Setelah berdiskusi sejenak, Micah dan Dico memutuskan untuk meminta bantuan Ali untuk meningkatkan kerja sama dalam serangan. Ali sebenarnya hanya seorang pemain cadangan, namun mereka sering melihat Ali berlatih lebih lama dari yang dibutuhkan dan yakin bahwa ia bisa memberikan banyak kontribusi bagi tim."Micah, kamu yakin kita harus meminta bantuan Ali?" tanya Dico ragu.Micah mengangguk tegas. "Iya, aku yakin. Kita bisa belajar banyak dari Ali. Dia mungkin hanya pemain cadangan, tapi dia punya insting yang bagus dalam menyerang dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan dirinya sendiri."Dico masih belum yakin. "Tapi kan, Ali bukan pemain inti. Apa dia mau berlatih dengan kita?""Kita bisa mencobanya. Ayo, kita bicarakan dengan dia," ajak Micah.Mereka berjalan menuju Ali yang sedang berlatih sendirian di lapangan. "Maukah kamu berlatih bersama dengan kami? Kami merasa butuh meningkatkan kerja sama dalam serangan," kata Micah.Ali tersenyum kaku, "Tentu saja, aku senang bisa
"Anda tidak memberiku kesempatan untuk membuktikan kemampuanku di lapangan." Tegas Ali."Aku memiliki stamina dan insting mencetak gol yang lebih baik daripada Joe. Anda buruk dalam mengambil keputusan dan terlalu egois untuk membiarkan pemain-pemain andalan mu bermain terus-menerus!" Ali lanjut menjelaskan.Mason merasa terhina dan marah atas kata-kata Ali. Dia merasa sangat dihina oleh pemain cadangan yang tidak berpengalaman seperti Ali. "Aku tidak akan mentolerir perilaku seperti itu, Ali. Kamu tidak boleh ikut latihan selama 3 hari berturut-turut," kata Mason dengan suara tegas.Ali merasa sangat sedih dan kecewa karena tidak bisa ikut latihan bersama timnya selama 3 hari berturut-turut. Namun, dia merasa tidak menyesal karena telah berbicara dengan jujur dan berani kepada kepala pelatih..Setelah pulang sekolah, Ali mencari tempat lain untuk berlatih juggling.Ali akhirnya menemukan sebuah pabrik kosong yang besar dan berantakan di dekat rumahnya. Pabrik tersebut sudah lama dit
Minda dan Ali merasa sangat terkejut dan ketakutan, hingga Minda bahkan tidak bisa menahan tangisnya. Ali hanya bisa terdiam bingung dan tidak tahu harus berbuat apa di situasi yang sulit ini.Salah satu dari komplotan narkoba mengancam Ali dan Minda dengan pistolnya sambil memaksa mereka untuk berjalan menuju tempat bos mereka yang berada di pabrik tua tersebut.Ali dan Minda terdiam ketika mereka diseret ke hadapan bos komplotan narkoba. Mata mereka berkaca-kaca ketika mereka melihat betapa gelap dan suramnya pabrik tua tempat mereka berada. Namun, mereka bertekad untuk bertahan dan membuktikan bahwa mereka bukan bagian dari pergerakan ilegal yang dilakukan di tempat itu."Bos sepertinya mereka bukan bagian dari komplotan lawan kita." kata anak buah bos komplotan yang membawa Ali dan Minda.Bos komplotan narkoba menatap Ali dan Minda dengan sinis. "Kalian berdua mungkin berpikir kalian bisa mengelabui saya. Tapi kalian salah besar. Kalian adalah saksi dari transaksi narkoba yang kam
Namun, dengan gerakan yang cekatan dan keahliannya yang luar biasa dari sistemnya, Ali mampu menghindari setiap tembakan itu dengan gesit. Detak jantung keduanya semakin cepat seiring dengan intensitas pertarungan yang semakin meningkat. Namun, dengan satu serangan kaki yang sangat cepat, Ali berhasil melumpuhkan Bos.Setelah berhasil melumpuhkan Bos dan membebaskan Minda dari cengkeraman penjahat tersebut, Ali segera membawa Minda keluar dari pabrik tua itu. Keduanya melarikan diri dengan cepat sambil berlari menuju mobil Minda yang terparkir di luar. Sesampainya di tempat yang aman, Ali segera menelpon pihak berwajib untuk melaporkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia memberikan semua informasi yang ia ketahui tentang bos komplotan narkoba itu. Beberapa waktu kemudian, tim polisi tiba di lokasi.Di dalam mobil Minda bertanya kepada Ali, Minda menatap Ali dengan wajah penuh pertanyaan. "Bagaimana kita bisa lolos dari mereka? Bagaimana kau bisa melakukan itu?" tanya Minda.Ali mena
Setelah Ali sampai di meja makan dan akan memulai sarapannya Abdul berkata kepadanya akan mengantar Ali ke sekolahnya."Baik Ayah." Jawab Ali sopan.Perkataan dari Abdul tadi menjawab rasa penasaran dari Ali ketika ia terkejut melihat Ayahnya yang belum berangkat kerja pagi ini."Tapi, kenapa Ayah mau mengantarku ke sekolah yah?"Namun, Ali kembali merasa penasaran karena sangat jarang bahkan baru kali ini selama ia SMA, Abdul bisa mengantarnya berangkat sekolah.Setelah selesai sarapan, Abdul dan Ali bersiap-siap untuk berangkat, mereka berpamitan kepada Liana dan menuju mobil yang akan mereka kendarai."Ali, tahun depan adalah tahun kelulusan kamu dari SMA, Ayah mau kamu melanjutkan kuliah untuk mengambil pendidikan di bidang teknologi, Ayah mempunyai kenalan yang bisa memasukkan kamu ke Universitas terbaik di kota Portville ini."Di tengah perjalanan Abdul bertanya kepada Ali, ia mau agar Ali kuliah untuk melanjutkan pendidikannya di bidang teknologi."Ayah tahu 'kan, aku pasti meno
Terdengar teriakan kesakitan di lapangan, dan ternyata itu adalah Joe yang mengalami kram perut. Andre datang membantu dan kembali Joe ingin dibawa ke rumah sakit. . "Aku tidak akan pernah menyakiti perasaan Ali." Terlihat Liana yang sedang duduk sendiri di ruang tamu dan sibuk menatap layar laptop pada malam hari. Liana dengan menggunakan laptop khususnya ia menghubungi dan berbicara dengan teman rahasianya yang dahulu pernah berada dalam organisasi yang sama yaitu CYTO. Suaminya Abdul sedang pergi dinas luar kota dan tidak akan pulang malam ini sehingga memberinya kesempatan memanfaatkan waktu luangnya untuk membuka laptop rahasianya. Liana mengatakan kepada teman rahasianya bahwa anaknya Ali sepertinya mengalami perubahan perilaku yang sangat signifikan dalam beberapa hari belakangan. Liana menduga perilaku Ali yang belakangan ini terlihat berbeda, ada hubungannya dengan beberapa chip yang ada di dalam tubuh Ali. Dalam percakapan yang cukup lama. Teman rahasianya kemudian
“Dia memang berpacaran dengan Minda! Kamu tidak suka? Siapanya Minda kamu?!” ucap lantang Reza dengan urat mata yang mengeras di depan wajah Joe.Johnson dengan kekuatan besarnya tiba-tiba mendorong tubuh dari Reza yang sedang menahan tubuh Joe yang sepertinya akan menyerang Ali, “Jangan macam-macam kamu, Za! Dia adalah anak pemilik klub ini.” ucapnya keras menjelaskan.Mendapat dorongan dari Johnson, Reza pun sedikit terhempas ke belakang yang ditahan oleh tubuh dari Ali, “Lalu kenapa apabila dia anak pemilik klub ini? Tanya Reza dengan alis yang diangkat sedikit menantang pernyataan dari Johnson.“Ha ha! Sudah jelas kamu dan bapakmu Coach Mason akan mendapatkan masalah.” jawab Johnson sambil menyeringai dengan wajah puasnya.“Kamu harus akhiri hubunganmu dengan Minda!” pekik Joe yang masih tidak mau melepaskan pandangannya dari Ali. Ia dengan amarahnya yang tinggi terus mengejar Ali dan setelah dapat ia langsung mencengkram kerah baju dari Ali. “Atau kamu akan mempunyai masalah den
“Minda, kita tidak perlu untuk bertemu lagi!” ucap Ali dengan wajahnya yang terlihat lesu, karena sudah beberapa minggu ini minda selalu menjemputnya di Sekolah SMA nya.“Ha ha! Ali kamu setiap aku jemput pasti selalu berkata seperti itu.” sahut Minda tersenyum manis seraya mengambil tangan Ali, lalu menggandengnya dengan penuh kelembutan agar ikut dengannya ke mobil yang terparkir di depan sekolah. Saat Minda memegang tangan Ali, entah kenapa Ali selalu merasakan kehangatan yang ditunjukkan oleh sentuhan tangannya. Ali pun yang sebenarnya enggan mengikuti Minda, namun seolah merasakan kepercayaan dan keamanan dari wanita yang telah beberapa tahun ia kenal itu. Gerakannya yang halus dan lembut, memperlihatkan bahwa Minda berusaha untuk memastikan bahwa Ali merasa nyaman dan aman di sisinya. Setelah tangan mereka tergandeng, keduanya berjalan bersama menuju mobil dengan langkah yang tenang dan pasti.Di tengah perjalanan, Ali dengan kepalanya yang tertunduk berbicara kepada Minda, “D
"Aku ingin tinggal disini Pak." ucap Dylan lirih namun terdengar tegas, "Itulah alasan aku kenapa aku pergi ke Desa Rocky Valley ini." ungkapnya menjelaskan."Aku tidak betah tinggal bersama orang tua angkatku yang sangat galak."Dylan berkilah bahwa ia datang ke rumah Logan karena tidak kerasan tinggal bersama orang tua angkatnya yang galak dengan wajahnya yang berpura-pura terlihat seperti orang yang bersedih.Logan menarik nafas dalam-dalam, ia berusaha tenang untuk mendengar keluhan Dylan yang ia kira anak kandungnya."Maafkan bapak sekali lagi Dylan." ucap Logan dengan wajah bersalah, "Kamu mulai saat ini tinggal saja di rumahku." ujarnya dengan sorot mata yang penuh kehangatan untuk menerima anak kandungnya kembali."Terima kasih bapak, mau menerimaku kembali." ucap lembut Dylan.Logan kemudian bertanya tentang alasan Dylan merasa tidak betah tinggal bersama orang tua angkatnya dan ia mencoba memahami perasaan dan pengalaman Dylan secara lebih mendalam. Logan juga berbicara tent
“Apa aku harus menghilang?!”Setelah Ali sampai di rumahnya, ia dengan bergegas mencari laptop milik Liana yang kemungkinan besar telah disimpan di tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah menemukannya, Ali kemudian membukanya dengan membuka tutup layar laptop dan menekan tombol power untuk menyalakan laptop tersebut. Ketika laptop telah menyala, tampilan awal akan meminta masukkan password untuk masuk ke akun pengguna. Ali kemudian mengingat bahwa ibunya Liana memberitahunya password laptop tersebut adalah angka-angka ulang tahun Ali. Ali kemudian memasukkan angka-angka tersebut dengan urutan yang benar, yaitu mungkin dari tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya. Setelah memasukkan angka-angka tersebut dengan benar, ia kemudian menekan tombol "Enter" atau "Masuk" pada layar untuk memverifikasi password tersebut.Ali duduk di depan laptop-nya dengan tenang. Ia memasukkan sebuah flashdisk ke dalam laptop dan membukanya. Setelah itu, ia menemukan sebuah file video dengan nama "B
“Sudah lepaskan aku!” ucap Liana dengan kesal, “Siapa yang telah mengutusmu untuk menangkap aku?” tanyanya kepada Agen no. 1 dengan wajah menyelidik, “Pasti sang pemimpin CYTO yang elegan dan maskulin itu yah?” Lanjutnya berceloteh.Agen no. 1 tampaknya sangat tenang dan tidak terpengaruh oleh pertanyaan Liana. Ia hanya diam dan menatap Liana dengan tatapan tajam yang sulit untuk dibaca. Walaupun begitu, terdapat perasaan ketegangan yang terasa di antara keduanya, seakan-akan ada sesuatu yang disembunyikan oleh agen tersebut. Liana merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi tersebut, ia mencoba untuk menembus tatapan tajam agen no. 1 tetapi tidak berhasil. Selama beberapa detik yang terasa lama, agen no. 1 masih diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Liana yang duduk di jok belakang bersama Agen no. 1, merenungkan kembali kenangan masa lalu ketika ia dan temannya, yang kini menjadi pemimpin CYTO, merintis organisasi tersebut dari sebuah komunitas rahasia ilmuwan biologi sel. Mereka
“Ali adalah lawanku!” Suara lantang terdengar dan seorang perempuan keluar dari mobil salah satu agen, perempuan itu nampak sangat percaya diri saat keluar dari mobil. “Sarah!” Ali terkejut ketika dilihatnya Sarah yang keluar dari mobil itu, “Kamu ngapain ada di dalam mobil itu Sarah?” tanyanya penasaran. “Aku ada di mobil ini untuk menangkapmu.” jawab Sarah dengan senyuman tipis yang tampak di wajahnya, “Jangan kira hanya kamu saja yang memiliki sistem.” ucapnya menegaskan seraya berjalan perlahan mendekati Ali. “A-apa maksud dari ucapanmu, Sarah?” tanya Ali yang mulai merasa cemas karena ucapan dari Sarah, “Sistem apa?” tanyanya kembali berusaha berkilah mengenai keberadaan sistem yang ada di tubuhnya. “Jangan berpura-pura tidak mengerti kamu, Ali.” ungkap Sarah agar Ali mau berkata jujur tentang sistem yang ada di dalam tubuhnya, “Aku juga memiliki sistem dalam tubuhku.” ucapnya mengungkapkan kebenaran tentang dirinya. “Apa?! Kamu juga memiliki sistem?!” Sarah merupakan ana
"Iya, itu Liana!" ujar Agen no. 2 memberitahukan kalau yang didepan itu memang mobil Liana, "Agen no. 3 cepat halangi mobilnya!" Perintahnya lantang supaya Agen no. 3 bergerak cepat mencegat mobil Liana."Baiklah!" sahut Agen no. 3 dengan sigap, "Cepat salip mobil putih yang ada di depan itu!" Perintahnya kepada supir yang mengendarai mobil Agen no.3, "Kita harus menghentikan mobil putih itu!" Mobil sport Agen no. 3 dengan kecepatan penuh langsung mendahului mobil Liana yang melaju dengan kecepatan rendah. Mobil itu menyalip dari sebelah kanan.Liana terkejut karena melihat ada mobil di sebelah kanan yang tiba-tiba menyusul mobilnya dan karena panik ia dengan gegabah malah semakin menginjak gas dari mobilnya, "Liana! Injak rem nya!"Pengajar mengemudi berteriak dengan keras kepada Liana agar segera menginjak rem nya, karena akan sangat berbahaya apabila mobil yang dikendarai oleh Liana yang baru belajar menyetir melaju dengan kecepatan penuh."Ibu! Jangan panik!" teriak Ali yang ber
Ketika Ali baru saja tiba di rumah setelah pulang dari latihan sepak bola, ia melihat Liana sang ibu yang sedang bersedih sambil memegang telepon selulernya.“Ibu kenapa?!” tanya Ali yang dengan cepat menghampiri Liana, “Apa yang terjadi Bu?” tanyanya lagi dengan wajahnya yang mulai terlihat cemas dan khawatir.“Ibu baru saja ditelepon dari rumah sakit.” ucap lirih Liana sambil memegang erat ponselnya, “Katanya Ayah mengalami kecelakaan tunggal dan sekarang ada di IGD Rumah Sakit Portville,” ungkapnya dengan wajah yang sudah berlinangan air mata.“Apa! Ayah kecelakaan!” seru Ali terkejut dengan mata yang terbuka lebar, “Kita harus cepat pergi Rumah Sakit sekarang, Bu.” ucap lantang Ali sembari menarik tangan Liana, agar dengan cepat pergi menuju ke Rumah Sakit.Akhirnya mereka berdua bergegas pergi ke Rumah Sakit dengan menggunakan kendaraan mobil yang dipesan online dengan pelayanan kilat terbaik agar bisa secepatnya sampai ke Rumah Sakit.Ketika Ali dan Liana tiba di rumah sakit, me
Agen tersebut mengangguk-angguk, "Aku sudah mendengar tentang pemain sepakbola muda yang bernama Ali itu. Bagaimana kamu bisa yakin bahwa Ali memakainya?" Sarah menjelaskan bahwa dia melihat Ali melakukan gerakan-gerakan yang tidak mungkin dilakukan oleh pemain sepak bola biasa. Dia juga melihat Ali dengan mudah menerobos pertahanan para pemain lawan dan mencetak gol-gol spektakuler. "Aku punya bukti video," kata Sarah sambil mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan video Ali yang sedang beraksi di lapangan. Agen tersebut melihat video tersebut dengan seksama dan kemudian berkata, "Baiklah, saya akan menyelidiki lebih lanjut. Terima kasih atas informasinya." Setelah selesai dengan pembuktian Ali yang memakai sistem kepada agen misterius itu, Sarah pergi meninggalkan agen misterius itu sendiri duduk di dalam cafe. Agen itu membuka laptopnya dan mengklik sebuah dokumen yang ada di dalamnya. Layar laptopnya pun berubah menjadi tampilan halaman dokumen yang berisi beberapa gambar dan in
"Besok pertandingan Ali terakhir. Mari kita nonton pertandingannya."Liana mengajak Abdul untuk menonton pertandingan sepak bola Ali di Emerald Stadium besok. Ia sangat ingin menonton Ali bertanding ke Emerald Stadium, karena belum pernah sekalipun pergi kesana.Mereka terlihat sedang duduk santai di sofa ruang tamu yang nyaman di rumah kediaman Abdul. Di samping mereka, terdapat meja kecil berisi beberapa cangkir teh dan bungkus kue yang masih tersisa beberapa buah lagi."Tidak mau Li." ucap Abdul menolak dengan cepat, "Aku tidak mau melihat Ali bermain sebagai pemain depan." ungkap Abdul dengan wajah datar lalu mengambil telepon selulernya. "Tidak ada salahnya bagi kita untuk menonton Ali bertanding, sayang." ungkap Liana berusaha mengajak Abdul dengan lembut, "Apalagi ini merupakan pertandingan terakhirnya di liga kecil U19." Lanjutnya menerangkan."Malas aku Li." sahut Abdul sambil melihat telepon selulernya yang dipegang di depan wajahnya, "Aku tidak berminat," seraya menyesap te
Ali merasa grogi dan kikuk ketika menatap wajah Minda yang memejamkan matanya, ia tertegun dengan menelan ludahnya sendiri dan tidak tahu apa yang harus lakukan. Lalu dengan perasaan ragu Ali mendekatkan wajahnya perlahan menghampiri wajah dari Minda, dan mencium bibir Minda. Ia merasakan kehangatan dari bibir tipis Minda yang lembut. Minda tidak menolak ketika kedua bibir mereka saling bersentuhan. Ia hanya terdiam, namun matanya seketika terbuka lebar, membiarkan Ali merasakan sentuhan lembut dari bibirnya.Mereka merasakan kehangatan satu sama lain di dalam mobil yang sunyi. Waktu berlalu begitu cepat dan mereka terus berciuman dengan semangat yang tak terbendung. Namun, akhirnya, Ali melepaskan ciuman tersebut."A-aku pulang dulu ya, Da." ucap gugup Ali seraya dirinya keluar dari mobil Minda dengan hati-hati dan perlahan, "Dadah," ucapnya sembari melambaikan tangannya cepat lalu berjalan pulang ke rumahnya. Minda menyambut lambaian tangan Ali, lalu berkata, "Daah," dengan senyu