"Anda tidak memberiku kesempatan untuk membuktikan kemampuanku di lapangan." Tegas Ali."Aku memiliki stamina dan insting mencetak gol yang lebih baik daripada Joe. Anda buruk dalam mengambil keputusan dan terlalu egois untuk membiarkan pemain-pemain andalan mu bermain terus-menerus!" Ali lanjut menjelaskan.Mason merasa terhina dan marah atas kata-kata Ali. Dia merasa sangat dihina oleh pemain cadangan yang tidak berpengalaman seperti Ali. "Aku tidak akan mentolerir perilaku seperti itu, Ali. Kamu tidak boleh ikut latihan selama 3 hari berturut-turut," kata Mason dengan suara tegas.Ali merasa sangat sedih dan kecewa karena tidak bisa ikut latihan bersama timnya selama 3 hari berturut-turut. Namun, dia merasa tidak menyesal karena telah berbicara dengan jujur dan berani kepada kepala pelatih..Setelah pulang sekolah, Ali mencari tempat lain untuk berlatih juggling.Ali akhirnya menemukan sebuah pabrik kosong yang besar dan berantakan di dekat rumahnya. Pabrik tersebut sudah lama dit
Minda dan Ali merasa sangat terkejut dan ketakutan, hingga Minda bahkan tidak bisa menahan tangisnya. Ali hanya bisa terdiam bingung dan tidak tahu harus berbuat apa di situasi yang sulit ini.Salah satu dari komplotan narkoba mengancam Ali dan Minda dengan pistolnya sambil memaksa mereka untuk berjalan menuju tempat bos mereka yang berada di pabrik tua tersebut.Ali dan Minda terdiam ketika mereka diseret ke hadapan bos komplotan narkoba. Mata mereka berkaca-kaca ketika mereka melihat betapa gelap dan suramnya pabrik tua tempat mereka berada. Namun, mereka bertekad untuk bertahan dan membuktikan bahwa mereka bukan bagian dari pergerakan ilegal yang dilakukan di tempat itu."Bos sepertinya mereka bukan bagian dari komplotan lawan kita." kata anak buah bos komplotan yang membawa Ali dan Minda.Bos komplotan narkoba menatap Ali dan Minda dengan sinis. "Kalian berdua mungkin berpikir kalian bisa mengelabui saya. Tapi kalian salah besar. Kalian adalah saksi dari transaksi narkoba yang kam
Namun, dengan gerakan yang cekatan dan keahliannya yang luar biasa dari sistemnya, Ali mampu menghindari setiap tembakan itu dengan gesit. Detak jantung keduanya semakin cepat seiring dengan intensitas pertarungan yang semakin meningkat. Namun, dengan satu serangan kaki yang sangat cepat, Ali berhasil melumpuhkan Bos.Setelah berhasil melumpuhkan Bos dan membebaskan Minda dari cengkeraman penjahat tersebut, Ali segera membawa Minda keluar dari pabrik tua itu. Keduanya melarikan diri dengan cepat sambil berlari menuju mobil Minda yang terparkir di luar. Sesampainya di tempat yang aman, Ali segera menelpon pihak berwajib untuk melaporkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia memberikan semua informasi yang ia ketahui tentang bos komplotan narkoba itu. Beberapa waktu kemudian, tim polisi tiba di lokasi.Di dalam mobil Minda bertanya kepada Ali, Minda menatap Ali dengan wajah penuh pertanyaan. "Bagaimana kita bisa lolos dari mereka? Bagaimana kau bisa melakukan itu?" tanya Minda.Ali mena
Setelah Ali sampai di meja makan dan akan memulai sarapannya Abdul berkata kepadanya akan mengantar Ali ke sekolahnya."Baik Ayah." Jawab Ali sopan.Perkataan dari Abdul tadi menjawab rasa penasaran dari Ali ketika ia terkejut melihat Ayahnya yang belum berangkat kerja pagi ini."Tapi, kenapa Ayah mau mengantarku ke sekolah yah?"Namun, Ali kembali merasa penasaran karena sangat jarang bahkan baru kali ini selama ia SMA, Abdul bisa mengantarnya berangkat sekolah.Setelah selesai sarapan, Abdul dan Ali bersiap-siap untuk berangkat, mereka berpamitan kepada Liana dan menuju mobil yang akan mereka kendarai."Ali, tahun depan adalah tahun kelulusan kamu dari SMA, Ayah mau kamu melanjutkan kuliah untuk mengambil pendidikan di bidang teknologi, Ayah mempunyai kenalan yang bisa memasukkan kamu ke Universitas terbaik di kota Portville ini."Di tengah perjalanan Abdul bertanya kepada Ali, ia mau agar Ali kuliah untuk melanjutkan pendidikannya di bidang teknologi."Ayah tahu 'kan, aku pasti meno
Terdengar teriakan kesakitan di lapangan, dan ternyata itu adalah Joe yang mengalami kram perut. Andre datang membantu dan kembali Joe ingin dibawa ke rumah sakit. . "Aku tidak akan pernah menyakiti perasaan Ali." Terlihat Liana yang sedang duduk sendiri di ruang tamu dan sibuk menatap layar laptop pada malam hari. Liana dengan menggunakan laptop khususnya ia menghubungi dan berbicara dengan teman rahasianya yang dahulu pernah berada dalam organisasi yang sama yaitu CYTO. Suaminya Abdul sedang pergi dinas luar kota dan tidak akan pulang malam ini sehingga memberinya kesempatan memanfaatkan waktu luangnya untuk membuka laptop rahasianya. Liana mengatakan kepada teman rahasianya bahwa anaknya Ali sepertinya mengalami perubahan perilaku yang sangat signifikan dalam beberapa hari belakangan. Liana menduga perilaku Ali yang belakangan ini terlihat berbeda, ada hubungannya dengan beberapa chip yang ada di dalam tubuh Ali. Dalam percakapan yang cukup lama. Teman rahasianya kemudian
“Dia memang berpacaran dengan Minda! Kamu tidak suka? Siapanya Minda kamu?!” ucap lantang Reza dengan urat mata yang mengeras di depan wajah Joe.Johnson dengan kekuatan besarnya tiba-tiba mendorong tubuh dari Reza yang sedang menahan tubuh Joe yang sepertinya akan menyerang Ali, “Jangan macam-macam kamu, Za! Dia adalah anak pemilik klub ini.” ucapnya keras menjelaskan.Mendapat dorongan dari Johnson, Reza pun sedikit terhempas ke belakang yang ditahan oleh tubuh dari Ali, “Lalu kenapa apabila dia anak pemilik klub ini? Tanya Reza dengan alis yang diangkat sedikit menantang pernyataan dari Johnson.“Ha ha! Sudah jelas kamu dan bapakmu Coach Mason akan mendapatkan masalah.” jawab Johnson sambil menyeringai dengan wajah puasnya.“Kamu harus akhiri hubunganmu dengan Minda!” pekik Joe yang masih tidak mau melepaskan pandangannya dari Ali. Ia dengan amarahnya yang tinggi terus mengejar Ali dan setelah dapat ia langsung mencengkram kerah baju dari Ali. “Atau kamu akan mempunyai masalah den
“Minda, kita tidak perlu untuk bertemu lagi!” ucap Ali dengan wajahnya yang terlihat lesu, karena sudah beberapa minggu ini minda selalu menjemputnya di Sekolah SMA nya.“Ha ha! Ali kamu setiap aku jemput pasti selalu berkata seperti itu.” sahut Minda tersenyum manis seraya mengambil tangan Ali, lalu menggandengnya dengan penuh kelembutan agar ikut dengannya ke mobil yang terparkir di depan sekolah. Saat Minda memegang tangan Ali, entah kenapa Ali selalu merasakan kehangatan yang ditunjukkan oleh sentuhan tangannya. Ali pun yang sebenarnya enggan mengikuti Minda, namun seolah merasakan kepercayaan dan keamanan dari wanita yang telah beberapa tahun ia kenal itu. Gerakannya yang halus dan lembut, memperlihatkan bahwa Minda berusaha untuk memastikan bahwa Ali merasa nyaman dan aman di sisinya. Setelah tangan mereka tergandeng, keduanya berjalan bersama menuju mobil dengan langkah yang tenang dan pasti.Di tengah perjalanan, Ali dengan kepalanya yang tertunduk berbicara kepada Minda, “D
"Kakak Ali! Aku tahu kamu memiliki sebuah sistem?"Sarah bergumam sendiri ketika ia melihat Ali yang tepat berada di depannya sedang berlari untuk masuk kedalam sekolah. Sarah terus mengikutinya sampai Ali berada di dalam sekolah.“Akhirnya sampai juga di sekolah jam 7 pagi kurang sedikit, he he.” gumam Ali sembari menyeringai seraya menghentikan langkah kakinya setelah berlari kencang untuk sampai ke sekolah, “Coba kulihat di dalam sistem apakah benar akan bertambah satu persen pada atribut ku.”Ting![Sistem Aktif]“Buka Atribut Tehnique”[Technique 7] [Red] [94%]“Lumayan nambah 1 persen ….” pikir Ali yang merasa sedikit terhibur dengan tambahan 1 persen dalam tantangan hariannya. Namun hatinya masih tetap kesal dan tidak merasa puas, “Sistem kenapa kamu pelit sekali! Hanya memberiku 1 persen saja!” serunya meluapkan kekesalannya.“Siapa yang pelit Kaka?!” tanya Sarah kepada Ali yang masih berada di belakangnya, “1 persen apa Kaka?” lanjutnya bertanya.Mendengar suara perempuan yang