Terdengar teriakan kesakitan di lapangan, dan ternyata itu adalah Joe yang mengalami kram perut. Andre datang membantu dan kembali Joe ingin dibawa ke rumah sakit. . "Aku tidak akan pernah menyakiti perasaan Ali." Terlihat Liana yang sedang duduk sendiri di ruang tamu dan sibuk menatap layar laptop pada malam hari. Liana dengan menggunakan laptop khususnya ia menghubungi dan berbicara dengan teman rahasianya yang dahulu pernah berada dalam organisasi yang sama yaitu CYTO. Suaminya Abdul sedang pergi dinas luar kota dan tidak akan pulang malam ini sehingga memberinya kesempatan memanfaatkan waktu luangnya untuk membuka laptop rahasianya. Liana mengatakan kepada teman rahasianya bahwa anaknya Ali sepertinya mengalami perubahan perilaku yang sangat signifikan dalam beberapa hari belakangan. Liana menduga perilaku Ali yang belakangan ini terlihat berbeda, ada hubungannya dengan beberapa chip yang ada di dalam tubuh Ali. Dalam percakapan yang cukup lama. Teman rahasianya kemudian
“Dia memang berpacaran dengan Minda! Kamu tidak suka? Siapanya Minda kamu?!” ucap lantang Reza dengan urat mata yang mengeras di depan wajah Joe.Johnson dengan kekuatan besarnya tiba-tiba mendorong tubuh dari Reza yang sedang menahan tubuh Joe yang sepertinya akan menyerang Ali, “Jangan macam-macam kamu, Za! Dia adalah anak pemilik klub ini.” ucapnya keras menjelaskan.Mendapat dorongan dari Johnson, Reza pun sedikit terhempas ke belakang yang ditahan oleh tubuh dari Ali, “Lalu kenapa apabila dia anak pemilik klub ini? Tanya Reza dengan alis yang diangkat sedikit menantang pernyataan dari Johnson.“Ha ha! Sudah jelas kamu dan bapakmu Coach Mason akan mendapatkan masalah.” jawab Johnson sambil menyeringai dengan wajah puasnya.“Kamu harus akhiri hubunganmu dengan Minda!” pekik Joe yang masih tidak mau melepaskan pandangannya dari Ali. Ia dengan amarahnya yang tinggi terus mengejar Ali dan setelah dapat ia langsung mencengkram kerah baju dari Ali. “Atau kamu akan mempunyai masalah den
“Minda, kita tidak perlu untuk bertemu lagi!” ucap Ali dengan wajahnya yang terlihat lesu, karena sudah beberapa minggu ini minda selalu menjemputnya di Sekolah SMA nya.“Ha ha! Ali kamu setiap aku jemput pasti selalu berkata seperti itu.” sahut Minda tersenyum manis seraya mengambil tangan Ali, lalu menggandengnya dengan penuh kelembutan agar ikut dengannya ke mobil yang terparkir di depan sekolah. Saat Minda memegang tangan Ali, entah kenapa Ali selalu merasakan kehangatan yang ditunjukkan oleh sentuhan tangannya. Ali pun yang sebenarnya enggan mengikuti Minda, namun seolah merasakan kepercayaan dan keamanan dari wanita yang telah beberapa tahun ia kenal itu. Gerakannya yang halus dan lembut, memperlihatkan bahwa Minda berusaha untuk memastikan bahwa Ali merasa nyaman dan aman di sisinya. Setelah tangan mereka tergandeng, keduanya berjalan bersama menuju mobil dengan langkah yang tenang dan pasti.Di tengah perjalanan, Ali dengan kepalanya yang tertunduk berbicara kepada Minda, “D
"Kakak Ali! Aku tahu kamu memiliki sebuah sistem?"Sarah bergumam sendiri ketika ia melihat Ali yang tepat berada di depannya sedang berlari untuk masuk kedalam sekolah. Sarah terus mengikutinya sampai Ali berada di dalam sekolah.“Akhirnya sampai juga di sekolah jam 7 pagi kurang sedikit, he he.” gumam Ali sembari menyeringai seraya menghentikan langkah kakinya setelah berlari kencang untuk sampai ke sekolah, “Coba kulihat di dalam sistem apakah benar akan bertambah satu persen pada atribut ku.”Ting![Sistem Aktif]“Buka Atribut Tehnique”[Technique 7] [Red] [94%]“Lumayan nambah 1 persen ….” pikir Ali yang merasa sedikit terhibur dengan tambahan 1 persen dalam tantangan hariannya. Namun hatinya masih tetap kesal dan tidak merasa puas, “Sistem kenapa kamu pelit sekali! Hanya memberiku 1 persen saja!” serunya meluapkan kekesalannya.“Siapa yang pelit Kaka?!” tanya Sarah kepada Ali yang masih berada di belakangnya, “1 persen apa Kaka?” lanjutnya bertanya.Mendengar suara perempuan yang
"Ali?!""Dimana Ali?"Semua orang terheran-heran mendengar ucapan dari Reza, yang mengatakan bahwa dirinya kabur dari swalayan yang dirampok bersama Ali. Namun, mereka tidak melihat bahkan batang hidungnya sekalipun dari Ali."Lah, kemana Ali?" gumam Reza sembari menoleh ke belakang, karena ia merasa Ali tadi mengikutinya dari belakang, "Ta-tadi Ali ada di belakang mengikuti aku." ungkapnya dengan wajah bingung, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah jalan yang tadi ia lewati ketika kabur dari swalayan."Kemana dia yah? …" Pikir Reza bertanya sendiri, "Jangan-jangan Ali masih terjebak di dalam swalayan!" gumamnya dengan wajah tegang dan cemas, "Teman-teman! Sepertinya Ali masih berada di dalam swalayan itu!" Teriakan panik dari Reza menggema di dalam bis."Apa!""Ali terjebak!"Kembali suasana riuh terjadi di dalam bis, semua orang merasa bingung harus melakukan apa, sementara mereka sudah hampir terlambat untuk sampai ke Emerald Stadium untuk bertanding."Teman-teman kita harus tur
"Apa! Lalu bagaimana dengan perampok yang ada di depan mataku …”Ali bergumam keras sambil menelan ludahnya sendiri dengan wajahnya yang semakin pucat, “Sistem bagaimana ini? Aku sudah dengan berani mengambil resiko dengan menantangnya.” ungkapnya bertanya kepada sistem.Ali yang saat ini dalam keadaan bingung hanya bisa diam berdiri terpaku seraya bola matanya yang berpindah-pindah cepat menatap perampok dan penjaga kasir yang ada di depannya.Perampok dan penjaga kasir pun sedang menatap keheranan melihat tingkah aneh dari Ali, mereka berdua seperti sedang menunggu kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Ali selanjutnya.“Ayo cepat keluarkan semua uangnya!”Teriak perampok itu, tak berapa lama kemudian dengan memindahkan todongan pistolnya yang awalnya mengarah kepada Ali dengan cepat beralih ke arah si penjaga kasir dengan terburu-buru. Ia sudah tidak menghiraukan keberadaan Ali lagi.“I-iya ini sedang ku usahakan untuk mengambil semua uangnya.” ucap pelan penjaga kasir dengan pera
"Kita buktikan! Bahwa kita adalah tim yang kuat!"Teriak lantang dan tegas dari Reza sebagai kapten memberi motivasi kepada semua pemain, "Kita pasti memenangkan pertandingan ini!" Lanjutnya lantang dengan semangat tingginya.Pertandingan babak pertama pun dimulai, Phoenix FC U19 memakai formasi 4-3-3 menyerang seperti biasanya, sedangkan Black Hawk FC U19 memakai formasi 4-5-1 bertahan.Pada menit-menit awal pertandingan, Phoenix FC U19 selalu menyerang melalui kedua penyerang sayapnya, namun setelah sampai kotak penalti lawan mereka selalu gagal dalam penyelesaian akhirnya.Joe sebagai pemain depan tengah terlalu banyak membuang kesempatan untuk mencetak gol, yang membuat para pemain dari Phoenix FC U19 terlihat sangat frustasi. Sampai pada menit ke 40 kedua tim masih belum ada yang bisa mencetak gol. Terlihat Joe yang sepertinya kesakitan sambil memegang perutnya, jalannya mulai sempoyongan dan pada akhirnya jatuh tergeletak di lapangan. Reza yang melihat rekannya tiba-tiba terjat
Gol!!!Ali mencetak gol pada menit terakhir waktu normal melalui sentuhan kaki pertamanya ketika baru masuk ke dalam lapangan, tendangan langsungnya yang tanpa dikontrol dulu dapat merobek jala lawan.Setelah mencetak gol, nampak Ali yang terkesima dengan terdiam sesaat dan matanya yang terbuka lebar seolah tidak percaya dengan bola hasil tendangannya yang bisa masuk kedalam gawang lawan. Namun saat semua pemain banyak yang berteriak gol, Ali langsung tersadar dan berlari dengan wajahnya yang terlihat girang merasa puas setelah mencetak gol seraya mengangkat tangannya di udara.Begitu pula dengan para pemain lainnya yang langsung berlari ke arah Ali untuk merayakan gol pertama pada pertandingan ini untuk Phoenix FC U19. Micah dan Dico, keduanya adalah orang-orang yang langsung berlari dan menarik baju dari Ali, mereka memeluknya dengan sukacita hingga badan ketiganya orang itu jatuh ke tanah sebagai tanda kelegaan setelah Ali mencetak gol yang penting di laga yang sulit ini.Di ping
"Aku ingin tinggal disini Pak." ucap Dylan lirih namun terdengar tegas, "Itulah alasan aku kenapa aku pergi ke Desa Rocky Valley ini." ungkapnya menjelaskan."Aku tidak betah tinggal bersama orang tua angkatku yang sangat galak."Dylan berkilah bahwa ia datang ke rumah Logan karena tidak kerasan tinggal bersama orang tua angkatnya yang galak dengan wajahnya yang berpura-pura terlihat seperti orang yang bersedih.Logan menarik nafas dalam-dalam, ia berusaha tenang untuk mendengar keluhan Dylan yang ia kira anak kandungnya."Maafkan bapak sekali lagi Dylan." ucap Logan dengan wajah bersalah, "Kamu mulai saat ini tinggal saja di rumahku." ujarnya dengan sorot mata yang penuh kehangatan untuk menerima anak kandungnya kembali."Terima kasih bapak, mau menerimaku kembali." ucap lembut Dylan.Logan kemudian bertanya tentang alasan Dylan merasa tidak betah tinggal bersama orang tua angkatnya dan ia mencoba memahami perasaan dan pengalaman Dylan secara lebih mendalam. Logan juga berbicara tent
“Apa aku harus menghilang?!”Setelah Ali sampai di rumahnya, ia dengan bergegas mencari laptop milik Liana yang kemungkinan besar telah disimpan di tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah menemukannya, Ali kemudian membukanya dengan membuka tutup layar laptop dan menekan tombol power untuk menyalakan laptop tersebut. Ketika laptop telah menyala, tampilan awal akan meminta masukkan password untuk masuk ke akun pengguna. Ali kemudian mengingat bahwa ibunya Liana memberitahunya password laptop tersebut adalah angka-angka ulang tahun Ali. Ali kemudian memasukkan angka-angka tersebut dengan urutan yang benar, yaitu mungkin dari tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya. Setelah memasukkan angka-angka tersebut dengan benar, ia kemudian menekan tombol "Enter" atau "Masuk" pada layar untuk memverifikasi password tersebut.Ali duduk di depan laptop-nya dengan tenang. Ia memasukkan sebuah flashdisk ke dalam laptop dan membukanya. Setelah itu, ia menemukan sebuah file video dengan nama "B
“Sudah lepaskan aku!” ucap Liana dengan kesal, “Siapa yang telah mengutusmu untuk menangkap aku?” tanyanya kepada Agen no. 1 dengan wajah menyelidik, “Pasti sang pemimpin CYTO yang elegan dan maskulin itu yah?” Lanjutnya berceloteh.Agen no. 1 tampaknya sangat tenang dan tidak terpengaruh oleh pertanyaan Liana. Ia hanya diam dan menatap Liana dengan tatapan tajam yang sulit untuk dibaca. Walaupun begitu, terdapat perasaan ketegangan yang terasa di antara keduanya, seakan-akan ada sesuatu yang disembunyikan oleh agen tersebut. Liana merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi tersebut, ia mencoba untuk menembus tatapan tajam agen no. 1 tetapi tidak berhasil. Selama beberapa detik yang terasa lama, agen no. 1 masih diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Liana yang duduk di jok belakang bersama Agen no. 1, merenungkan kembali kenangan masa lalu ketika ia dan temannya, yang kini menjadi pemimpin CYTO, merintis organisasi tersebut dari sebuah komunitas rahasia ilmuwan biologi sel. Mereka
“Ali adalah lawanku!” Suara lantang terdengar dan seorang perempuan keluar dari mobil salah satu agen, perempuan itu nampak sangat percaya diri saat keluar dari mobil. “Sarah!” Ali terkejut ketika dilihatnya Sarah yang keluar dari mobil itu, “Kamu ngapain ada di dalam mobil itu Sarah?” tanyanya penasaran. “Aku ada di mobil ini untuk menangkapmu.” jawab Sarah dengan senyuman tipis yang tampak di wajahnya, “Jangan kira hanya kamu saja yang memiliki sistem.” ucapnya menegaskan seraya berjalan perlahan mendekati Ali. “A-apa maksud dari ucapanmu, Sarah?” tanya Ali yang mulai merasa cemas karena ucapan dari Sarah, “Sistem apa?” tanyanya kembali berusaha berkilah mengenai keberadaan sistem yang ada di tubuhnya. “Jangan berpura-pura tidak mengerti kamu, Ali.” ungkap Sarah agar Ali mau berkata jujur tentang sistem yang ada di dalam tubuhnya, “Aku juga memiliki sistem dalam tubuhku.” ucapnya mengungkapkan kebenaran tentang dirinya. “Apa?! Kamu juga memiliki sistem?!” Sarah merupakan ana
"Iya, itu Liana!" ujar Agen no. 2 memberitahukan kalau yang didepan itu memang mobil Liana, "Agen no. 3 cepat halangi mobilnya!" Perintahnya lantang supaya Agen no. 3 bergerak cepat mencegat mobil Liana."Baiklah!" sahut Agen no. 3 dengan sigap, "Cepat salip mobil putih yang ada di depan itu!" Perintahnya kepada supir yang mengendarai mobil Agen no.3, "Kita harus menghentikan mobil putih itu!" Mobil sport Agen no. 3 dengan kecepatan penuh langsung mendahului mobil Liana yang melaju dengan kecepatan rendah. Mobil itu menyalip dari sebelah kanan.Liana terkejut karena melihat ada mobil di sebelah kanan yang tiba-tiba menyusul mobilnya dan karena panik ia dengan gegabah malah semakin menginjak gas dari mobilnya, "Liana! Injak rem nya!"Pengajar mengemudi berteriak dengan keras kepada Liana agar segera menginjak rem nya, karena akan sangat berbahaya apabila mobil yang dikendarai oleh Liana yang baru belajar menyetir melaju dengan kecepatan penuh."Ibu! Jangan panik!" teriak Ali yang ber
Ketika Ali baru saja tiba di rumah setelah pulang dari latihan sepak bola, ia melihat Liana sang ibu yang sedang bersedih sambil memegang telepon selulernya.“Ibu kenapa?!” tanya Ali yang dengan cepat menghampiri Liana, “Apa yang terjadi Bu?” tanyanya lagi dengan wajahnya yang mulai terlihat cemas dan khawatir.“Ibu baru saja ditelepon dari rumah sakit.” ucap lirih Liana sambil memegang erat ponselnya, “Katanya Ayah mengalami kecelakaan tunggal dan sekarang ada di IGD Rumah Sakit Portville,” ungkapnya dengan wajah yang sudah berlinangan air mata.“Apa! Ayah kecelakaan!” seru Ali terkejut dengan mata yang terbuka lebar, “Kita harus cepat pergi Rumah Sakit sekarang, Bu.” ucap lantang Ali sembari menarik tangan Liana, agar dengan cepat pergi menuju ke Rumah Sakit.Akhirnya mereka berdua bergegas pergi ke Rumah Sakit dengan menggunakan kendaraan mobil yang dipesan online dengan pelayanan kilat terbaik agar bisa secepatnya sampai ke Rumah Sakit.Ketika Ali dan Liana tiba di rumah sakit, me
Agen tersebut mengangguk-angguk, "Aku sudah mendengar tentang pemain sepakbola muda yang bernama Ali itu. Bagaimana kamu bisa yakin bahwa Ali memakainya?" Sarah menjelaskan bahwa dia melihat Ali melakukan gerakan-gerakan yang tidak mungkin dilakukan oleh pemain sepak bola biasa. Dia juga melihat Ali dengan mudah menerobos pertahanan para pemain lawan dan mencetak gol-gol spektakuler. "Aku punya bukti video," kata Sarah sambil mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan video Ali yang sedang beraksi di lapangan. Agen tersebut melihat video tersebut dengan seksama dan kemudian berkata, "Baiklah, saya akan menyelidiki lebih lanjut. Terima kasih atas informasinya." Setelah selesai dengan pembuktian Ali yang memakai sistem kepada agen misterius itu, Sarah pergi meninggalkan agen misterius itu sendiri duduk di dalam cafe. Agen itu membuka laptopnya dan mengklik sebuah dokumen yang ada di dalamnya. Layar laptopnya pun berubah menjadi tampilan halaman dokumen yang berisi beberapa gambar dan in
"Besok pertandingan Ali terakhir. Mari kita nonton pertandingannya."Liana mengajak Abdul untuk menonton pertandingan sepak bola Ali di Emerald Stadium besok. Ia sangat ingin menonton Ali bertanding ke Emerald Stadium, karena belum pernah sekalipun pergi kesana.Mereka terlihat sedang duduk santai di sofa ruang tamu yang nyaman di rumah kediaman Abdul. Di samping mereka, terdapat meja kecil berisi beberapa cangkir teh dan bungkus kue yang masih tersisa beberapa buah lagi."Tidak mau Li." ucap Abdul menolak dengan cepat, "Aku tidak mau melihat Ali bermain sebagai pemain depan." ungkap Abdul dengan wajah datar lalu mengambil telepon selulernya. "Tidak ada salahnya bagi kita untuk menonton Ali bertanding, sayang." ungkap Liana berusaha mengajak Abdul dengan lembut, "Apalagi ini merupakan pertandingan terakhirnya di liga kecil U19." Lanjutnya menerangkan."Malas aku Li." sahut Abdul sambil melihat telepon selulernya yang dipegang di depan wajahnya, "Aku tidak berminat," seraya menyesap te
Ali merasa grogi dan kikuk ketika menatap wajah Minda yang memejamkan matanya, ia tertegun dengan menelan ludahnya sendiri dan tidak tahu apa yang harus lakukan. Lalu dengan perasaan ragu Ali mendekatkan wajahnya perlahan menghampiri wajah dari Minda, dan mencium bibir Minda. Ia merasakan kehangatan dari bibir tipis Minda yang lembut. Minda tidak menolak ketika kedua bibir mereka saling bersentuhan. Ia hanya terdiam, namun matanya seketika terbuka lebar, membiarkan Ali merasakan sentuhan lembut dari bibirnya.Mereka merasakan kehangatan satu sama lain di dalam mobil yang sunyi. Waktu berlalu begitu cepat dan mereka terus berciuman dengan semangat yang tak terbendung. Namun, akhirnya, Ali melepaskan ciuman tersebut."A-aku pulang dulu ya, Da." ucap gugup Ali seraya dirinya keluar dari mobil Minda dengan hati-hati dan perlahan, "Dadah," ucapnya sembari melambaikan tangannya cepat lalu berjalan pulang ke rumahnya. Minda menyambut lambaian tangan Ali, lalu berkata, "Daah," dengan senyu