Dengan tangan gemetar Zack menekan passcode pintu apartemennya. Hampir tiga kali ia melakukannya dan semuanya salah, membuat Zack harus kembali mengumpat.
Pertemuannya dengan gadis hantu itu membuat Zack tidak bisa fokus melakukan apapun, bahkan hanya untuk memasuki apartemennya sendiri.
"Hai, kau seperti melihat hantu saja!" Sebuah tangan yang menepuk bahu Zack, membuat lelaki itu terlonjak kaget.
Zack mendengkus kesal, degup jantungnya masih belum stabil dengan wajah yang pucat pasi.
"Buka pintunya!"
Zack memerintah adik sepupunya itu yang tinggal bersamanya di unit apartemen yang sama.
Antony Stevan yang merupakan anggota dari kepolisian muda yang baru saja bergabung di kepolisian pusat. Mereka berdua ditugaskan di wilayah kerja yang sama. Untuk sementara Antony Stevan yang belum mendapatkan tempat tinggal terpaksa harus menumpang di unit apartemen Zack sampai ia menemukan tempat tinggal yang cocok.
Stevan menekan tombol passcode untuk membuka pintu, hanya butuh beberapa detik pintu langsung terbuka dengan Zack yang menyerbu memasuki apartemennya terlebih dulu.
"Segera tutup pintunya, jangan sampai ada yang masuk!" ucap Zack sambil membanting bokongnya di atas sofa.
Stevan mengangguk menuruti perintah Zack tanpa ingin berdebat. Pandangannya mengarah ke arah lelaki itu yang sedang terduduk lesu di sofa.
"Aku membawakan beef steak untukmu, kau belum makan, 'kan?"
Sebuah bungkusan makanan yang digeletakkan Stevan di atas meja mendapatkan perhatian dari Zack. Ya, dia hanya memakan roti isi sejak selesai makan siang tadi, tawaran Stevan dengan beef steak-nya memang menggiurkan, tetapi untuk saat ini Zack tidak bernafsu untuk makan.
"Simpan saja di lemari pendingin, akan aku makan besok. Aku mau mandi dulu!" ucap Zack seraya berdiri, melangkahkan kaki menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.
Langkah kaki Zack dipercepat ketika melangkah menuju kamar mandi. Ia melucuti semua pakaian yang menempel pada tubuhnya, memutar kran shower dengan temperatur hangat yang langsung menciptakan uap air yang memburamkan dinding kaca kamar mandinya.
Matanya terpejam untuk menghilangkan pikiran-pikiran aneh yang sedari membelenggu di kepalanya. Bayangan gadis hantu itu muncul kembali, membuat Zack segera membuka matanya. Bayangan menyeramkan itu membuat Zack mendengus kesal. Bagaimana wajah nona hantu itu terus-menerus muncul di pikirannya?
Ingatan Zack berjalan mundur ke belakang, di saat ia sedang menggandeng nona hantu itu yang mengakui namanya sebagai Nayla Shair. Nona hantu yang pantulan bayangannya tidak bisa ditangkap dari kaca spion motor.
Zack menoleh dengan disambut senyuman mistis dari nona hantu itu. Bulu kudu Zack seketika merinding dengan hawa dingin menyeruak di sekujur tubuhnya. Tanpa berpikir panjang ia segera menghidupkan mesin motornya lalu menginjak gas dan mempercepat laju kendaraannya menerobos jalanan malam yang cukup lenggang. Zack tidak menoleh sedikit pun ke belakang, ia cukup syok dengan apa yang baru saja ia alami sehingga memutuskan segera pulang.
Zack mempercepat mandinya agar segera bisa tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Mungkin karena otaknya terlalu terforsir dan badannya juga terlalu payah membuat Zack hanya membayangkan hal-hal mengerikan dan kurang bisa diterima akal sehat.
Zack segera menyambar handuknya yang berada di gantungan baju yang menempel di dinding kamar mandi lalu mengenakannya dengan cepat dan melilitkannya dengan serampangan. Ia putar kenop pintu, membuka pintu kamar mandi dengan cepat.
Ketika Zack hendak mengeluarkan tubuhnya dari kamar mandi, matanya membeliak dipenuhi dengan keterkejutan yang nyata.
"Kau!"
Zack buru-buru menutup pintu kamar mandi dengan bersandar di belakangnya. Napasnya naik turun tak beraturan, matanya nyalang dengan rasa panik yang mendera di sekujur tubuh.
Gadis hantu itu muncul lagi, kali ini berada di depan pintu kamar mandinya yang artinya berada di dalam kamarnya.
TOK-TOK-TOK
Suara ketukan pintu itu membuat Zack semakin gelisah. Zack mengambil sikat pembersih kloset yang akan ia pergunakan untuk memukul gadis hantu itu jika nekat tidak mau pergi. Helaan napasnya terdengar berat, tetapi tekadnya sudah bulat untuk segera mengusir nona hantu yang sedari tadi mengikuti di mana pun dia berada.
Zack kembali membuka pintu kamar mandi dengan memutar kenop pintunya, tanpa melihat terlebih dulu ia mengayunkan gagang sikat pembersih itu ke tubuh yang sedang berdiri di depan kamar mandi dan memukulnya berkali-kali.
"Zack apa yang kau lakukan!"
Suara bentakan itu membuat Zack menghentikan pukulannya. Ia terkesiap melihat siapa yang sedang dipukulinya.
"Steven, kenapa kau bisa berada di kamarku?"
Zack membantu adik sepupunya itu bangun dari lantai akibat dari pukulannya yang menghujani lelaki malang itu.
"Lalu kenapa jika aku ke kamarmu? Bukannya aku memang tidur denganmu!"
Steven melengos kemudian, melangkah memasuki kamar mandi yang sebelumnya digunakan oleh Zack lalu menutupnya dengan kasar.
Sikat pembersih toilet segera Zack lempar ke lantai. Zack menyugar rambutnya yang basah, frustrasi. Gara-gara pertemuan dengan nona hantu itu ia hampir gila dengan memukuli sepupunya sendiri.
Zack berganti pakaian dengan cepat, merobohkan tubuhnya yang lelah untuk dibaringkan di atas kasur. Hanya dalam hitungan detik, matanya terpejam rapat karena kantuk yang mulai mendera merasuki alam bawah sadarnya.
***
"Apa? Baiklah, aku akan segera ke sana!"
Suara Stevan mengusik tidur Zack, ia memicingkan matanya yang lamat-lamat kemudian terbuka sempurna. Pergerakan Stevan yang bersiap dengan pakaian lengkap yaitu celana bahan panjang dan jaket kulit miliknya menunjukkan kepada Zack bahwa lelaki itu akan pergi ke luar.
"Mau pergi?"
Zack bersandar ke kepala ranjang dengan menggunakan bantalnya sebagai pengganjal tubuhnya.
Stevan hanya menjawab dengan anggukan sambil menaikkan resleting jaket leather miliknya.
"Malam-malam begini?"
"Ada pencuri yang berhasil lolos dari kejaran polisi. Kau tahu dia berhasil membobol bank seorang diri dan bisa lolos dari kejaran polisi dengan mudah."
Zack ingin bertanya lagi, tetapi Stevan mengangkat satu tangannya seolah berpamitan dengan melangkah menuju pintu.
"Jangan menungguku pulang, tidurlah terlebih dulu. Kau tidak takut tidur sendiri, 'kan?" ucap Stevan dengan terkekeh yang langsung mendapat lemparan bantal dari Zack yang ternyata mengenai pintu yang sudah ditutup oleh Stevan sebelum bantal itu mengenai tubuhnya.
"Sial," umpat Zack dengan berjalan ke arah pintu memungut kembali bantal miliknya.
***
"Zack, Zack!"
Suara lembut dan halus itu menerobos ke alam bawah sadar Zack, membuat lelaki itu membuka matanya dengan malas. Suara itu terdengar dari luar balkon kamarnya, suara yang begitu halus dan nyaris tak terdengar tetapi anehnya Zack bisa menangkap dengan jelas suara yang memanggil namanya itu. Secara naluri Zack menurunkan kakinya lalu melangkah ke arah pintu balkon kamarnya.
Embusan angin malam dengan cahaya rembulan menyapu wajah tampan lelaki itu ketika ia membuka pintu kaca balkon kamar. Kakinya melangkah menapaki lantai luar yang terasa dingin menerpa kulit kakinya yang tanpa alas. Bola mata Zack mencari-cari siapa yang memanggilnya di tengah malam seperti ini. Tidak ada seorang pun. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, hingga akhirnya memutuskan berbalik badan untuk masuk kembali ke dalam kamarnya.
Ketika Zack hendak berputar arah guna membalikkkan badannya, sebuah tangan menepuk bahu kirinya dengan sedikit keras.
Zack mematung, ia merasa tidak ada seorang pun di balkon kamarnya, ia sudah memeriksanya dengan teliti. Lalu tangan siapa yang saat ini menepuk bahunya?
Zack menoleh kemudian, matanya melebar melihat siapa yang sedang menyentuh bahunya sambil tersenyum. Bibirnya kelu ingin mengatakan sesuatu hingga tak bisa menyuarakan apapun.
"K-kaau!"
"Iya, kita bertemu lagi."
***
"Hai, wajahmu begitu kusut. Apakah kau tidak tidur semalaman?"
Stevan baru pulang dari semalam ikut mengejar pencuri pembobol bank, Zack melihat lingkar hitam di bawah mata Stevan menandakan lelaki itu belum tidur semalaman.
Stevan berjalan gontai, tanpa melepas sepatunya ia merebahkan tubuhnya di kasur dengan posisi terlentang.
"Kau tidak akan percaya dengan apa yang aku alami. Bahkan aku sendiri juga terkejut dengan apa yang aku lihat."
"Apa?" tanya Zack yang penasaran.
Stevan menegakkan punggungnya dengan memosisikan tubuhnya untuk duduk menghadap Zack yang kini sedang mengancingkan seragam kerjanya.
"Pencuri itu benar-benar sendirian. Aku sangat yakin akan hal itu. Dia mempunyai kemampuan melarikan diri yang hebat. Kau tahu, ia bisa melompat dari roof top gedung hanya dengan bantuan tali kecil di pinggangnya. Ia mengayun dengan lincahnya menuju gedung-gedung lain layaknya manusia laba-laba yang ada di film-film superhero."
"Wow, kau kali ini mendapatkan musuh yang sepadan," ucap Zack sambil menepuk-nepuk bahu Stevan.
Stevan hanya mengangguk menanggapi perkataan Zack, wajahnya terlihat begitu lesu dengan beberapa kali menguap yang membuat dirinya terlihat semakin berantakan.
"Tidurlah, sepertinya pencuri itu tidak akan beraksi pagi ini, jadi kau bisa beristirahat dengan tenang," tutur Zack kemudian lalu melangkah keluar dari kamarnya.
Zack menghidupkan mesin motornya, melajukannya dengan kecepatan normal. Ia tidak perlu terburu-buru karena saat ini ia berangkat lebih pagi dari biasanya.
Zack ingin segera berada di luar ruangan agar terhindar dari nona hantu yang semalam menemuinya lagi.
Sangat aneh memang, Zack bisa melihat bahkan menyentuh nona hantu itu. Jika saja ia tidak menyadarinya saat itu, yaitu ketika menatap pantulan nona hantu itu di cermin, maka Zack tidak akan tahu bahwa nona itu bukan manusia.
Kejadian tadi malam masih terpatri jelas dalam ingatannya. Nona hantu itu kembali menyapanya dengan tersenyum manis "jika dia manusia".
"Jangan takut Zack, kau yang membuatku datang kepadamu."
Zack dengan kasar mengibaskan tangan Nayla yang masih berada di bahunya.
"Aku sama sekali tidak memanggilmu. Jangan menggangguku!" bentaknya dengan berusaha memberanikan diri.
Nayla tersenyum seraya berjalan memutar menuju ke depan sehingga saat ini mereka berdua sedang berhadap-hadapan.
"Bukannya kau semalaman ini memikirkanku, jadi itu sama saja kau sedang memanggilku."
GLEEK..
Zack menelan ludah, memang benar apa yang dikatakan Nayla kepadanya bahwa ia tidak berhenti memikirkan gadis hantu itu, tetapi bukan karena Zack ingin bertemu lagi melainkan ada rasa ketakutan yang tiba-tiba merayapi dirinya sehingga bayangan gadis hantu itu kerap muncul dalam pikirannya.
Zack dengan kasar mendorong tubuh Nayla hingga nona hantu itu mundur beberapa langkah, dan hal itu membuat celah untuk Zack bisa memasuki kembali kamarnya.
"Jangan menggangguku, aku tidak akan memikirkanmu lagi!" ucap Zack sambil menutup dengan keras pintu kamarnya.
Tidak terasa lamunan Zack mengenai gadis hantu itu ternyata sudah membawanya berada di depan gedung kepolisian pusat. Zack memarkirkan motornya di parkiran khusus lalu mengunci ganda kendaraan kesayangannya itu.
Ia berjalan dengan tegap sambil sesekali menyapa rekan kerjanya yang kebetulan lewat di area kantor. Beberapa orang yang melewatinya tersenyum sambil mengangguk hormat melihat kedatangan Zack yang dibalas anggukan yang sama olehnya. Zack hendak masuk ke dalam ruangannya, tiba-tiba seseorang memanggilnya membuat Zack menoleh seketika.
"Opsir Zack, pak kepala memanggilmu. Ada hal penting yang akan dibicarakan denganmu," ucap orang tersebut yang ternyata adalah Julio salah satu opsir yang memiliki tugas yang sama dengan Zack.
"Baiklah, aku akan menyusul ke sana," jawab Zack kemudian sambil melangkah memasuki ruangannya.
***
"Itu adalah hasil rekaman CCTV yang ada di gedung salah satu bank swasta yang kemarin mengalami pembobolan. Aku ingin kau bersama Opsir Julio untuk menangani kasus ini."
Zack menerima sebuah chip memory yang berisi video salinan dari hasil rekaman CCTV.
"Baik, kami akan bekerjasama sebagai tim," jawab Zack dengan mengangguk patuh.
"Kau lihat itu? Sangat aneh sampai saat waktu pembobolan brankas sama sekali tidak ada pergerakan yang mencurigakan di ruangan itu." Opsir Julio mengatakan dengan nada kesal yang bercampur frustrasi.Opsir Zack dan opsir Julio juga beberapa anggota kepolisian sedang melakukan penyelidikan di bank swasta Higashino. Bank swasta milik keluarga Jepang yang memiliki banyak cabang di negara itu telah mengalami pencurian dengan cara yang tidak biasa.Opsir Julio nampak kesal dari raut mukanya. Pasalnya dari hasil rekaman CCTV yang ia putar berulang-ulang ketika bank sedang menyelesaikan jam operasionalnya tidak ada tanda-tanda berarti yang mencurigakan yang mengarah kepada pencurian itu."Kau benar, sangat aneh memang." Zack mengamini perkataan rekannya itu.Bagaimana mungkin uang dalam brankas tiba-tiba bisa hilang begitu saja dan dengan mudahnya beralih ke tangan pencuri itu tanpa ketahuan oleh siapa pun?Zack kembali memeriksa rekaman CCTV itu dengan s
Motor Zack melesat cepat membelah jalanan untuk menemukan si pencuri yang sedari tadi dikejarnya. Netranya menangkap titik-titik lokasi di mana kemungkinan pencuri itu melarikan diri dari alat pemindai jalan yang ia miliki. Nayla yang ada di belakangnya hanya menutup mata sambil memeluk tubuh lelaki di depannya itu, seolah takut akan terjatuh. Kendati ia hanya arwah yang tak berjasad, tetapi naluri manusianya masih ada. Ia mendekap erat tubuh Zack sebagai pengaman terakhirnya dari laju motor Zack yang melaju jauh dari kecepatan normal. Zack menghentikan laju kendaraannya ketika ia melihat sebuah motor terparkir di sebuah rumah kosong yang ada di pinggir jalan. Ia memarkirkan motor kesayangannya itu di bawah pohon yang ada di depan rumah tersebut lalu menghubungi rekan sesama polisi untuk segera mengepung tempat itu. "Tunggu di sini dan jangan kemana-mana! Ini akan berbahaya." pinta Zack kepada Nayla yang dijawab anggukan oleh nona hantu itu. Zac
"Mandy!" Zack menatap gadis yang kini berada di depannya itu dengan perasaan bahagia. Karena kesibukan Zack, ia tidak sempat menemui kekasihnya itu dalam kurun beberapa minggu. Dan kini rasa rindu yang ditahannya selama beberapa minggu terbayar sudah dengan kedatangan Mandy di kamar perawatannya. "Zack, mengapa bisa sampai seperti ini?" ucap Mandy dengan wajah penuh kekhawatiran melihat kondisi Zack yang penuh dengan perban yang membalut beberapa bagian tubuhnya. Zack menyunggingkan senyum, merasa bahagia dicemaskan wanita yang dicintainya. "Aku tidak apa-apa, hanya luka ringan. Bagaimana keadaanmu?" "Beginilah, kau terlalu sibuk hingga melupakanku!" Wajah Mandy terlihat lucu dengan pipi menggembung seperti itu, merajuk dengan sang kekasih yang tak pernah menemuinya. Zack terkekeh kecil, wajahnya sedikit nyeri jika digunakan untuk tertawa. "Aku tidak mungkin melupakanmu, hanya saja ada kasus mendesak yang membuatku sangat
"Halo?" Terdengar suara Mandy di seberang sana saat Zack menghubunginya. Meskipun ia ingin memberi kejutan, setidaknya ia memastikan dulu di mana kekasihnya itu berada sehingga ia bisa memberikan kejutan di waktu yang tepat. "Mandy, emm ... kau ada di mana?" Zack sedikit gugup mengatakannya. "Emm, aku di rumah. Tentu saja ada di rumah. Ada apa?" "Tidak, aku hanya ingin memastikan. Karena aku menghubungimu dua kali baru bisa tersambung," ucap Zack sedikit curiga dengan sikap Mandy yang tak biasa. "Aku baru keluar dari toilet. Tidak mungkin 'kan ke toilet membawa ponsel?" "Oh, apa kau yakin?" tanya Zack lagi mencoba memastikan. "Zack, buat apa aku berbohong. Sudahlah, aku sedang kesal," ucap Mandy yang langsung mematikan ponselnya. Zack tersenyum mendengar Mandy kesal kepadanya, karena setelah ini ia akan datang untuk menghiburnya. Dan ia yakin bahwa Mandy tidak akan bertahan lama marah kepadanya, karena seperti itulah biasanya.
Nayla tersenyum cerah ketika berjalan mendekati rumah yang dulunya sering ia pijaki. Sudah lama sekali sejak kecelakaan maut yang menimpanya tiga tahun silam yang mengakibatkan dirinya koma hingga saat ini, tidak bertamu ke rumah Victor yang merupakan kekasih sekaligus calon tunangannya.Nayla berencana bertunangan usai ia berhasil mendapatkam gelar doctor-nya yaitu setelah ia menyelesaikan Coas di sebuah rumah sakit milik keluarga besarnya.Namun, karena kecelakaan maut yang hampir membuatnya tiada, dan mungkin bisa dibilang hidup, tetapi mati membuat Nayla kehilangan semuanya.Nayla hampir putus asa dengan nasibnya, tetapi Victor yang selalu setia menemaninya di saat Nayla mengalami masa-masa sulit, membuat ia yakin suatu saat dia bisa hidup kembali dengan tubuh yang saat ini sedang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.Selama tiga tahun terakhir, Victor tidak pernah terlupa untuk mengunjungi Byla dengan membawa buket bunga untuk diletakkan di a
Suasana malam itu terasa begitu dingin, deru ombak pantai bergulung-gulung dan sesekali terpecahkan oleh batu karang yang menjulang kokoh di tengah lautan. Zack dan Nayla merebahkan tubuhnya terlentang beralaskan pasir pantai sambil menengadah memandang hamparan bintang-bintang yang ada di langit. Tatapan keduanya tampak kosong dan hanyut oleh pikiran masing-masing. Zack mengingat kembali bagaimana masa-masa indahnya dulu bersama Mandy. Kenangan itu terasa manis, tetapi menyakitkan jika untuk dikenang. Pun demikian dengan Nayla, kebersamaannya bersama Victor adalah kenangan terindah semasa hidupnya. Ya hidup seperti manusia normal yang dulu pernah ia dapatkan. Entah kapan kehidupan seperti itu akan ia dapatkan kembali, atau mungkin ia akan seperti ini selamanya. "Zack, apakah kau tertidur?" tanya Nayla tanpa melihat ke arah Zack. Zack yang masih termenung hanya menjawab sekenanya. "Heem." Nayla sedikit menyunggingka
Hari pertama setelah libur selama satu minggu, membuat Zack bangun lebih pagi. Semalam ia sudah menyiapkan segala berkas yang akan ia lakukan penyelidikan selanjutnya mengenai pencurian bank swasta yang misterius itu. Zack memasukkan semua perlengkapannya ke dalam tas ranselnya kemudian segera keluar dari unit apartemennya.Seperti biasa, Zack lebih suka mengendarai motor kesayangannya daripada harus menggunakan mobil. Menurutnya menggunakan motor jauh lebih efisien, cepat dan hemat.Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit Zack sudah berada di halaman parkir kepolisian pusat. Ia mengunci ganda kendaraannya lalu beranjak untuk segera masuk ke dalam gedung. Beberapa orang tampak mengangguk ketika berpapasan dengan Zack sebagai tanda hormat kepada lelaki itu."Opsir Zack, bagaimana keadaanmu?" tanya opsir Julio yang tiba-tiba datang menepuk bahunya. Opsir Julio mengikuti Zack hingga masuk ke dalam ruangannya."Sangat baik. Apakah ada perkembangan kasus?"
Malam ini hujan turun begitu lebat. Dari jendela kaca terlihat angin bertiup sangat kencang, menggoyangkan dahan dan ranting pepohonan yang berada di area apartemen.Zack bisa melihatnya dari atas sana, ada beberapa pohon tumbang yang menghalangi jalan masuk ke area apartemen. Mungkin besok banyak petugas yang akan dikerahkan untuk segera membereskan kekacauan akibat hujan lebat malam ini.Hawa dingin yang terasa merasuk ke kulit tidak membuat mata Zack bisa terpejam lelap. Lelaki itu sedari tadi hanya berguling-guling untuk berusaha tidur mencari posisi nyamannya, tetapi tetap saja ia tidak bisa terbuai di alam mimpi.Zack keluar dari kamarnya menuju pantry dapur. Mungkin segelas susu hangat bisa membantunya untuk tertidur. Ia menyalakan kompor dengan memasak susunya terlebih dahulu. Susu sapi murni yang ia sediakan dalam lemari es ia tuangkan di dalam panci susu untuk kemudian melakukan proses pasteurisasi.Terdapat perhitungan spesifik untu