sarah aku tidak bisa ikut menumpang di mobilmu.” jawab Ali kepada Sarah.“Owh iya, kamu Sarah yah? Kamu adalah penggemar rahasia dari Ali!” Reza yang mulai mengenalnya berceloteh.“Iya aku adalah penggemar rahasia Kakak. Kalau Kakak tidak ingat aku adalah orang yang selalu bermain bola di komplek perumahan Ka Ali.” ungkap Sarah.Sarah lalu ikut duduk di kursi di meja yang sama dengan Ali dan Reza."Aku adalah temanmu waktu kecil. Kamu selalu disingkirkan oleh teman-teman laki-laki, jadi kamu selalu bermain bola denganku." Jelas Sarah."Apa! Kamu temanku kecil dulu!"Ali terkejut mendengar hal itu. Ia merenung sejenak, "Iya aku ingat! Memang dulu ada seorang gadis kecil yang sering bermain bol
Setelah berdiskusi sejenak, Micah dan Dico memutuskan untuk meminta bantuan Ali untuk meningkatkan kerja sama dalam serangan. Ali sebenarnya hanya seorang pemain cadangan, namun mereka sering melihat Ali berlatih lebih lama dari yang dibutuhkan dan yakin bahwa ia bisa memberikan banyak kontribusi bagi tim."Micah, kamu yakin kita harus meminta bantuan Ali?" tanya Dico ragu.Micah mengangguk tegas. "Iya, aku yakin. Kita bisa belajar banyak dari Ali. Dia mungkin hanya pemain cadangan, tapi dia punya insting yang bagus dalam menyerang dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan dirinya sendiri."Dico masih belum yakin. "Tapi kan, Ali bukan pemain inti. Apa dia mau berlatih dengan kita?""Kita bisa mencobanya. Ayo, kita bicarakan dengan dia," ajak Micah.Mereka berjalan menuju Ali yang sedang berlatih sendirian di lapangan. "Maukah kamu berlatih bersama dengan kami? Kami merasa butuh meningkatkan kerja sama dalam serangan," kata Micah.Ali tersenyum kaku, "Tentu saja, aku senang bisa
"Anda tidak memberiku kesempatan untuk membuktikan kemampuanku di lapangan." Tegas Ali."Aku memiliki stamina dan insting mencetak gol yang lebih baik daripada Joe. Anda buruk dalam mengambil keputusan dan terlalu egois untuk membiarkan pemain-pemain andalan mu bermain terus-menerus!" Ali lanjut menjelaskan.Mason merasa terhina dan marah atas kata-kata Ali. Dia merasa sangat dihina oleh pemain cadangan yang tidak berpengalaman seperti Ali. "Aku tidak akan mentolerir perilaku seperti itu, Ali. Kamu tidak boleh ikut latihan selama 3 hari berturut-turut," kata Mason dengan suara tegas.Ali merasa sangat sedih dan kecewa karena tidak bisa ikut latihan bersama timnya selama 3 hari berturut-turut. Namun, dia merasa tidak menyesal karena telah berbicara dengan jujur dan berani kepada kepala pelatih..Setelah pulang sekolah, Ali mencari tempat lain untuk berlatih juggling.Ali akhirnya menemukan sebuah pabrik kosong yang besar dan berantakan di dekat rumahnya. Pabrik tersebut sudah lama dit
Minda dan Ali merasa sangat terkejut dan ketakutan, hingga Minda bahkan tidak bisa menahan tangisnya. Ali hanya bisa terdiam bingung dan tidak tahu harus berbuat apa di situasi yang sulit ini.Salah satu dari komplotan narkoba mengancam Ali dan Minda dengan pistolnya sambil memaksa mereka untuk berjalan menuju tempat bos mereka yang berada di pabrik tua tersebut.Ali dan Minda terdiam ketika mereka diseret ke hadapan bos komplotan narkoba. Mata mereka berkaca-kaca ketika mereka melihat betapa gelap dan suramnya pabrik tua tempat mereka berada. Namun, mereka bertekad untuk bertahan dan membuktikan bahwa mereka bukan bagian dari pergerakan ilegal yang dilakukan di tempat itu."Bos sepertinya mereka bukan bagian dari komplotan lawan kita." kata anak buah bos komplotan yang membawa Ali dan Minda.Bos komplotan narkoba menatap Ali dan Minda dengan sinis. "Kalian berdua mungkin berpikir kalian bisa mengelabui saya. Tapi kalian salah besar. Kalian adalah saksi dari transaksi narkoba yang kam
Namun, dengan gerakan yang cekatan dan keahliannya yang luar biasa dari sistemnya, Ali mampu menghindari setiap tembakan itu dengan gesit. Detak jantung keduanya semakin cepat seiring dengan intensitas pertarungan yang semakin meningkat. Namun, dengan satu serangan kaki yang sangat cepat, Ali berhasil melumpuhkan Bos.Setelah berhasil melumpuhkan Bos dan membebaskan Minda dari cengkeraman penjahat tersebut, Ali segera membawa Minda keluar dari pabrik tua itu. Keduanya melarikan diri dengan cepat sambil berlari menuju mobil Minda yang terparkir di luar. Sesampainya di tempat yang aman, Ali segera menelpon pihak berwajib untuk melaporkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia memberikan semua informasi yang ia ketahui tentang bos komplotan narkoba itu. Beberapa waktu kemudian, tim polisi tiba di lokasi.Di dalam mobil Minda bertanya kepada Ali, Minda menatap Ali dengan wajah penuh pertanyaan. "Bagaimana kita bisa lolos dari mereka? Bagaimana kau bisa melakukan itu?" tanya Minda.Ali mena
Setelah Ali sampai di meja makan dan akan memulai sarapannya Abdul berkata kepadanya akan mengantar Ali ke sekolahnya."Baik Ayah." Jawab Ali sopan.Perkataan dari Abdul tadi menjawab rasa penasaran dari Ali ketika ia terkejut melihat Ayahnya yang belum berangkat kerja pagi ini."Tapi, kenapa Ayah mau mengantarku ke sekolah yah?"Namun, Ali kembali merasa penasaran karena sangat jarang bahkan baru kali ini selama ia SMA, Abdul bisa mengantarnya berangkat sekolah.Setelah selesai sarapan, Abdul dan Ali bersiap-siap untuk berangkat, mereka berpamitan kepada Liana dan menuju mobil yang akan mereka kendarai."Ali, tahun depan adalah tahun kelulusan kamu dari SMA, Ayah mau kamu melanjutkan kuliah untuk mengambil pendidikan di bidang teknologi, Ayah mempunyai kenalan yang bisa memasukkan kamu ke Universitas terbaik di kota Portville ini."Di tengah perjalanan Abdul bertanya kepada Ali, ia mau agar Ali kuliah untuk melanjutkan pendidikannya di bidang teknologi."Ayah tahu 'kan, aku pasti meno
Terdengar teriakan kesakitan di lapangan, dan ternyata itu adalah Joe yang mengalami kram perut. Andre datang membantu dan kembali Joe ingin dibawa ke rumah sakit. . "Aku tidak akan pernah menyakiti perasaan Ali." Terlihat Liana yang sedang duduk sendiri di ruang tamu dan sibuk menatap layar laptop pada malam hari. Liana dengan menggunakan laptop khususnya ia menghubungi dan berbicara dengan teman rahasianya yang dahulu pernah berada dalam organisasi yang sama yaitu CYTO. Suaminya Abdul sedang pergi dinas luar kota dan tidak akan pulang malam ini sehingga memberinya kesempatan memanfaatkan waktu luangnya untuk membuka laptop rahasianya. Liana mengatakan kepada teman rahasianya bahwa anaknya Ali sepertinya mengalami perubahan perilaku yang sangat signifikan dalam beberapa hari belakangan. Liana menduga perilaku Ali yang belakangan ini terlihat berbeda, ada hubungannya dengan beberapa chip yang ada di dalam tubuh Ali. Dalam percakapan yang cukup lama. Teman rahasianya kemudian