Namun, dengan gerakan yang cekatan dan keahliannya yang luar biasa dari sistemnya, Ali mampu menghindari setiap tembakan itu dengan gesit. Detak jantung keduanya semakin cepat seiring dengan intensitas pertarungan yang semakin meningkat. Namun, dengan satu serangan kaki yang sangat cepat, Ali berhasil melumpuhkan Bos.Setelah berhasil melumpuhkan Bos dan membebaskan Minda dari cengkeraman penjahat tersebut, Ali segera membawa Minda keluar dari pabrik tua itu. Keduanya melarikan diri dengan cepat sambil berlari menuju mobil Minda yang terparkir di luar. Sesampainya di tempat yang aman, Ali segera menelpon pihak berwajib untuk melaporkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia memberikan semua informasi yang ia ketahui tentang bos komplotan narkoba itu. Beberapa waktu kemudian, tim polisi tiba di lokasi.Di dalam mobil Minda bertanya kepada Ali, Minda menatap Ali dengan wajah penuh pertanyaan. "Bagaimana kita bisa lolos dari mereka? Bagaimana kau bisa melakukan itu?" tanya Minda.Ali mena
Setelah Ali sampai di meja makan dan akan memulai sarapannya Abdul berkata kepadanya akan mengantar Ali ke sekolahnya."Baik Ayah." Jawab Ali sopan.Perkataan dari Abdul tadi menjawab rasa penasaran dari Ali ketika ia terkejut melihat Ayahnya yang belum berangkat kerja pagi ini."Tapi, kenapa Ayah mau mengantarku ke sekolah yah?"Namun, Ali kembali merasa penasaran karena sangat jarang bahkan baru kali ini selama ia SMA, Abdul bisa mengantarnya berangkat sekolah.Setelah selesai sarapan, Abdul dan Ali bersiap-siap untuk berangkat, mereka berpamitan kepada Liana dan menuju mobil yang akan mereka kendarai."Ali, tahun depan adalah tahun kelulusan kamu dari SMA, Ayah mau kamu melanjutkan kuliah untuk mengambil pendidikan di bidang teknologi, Ayah mempunyai kenalan yang bisa memasukkan kamu ke Universitas terbaik di kota Portville ini."Di tengah perjalanan Abdul bertanya kepada Ali, ia mau agar Ali kuliah untuk melanjutkan pendidikannya di bidang teknologi."Ayah tahu 'kan, aku pasti meno
Terdengar teriakan kesakitan di lapangan, dan ternyata itu adalah Joe yang mengalami kram perut. Andre datang membantu dan kembali Joe ingin dibawa ke rumah sakit. . "Aku tidak akan pernah menyakiti perasaan Ali." Terlihat Liana yang sedang duduk sendiri di ruang tamu dan sibuk menatap layar laptop pada malam hari. Liana dengan menggunakan laptop khususnya ia menghubungi dan berbicara dengan teman rahasianya yang dahulu pernah berada dalam organisasi yang sama yaitu CYTO. Suaminya Abdul sedang pergi dinas luar kota dan tidak akan pulang malam ini sehingga memberinya kesempatan memanfaatkan waktu luangnya untuk membuka laptop rahasianya. Liana mengatakan kepada teman rahasianya bahwa anaknya Ali sepertinya mengalami perubahan perilaku yang sangat signifikan dalam beberapa hari belakangan. Liana menduga perilaku Ali yang belakangan ini terlihat berbeda, ada hubungannya dengan beberapa chip yang ada di dalam tubuh Ali. Dalam percakapan yang cukup lama. Teman rahasianya kemudian
“Dia memang berpacaran dengan Minda! Kamu tidak suka? Siapanya Minda kamu?!” ucap lantang Reza dengan urat mata yang mengeras di depan wajah Joe.Johnson dengan kekuatan besarnya tiba-tiba mendorong tubuh dari Reza yang sedang menahan tubuh Joe yang sepertinya akan menyerang Ali, “Jangan macam-macam kamu, Za! Dia adalah anak pemilik klub ini.” ucapnya keras menjelaskan.Mendapat dorongan dari Johnson, Reza pun sedikit terhempas ke belakang yang ditahan oleh tubuh dari Ali, “Lalu kenapa apabila dia anak pemilik klub ini? Tanya Reza dengan alis yang diangkat sedikit menantang pernyataan dari Johnson.“Ha ha! Sudah jelas kamu dan bapakmu Coach Mason akan mendapatkan masalah.” jawab Johnson sambil menyeringai dengan wajah puasnya.“Kamu harus akhiri hubunganmu dengan Minda!” pekik Joe yang masih tidak mau melepaskan pandangannya dari Ali. Ia dengan amarahnya yang tinggi terus mengejar Ali dan setelah dapat ia langsung mencengkram kerah baju dari Ali. “Atau kamu akan mempunyai masalah den
“Minda, kita tidak perlu untuk bertemu lagi!” ucap Ali dengan wajahnya yang terlihat lesu, karena sudah beberapa minggu ini minda selalu menjemputnya di Sekolah SMA nya.“Ha ha! Ali kamu setiap aku jemput pasti selalu berkata seperti itu.” sahut Minda tersenyum manis seraya mengambil tangan Ali, lalu menggandengnya dengan penuh kelembutan agar ikut dengannya ke mobil yang terparkir di depan sekolah. Saat Minda memegang tangan Ali, entah kenapa Ali selalu merasakan kehangatan yang ditunjukkan oleh sentuhan tangannya. Ali pun yang sebenarnya enggan mengikuti Minda, namun seolah merasakan kepercayaan dan keamanan dari wanita yang telah beberapa tahun ia kenal itu. Gerakannya yang halus dan lembut, memperlihatkan bahwa Minda berusaha untuk memastikan bahwa Ali merasa nyaman dan aman di sisinya. Setelah tangan mereka tergandeng, keduanya berjalan bersama menuju mobil dengan langkah yang tenang dan pasti.Di tengah perjalanan, Ali dengan kepalanya yang tertunduk berbicara kepada Minda, “D
"Kakak Ali! Aku tahu kamu memiliki sebuah sistem?"Sarah bergumam sendiri ketika ia melihat Ali yang tepat berada di depannya sedang berlari untuk masuk kedalam sekolah. Sarah terus mengikutinya sampai Ali berada di dalam sekolah.“Akhirnya sampai juga di sekolah jam 7 pagi kurang sedikit, he he.” gumam Ali sembari menyeringai seraya menghentikan langkah kakinya setelah berlari kencang untuk sampai ke sekolah, “Coba kulihat di dalam sistem apakah benar akan bertambah satu persen pada atribut ku.”Ting![Sistem Aktif]“Buka Atribut Tehnique”[Technique 7] [Red] [94%]“Lumayan nambah 1 persen ….” pikir Ali yang merasa sedikit terhibur dengan tambahan 1 persen dalam tantangan hariannya. Namun hatinya masih tetap kesal dan tidak merasa puas, “Sistem kenapa kamu pelit sekali! Hanya memberiku 1 persen saja!” serunya meluapkan kekesalannya.“Siapa yang pelit Kaka?!” tanya Sarah kepada Ali yang masih berada di belakangnya, “1 persen apa Kaka?” lanjutnya bertanya.Mendengar suara perempuan yang
"Ali?!""Dimana Ali?"Semua orang terheran-heran mendengar ucapan dari Reza, yang mengatakan bahwa dirinya kabur dari swalayan yang dirampok bersama Ali. Namun, mereka tidak melihat bahkan batang hidungnya sekalipun dari Ali."Lah, kemana Ali?" gumam Reza sembari menoleh ke belakang, karena ia merasa Ali tadi mengikutinya dari belakang, "Ta-tadi Ali ada di belakang mengikuti aku." ungkapnya dengan wajah bingung, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah jalan yang tadi ia lewati ketika kabur dari swalayan."Kemana dia yah? …" Pikir Reza bertanya sendiri, "Jangan-jangan Ali masih terjebak di dalam swalayan!" gumamnya dengan wajah tegang dan cemas, "Teman-teman! Sepertinya Ali masih berada di dalam swalayan itu!" Teriakan panik dari Reza menggema di dalam bis."Apa!""Ali terjebak!"Kembali suasana riuh terjadi di dalam bis, semua orang merasa bingung harus melakukan apa, sementara mereka sudah hampir terlambat untuk sampai ke Emerald Stadium untuk bertanding."Teman-teman kita harus tur
"Apa! Lalu bagaimana dengan perampok yang ada di depan mataku …”Ali bergumam keras sambil menelan ludahnya sendiri dengan wajahnya yang semakin pucat, “Sistem bagaimana ini? Aku sudah dengan berani mengambil resiko dengan menantangnya.” ungkapnya bertanya kepada sistem.Ali yang saat ini dalam keadaan bingung hanya bisa diam berdiri terpaku seraya bola matanya yang berpindah-pindah cepat menatap perampok dan penjaga kasir yang ada di depannya.Perampok dan penjaga kasir pun sedang menatap keheranan melihat tingkah aneh dari Ali, mereka berdua seperti sedang menunggu kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Ali selanjutnya.“Ayo cepat keluarkan semua uangnya!”Teriak perampok itu, tak berapa lama kemudian dengan memindahkan todongan pistolnya yang awalnya mengarah kepada Ali dengan cepat beralih ke arah si penjaga kasir dengan terburu-buru. Ia sudah tidak menghiraukan keberadaan Ali lagi.“I-iya ini sedang ku usahakan untuk mengambil semua uangnya.” ucap pelan penjaga kasir dengan pera