“Minda, kita tidak perlu untuk bertemu lagi!” ucap Ali dengan wajahnya yang terlihat lesu, karena sudah beberapa minggu ini minda selalu menjemputnya di Sekolah SMA nya.“Ha ha! Ali kamu setiap aku jemput pasti selalu berkata seperti itu.” sahut Minda tersenyum manis seraya mengambil tangan Ali, lalu menggandengnya dengan penuh kelembutan agar ikut dengannya ke mobil yang terparkir di depan sekolah. Saat Minda memegang tangan Ali, entah kenapa Ali selalu merasakan kehangatan yang ditunjukkan oleh sentuhan tangannya. Ali pun yang sebenarnya enggan mengikuti Minda, namun seolah merasakan kepercayaan dan keamanan dari wanita yang telah beberapa tahun ia kenal itu. Gerakannya yang halus dan lembut, memperlihatkan bahwa Minda berusaha untuk memastikan bahwa Ali merasa nyaman dan aman di sisinya. Setelah tangan mereka tergandeng, keduanya berjalan bersama menuju mobil dengan langkah yang tenang dan pasti.Di tengah perjalanan, Ali dengan kepalanya yang tertunduk berbicara kepada Minda, “D
"Kakak Ali! Aku tahu kamu memiliki sebuah sistem?"Sarah bergumam sendiri ketika ia melihat Ali yang tepat berada di depannya sedang berlari untuk masuk kedalam sekolah. Sarah terus mengikutinya sampai Ali berada di dalam sekolah.“Akhirnya sampai juga di sekolah jam 7 pagi kurang sedikit, he he.” gumam Ali sembari menyeringai seraya menghentikan langkah kakinya setelah berlari kencang untuk sampai ke sekolah, “Coba kulihat di dalam sistem apakah benar akan bertambah satu persen pada atribut ku.”Ting![Sistem Aktif]“Buka Atribut Tehnique”[Technique 7] [Red] [94%]“Lumayan nambah 1 persen ….” pikir Ali yang merasa sedikit terhibur dengan tambahan 1 persen dalam tantangan hariannya. Namun hatinya masih tetap kesal dan tidak merasa puas, “Sistem kenapa kamu pelit sekali! Hanya memberiku 1 persen saja!” serunya meluapkan kekesalannya.“Siapa yang pelit Kaka?!” tanya Sarah kepada Ali yang masih berada di belakangnya, “1 persen apa Kaka?” lanjutnya bertanya.Mendengar suara perempuan yang
"Ali?!""Dimana Ali?"Semua orang terheran-heran mendengar ucapan dari Reza, yang mengatakan bahwa dirinya kabur dari swalayan yang dirampok bersama Ali. Namun, mereka tidak melihat bahkan batang hidungnya sekalipun dari Ali."Lah, kemana Ali?" gumam Reza sembari menoleh ke belakang, karena ia merasa Ali tadi mengikutinya dari belakang, "Ta-tadi Ali ada di belakang mengikuti aku." ungkapnya dengan wajah bingung, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah jalan yang tadi ia lewati ketika kabur dari swalayan."Kemana dia yah? …" Pikir Reza bertanya sendiri, "Jangan-jangan Ali masih terjebak di dalam swalayan!" gumamnya dengan wajah tegang dan cemas, "Teman-teman! Sepertinya Ali masih berada di dalam swalayan itu!" Teriakan panik dari Reza menggema di dalam bis."Apa!""Ali terjebak!"Kembali suasana riuh terjadi di dalam bis, semua orang merasa bingung harus melakukan apa, sementara mereka sudah hampir terlambat untuk sampai ke Emerald Stadium untuk bertanding."Teman-teman kita harus tur
"Apa! Lalu bagaimana dengan perampok yang ada di depan mataku …”Ali bergumam keras sambil menelan ludahnya sendiri dengan wajahnya yang semakin pucat, “Sistem bagaimana ini? Aku sudah dengan berani mengambil resiko dengan menantangnya.” ungkapnya bertanya kepada sistem.Ali yang saat ini dalam keadaan bingung hanya bisa diam berdiri terpaku seraya bola matanya yang berpindah-pindah cepat menatap perampok dan penjaga kasir yang ada di depannya.Perampok dan penjaga kasir pun sedang menatap keheranan melihat tingkah aneh dari Ali, mereka berdua seperti sedang menunggu kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Ali selanjutnya.“Ayo cepat keluarkan semua uangnya!”Teriak perampok itu, tak berapa lama kemudian dengan memindahkan todongan pistolnya yang awalnya mengarah kepada Ali dengan cepat beralih ke arah si penjaga kasir dengan terburu-buru. Ia sudah tidak menghiraukan keberadaan Ali lagi.“I-iya ini sedang ku usahakan untuk mengambil semua uangnya.” ucap pelan penjaga kasir dengan pera
"Kita buktikan! Bahwa kita adalah tim yang kuat!"Teriak lantang dan tegas dari Reza sebagai kapten memberi motivasi kepada semua pemain, "Kita pasti memenangkan pertandingan ini!" Lanjutnya lantang dengan semangat tingginya.Pertandingan babak pertama pun dimulai, Phoenix FC U19 memakai formasi 4-3-3 menyerang seperti biasanya, sedangkan Black Hawk FC U19 memakai formasi 4-5-1 bertahan.Pada menit-menit awal pertandingan, Phoenix FC U19 selalu menyerang melalui kedua penyerang sayapnya, namun setelah sampai kotak penalti lawan mereka selalu gagal dalam penyelesaian akhirnya.Joe sebagai pemain depan tengah terlalu banyak membuang kesempatan untuk mencetak gol, yang membuat para pemain dari Phoenix FC U19 terlihat sangat frustasi. Sampai pada menit ke 40 kedua tim masih belum ada yang bisa mencetak gol. Terlihat Joe yang sepertinya kesakitan sambil memegang perutnya, jalannya mulai sempoyongan dan pada akhirnya jatuh tergeletak di lapangan. Reza yang melihat rekannya tiba-tiba terjat
Gol!!!Ali mencetak gol pada menit terakhir waktu normal melalui sentuhan kaki pertamanya ketika baru masuk ke dalam lapangan, tendangan langsungnya yang tanpa dikontrol dulu dapat merobek jala lawan.Setelah mencetak gol, nampak Ali yang terkesima dengan terdiam sesaat dan matanya yang terbuka lebar seolah tidak percaya dengan bola hasil tendangannya yang bisa masuk kedalam gawang lawan. Namun saat semua pemain banyak yang berteriak gol, Ali langsung tersadar dan berlari dengan wajahnya yang terlihat girang merasa puas setelah mencetak gol seraya mengangkat tangannya di udara.Begitu pula dengan para pemain lainnya yang langsung berlari ke arah Ali untuk merayakan gol pertama pada pertandingan ini untuk Phoenix FC U19. Micah dan Dico, keduanya adalah orang-orang yang langsung berlari dan menarik baju dari Ali, mereka memeluknya dengan sukacita hingga badan ketiganya orang itu jatuh ke tanah sebagai tanda kelegaan setelah Ali mencetak gol yang penting di laga yang sulit ini.Di ping
"Jangan bercanda kamu, Ali."Abdul yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama Liana menyahuti ucapan dari Ali dengan wajah ragu, "Bagaimana caramu mencetak gol?" tanyanya seolah tidak percaya dengan omongan dari Ali.Berbeda dengan Abdul, Liana langsung percaya bahwa anaknya Ali memang mencetak dua gol, "Wah, hebat sekali, Nak!" sahutnya dengan wajah yang terpukau mendengar ucapan dari Ali."Benar, aku mencetak gol Yah!" ungkap Ali dengan wajah serius yang mengarah kepada Abdul, "Semua gol itu hasil tendangan kaki kananku." lanjutnya menjelaskan."Baiklah, anggap Ayah percaya kepadamu, Ali." ucap Abdul dengan nada sinis, "Bagaimana dengan kedepannya, apakah kamu bisa mencetak gol lagi?" tanyanya seraya menyeruput teh yang ada di depan mejanya."Pasti Ayah! Aku akan selalu mencetak gol bila dimainkan." jawab Ali yang nampak antusias, "Selama ini aku tidak pernah dimainkan dan sekalinya dimainkan aku bisa mencetak dua gol, he he." lanjutnya menjelaskan sembari menyeringai. "Jangan te
Ali merasa grogi dan kikuk ketika menatap wajah Minda yang memejamkan matanya, ia tertegun dengan menelan ludahnya sendiri dan tidak tahu apa yang harus lakukan. Lalu dengan perasaan ragu Ali mendekatkan wajahnya perlahan menghampiri wajah dari Minda, dan mencium bibir Minda. Ia merasakan kehangatan dari bibir tipis Minda yang lembut. Minda tidak menolak ketika kedua bibir mereka saling bersentuhan. Ia hanya terdiam, namun matanya seketika terbuka lebar, membiarkan Ali merasakan sentuhan lembut dari bibirnya.Mereka merasakan kehangatan satu sama lain di dalam mobil yang sunyi. Waktu berlalu begitu cepat dan mereka terus berciuman dengan semangat yang tak terbendung. Namun, akhirnya, Ali melepaskan ciuman tersebut."A-aku pulang dulu ya, Da." ucap gugup Ali seraya dirinya keluar dari mobil Minda dengan hati-hati dan perlahan, "Dadah," ucapnya sembari melambaikan tangannya cepat lalu berjalan pulang ke rumahnya. Minda menyambut lambaian tangan Ali, lalu berkata, "Daah," dengan senyu