Motor Zack melesat cepat membelah jalanan untuk menemukan si pencuri yang sedari tadi dikejarnya. Netranya menangkap titik-titik lokasi di mana kemungkinan pencuri itu melarikan diri dari alat pemindai jalan yang ia miliki.
Nayla yang ada di belakangnya hanya menutup mata sambil memeluk tubuh lelaki di depannya itu, seolah takut akan terjatuh. Kendati ia hanya arwah yang tak berjasad, tetapi naluri manusianya masih ada. Ia mendekap erat tubuh Zack sebagai pengaman terakhirnya dari laju motor Zack yang melaju jauh dari kecepatan normal.
Zack menghentikan laju kendaraannya ketika ia melihat sebuah motor terparkir di sebuah rumah kosong yang ada di pinggir jalan. Ia memarkirkan motor kesayangannya itu di bawah pohon yang ada di depan rumah tersebut lalu menghubungi rekan sesama polisi untuk segera mengepung tempat itu.
"Tunggu di sini dan jangan kemana-mana! Ini akan berbahaya." pinta Zack kepada Nayla yang dijawab anggukan oleh nona hantu itu.
Zack berlari dalam senyap, lalu menyelinap di antara tembok-tembok bangunan tua itu. Terdengar suara samar-samar orang yang sedang mengobrol dan diselingi canda tawa. Dengan menyiapkan senjata api di tangan, ia berjalan cepat menggunakan langkah ringan yang nyaris tak terdengar.
Mata Zack membulat melihat banyaknya orang yang berada di lokasi, padahal dengan jelas tadi ia hanya menemukan satu buah motor yang tergeletak begitu saja tanpa ada motor lain, yang ia yakini motor itu adalah milik si pencuri jalanan yang sedang berusaha bersembunyi untuk bisa melarikan diri.
Namun, saat ini di depan matanya banyak sekali orang-orang berperawakan tinggi dan besar dengan otot-otot tangan yang kekar membawa banyak minuman beralkohol di tangan.
Zack menyadari, meskipun ia bisa menghadapi mereka dengan berkelahi satu lawan satu, tetapi pikirannya masih waras dengan tidak mengambil resiko yang membahayakan nyawanya sendiri.
Zack hanya berdiri di balik dinding sambil memerhatikan semua orang yang sedang berpesta minuman keras. Mungkin rumah kosong ini dijadikan ajang berkumpul atau markas oleh para preman dan pencuri jalanan untuk menyusun rencana dalam menjalankan aksinya, juga sebagai tempat ajang pesta minuman keras.
Zack menilik jam tangannya, sudah hampir sepuluh menit ia berdiri di balik dinding dan belum bergerak maju.
Zack masih menunggu bantuan dari rekannya yang akan menuju ke lokasi. Zack meminta kepada rekan sesama polisi agar bergerak dalam senyap tanpa membunyikan sirine, karena hal itu sama saja dengan membuyarkan semua orang yang mendengar dan pasti akan menyusahkan pihak kepolisian dalam meringkus orang sebanyak itu.
Tanpa diduga suara ponsel Zack berdering cukup nyaring, dan hal itu membuat Zack buru-buru menggeser icon merah yang ada di layar ponselnya.
Terlambat, suara dering ponsel itu berhasil mengalihkan perhatian semua orang yang ada di tempat itu. Beberapa orang sudah berdiri bersiap memeriksa siapa yang tengah bersembunyi di balik dinding.
Zack menghela napasnya untuk kemudian ia buang perlahan. Tangannya sudah menggenggam erat pistol dengan jari telunjuk bersiap menarik pelatuk. Kepalang basah, lebih baik ia segera muncul daripada harus bersembunyi seperti tikus yang ketakutan.
"Jangan bergerak! Tempat ini sudah dikepung." Zack mengarahkan pistol itu ke arah semua orang secara bergantian dengan menatap mereka tajam tanpa takut sedikit pun. Kendati ia tidak tahu rekannya sudah berada di lokasi atau belum, tetapi tekad Zack untuk meringkus berandalan yang mengganggu ketentraman warganya sudah bulat.
"Kepung?" Seseorang berjalan mendekat tanpa takut dengan pistol yang arahkan Zack kepadanya.
"Kau jangan berbohong, Anak Muda. Kau hanya sendiri dan kami berdelapan. Hajar dia!" perintah orang tersebut yang kemudian semua orang yang berada di tempat itu segera berhambur memukuli Zack.
Zack melawan dengan meletakkan kembali pistolnya di saku celana. Lalu kemudian menghantam mereka satu per satu menggunakan tangan kosong.
Beruntung mereka saat ini tengah dipengaruhi oleh minuman beralkohol, sehingga Zack lebih mudah mengalahkan mereka.
Namun, hal itu tidak semudah yang dipikirkan Zack. Salah satu dari mereka membawa botol minuman lalu melemparkannya mengenai kepala Zack.
Kepala Zack berdenyut ketika merasakan nyeri akibat hantaman botol tersebut. Hal itu tidak disia-siakan oleh para berandalan untuk memukuli Zack secara bertubi-tubi. Menendang, menghantam dan menginjak-injak tubuh Zack yang sudah tidak berdaya.
"Jangan bergerak! Kami sudah mengepung tempat ini."
Beberapa anggota kepolisian berseragam yang merupakan kenalan Zack telah sampai dan mengepung markas rumah kosong tersebut dari segala penjuru.
Semua orang mengangkat kedua tangan mereka petanda menyerah dan membiarkan Zack terbaring lemah dengan tubuh banyak luka bersimbah darah.
"Tangkap mereka semua!" perintah atasan kepada para anak buahnya.
Stevan yang berada dalam satu naungan yang menjadi salah satu anak buah polisi tersebut terkejut melihat saudara sepupunya itu terluka parah. Ia kemudian berlari untuk memeriksa kondisi Zack.
"Zack, Zack, bertahanlah!" teriak stevan dengan mengguncang tubuh Zack yang tak sadarkan diri.
"Antony segera hubungi ambulans. Antar Opsir Zack ke rumah sakit!" perintah atasan Stevan melihat opsir Zack yang memberikan informasi telah terluka parah dan tak sadarkan diri.
***
Zack mengerjapkan mata ketika cahaya lampu berpendar dengan terang menembus ke kelopak mata. Ia mengernyit beberapa saat menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke dalam pupil matanya.
Dalam beberapa detik setelah kesadarannya pulih, aroma citrus karbol dan desinfektan langsung menyergap masuk ke dalam indra penciumannya membuat Zack menyadari bahwa ia tengah berbaring di rumah sakit.
"Kau sudah sadar?"
Stevan yang baru datang segera menyapa Zack, ketika melihat saudara sepupunya itu telah siuman.
"Kau yang membawaku ke sini?" tanya Zack seraya berusaha duduk dari pembaringannya.
"Tidak perlu bangun. Kau harus banyak istirahat!"
"Aku hanya ingin mengambil minum."
Stevan melangkah menuju meja kecil di samping ranjang Zack lalu mengambilkan air mineral yang ia tuang ke dalam gelas kaca yang kemudian ia berikan kepada Zack.
"Pelan-pelan saja!" tutur Stevan ketika membantu Zack untuk minum.
Zack menghabiskan minuman itu dengan beberapa kali tegukan karena tenggorokannya terasa kering, lalu memberikan gelas kosong itu kepada Stevan kembali untuk kemudian diletakkannya di atas nakas.
"Lukaku tidak separah itu sehingga kau harus melayaniku. Lagi pula besok aku harus kembali bekerja untuk menyelesaikan kasus pencurian bank yang kau kejar pencurinya itu."
Stevan mengangkat kedua alisnya, lalu tertawa setelah melihat kondisi Zack yang penuh dengan perban itu masih ingin bekerja untuk memecahkan kasus pencurian bank.
"Kau tahu, setelah melihat kondisimu atasan memberikanmu izin selama satu minggu. Bukankah itu sangat hebat? Ayolah jangan memforsir tenaga dan pikiranmu. Gunakan waktu istirahatmu dengan baik, karena mungkin kau akan kesulitan mendapatkan hari libur yang panjang seperti saat ini."
"Apa, pak kepala memberikan izin selama itu?" ucap Zack hampir tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sepupunya itu.
Bagaimana tidak, selama ini sangat susah mencari hari libur bahkan hanya sehari saja. Naamun, kali ini Zack diberi masa tenggang untuk menyembuhkan dirinya selama satu minggu. Sungguh sangat mengejutkan, bukan?
"Ehem, jadi bersantailah kawan. Ohya, Mandy akan datang sebentar lagi. Kau pasti merindukannya, bukan? Kau benar-benar beruntung dengan kondisimu saat ini."
Stevan berlalu ketika selesai mengatakan hal itu, Zack memaklumi karena sepupunya itu mendapatkan giliran bertugas malam hari. Dan apa yang tadi ia ucapkan? Mandy akan datang menemuinya?
Wajah Zack seketika memancarkan kebahagiaan ketika mendengar nama perempuan itu. Ya, Mandy adalah kekasih Zack yang sudah menjalin hubungan hampir satu tahun dengannya. Zack sangat mencintai gadis itu, dan ia akan menjaga Mandy hingga mereka menikah nantinya.
"Hai, bagaimana kondisimu?" Suara samar itu terdengar lagi, membuat Zack harus menoleh ke arah sumber suara itu.
"Kau lagi?"
Wajah Zack yang sebelumnya berbinar bahagia berubah menjadi kesal ketika melihat nona hantu itu datang lagi kepadanya.
"Jangan memandangku seperti itu. Ayolah, wajahku tidak semenakutkan itu," ucap Nayla sedikit terkekeh melihat wajah Zack yang dipenuhi rasa teror.
"Pergilah! Sebentar lagi kekasihku akan datang. Aku tidak ingin kau membuatku kelihatan aneh di depannya."
Meskipun Zack mulai terbiasa dengan keberadaan Nayla yang selalu mengganggu, tetapi tetap saja masih ada rasa was-was dalam dirinya.
"Hahaha, kau sudah punya kekasih? Bagaimana, cantik mana dia denganku?" Nayla mendekat ke arah Zack untuk duduk di sisi ranjang yang kosong. Zack memalingkan muka, sungguh wajahnya sekarang tampak pasi dengan berada di dekat Nayla.
"Okey-okey, aku tidak akan mengganggumu. Lagi pula kekasihku sebentar lagi juga akan datang menjengukku. Jadi aku tidak akan mengganggu waktu kalian."
"Kekasihmu? Apa dia hantu juga?"
Zack menelan ludah, melihat Nayla di sampingnya saja sudah membuat bulu kudunya merinding.
Bagaimana jika kekasih Nayla yang mungkin seorang arwah atau mungkin vampir yang akan datang ke tempatnya berada? Sial, sungguh sial nasibnya jika harus bertemu dua hantu sekaligus.
"Hey, sudah kukatakan. Aku bukan hantu, aku masih hidup. Aku dirawat di rumah sakit ini, dan setiap malam minggu kekasihku datang untuk menjengukku sambil membawakan bunga lily kesukaanku. Bukannya itu sangat romantis?"
"Kau dirawat di rumah sakit ini?"tanya Zack lagi tidak mengerti dengan ucapan Nayla.
Nayla mengangguk, dengan wajah yang terlihat bahagia ia berkata, "Kita sama-sama menjadi seorang pasien. Jadi kau dan aku adalah teman. Ohya, aku merasa wanita yang kau tunggu-tunggu hampir sampai ke tempat ini. Jadi sebaiknya kau bersiap dan aku juga akan pergi ke tempat perawatanku. Bersemangatlah, Zack!"
Nayla mengepalkan tangannya sambil ditekuk untuk menyemangati Zack yang masih bingung dengan semua perkataannya.
Zack masih menatap nona hantu itu yang kini sudah berdiri dan berjalan menembus dinding kamar perawatannya. Namun, tak selang berapa lama pintu kamarnya terbuka, dan muncullah gadis yang ia tunggu-tunggu kedatangannya.
"Mandy!"
"Mandy!" Zack menatap gadis yang kini berada di depannya itu dengan perasaan bahagia. Karena kesibukan Zack, ia tidak sempat menemui kekasihnya itu dalam kurun beberapa minggu. Dan kini rasa rindu yang ditahannya selama beberapa minggu terbayar sudah dengan kedatangan Mandy di kamar perawatannya. "Zack, mengapa bisa sampai seperti ini?" ucap Mandy dengan wajah penuh kekhawatiran melihat kondisi Zack yang penuh dengan perban yang membalut beberapa bagian tubuhnya. Zack menyunggingkan senyum, merasa bahagia dicemaskan wanita yang dicintainya. "Aku tidak apa-apa, hanya luka ringan. Bagaimana keadaanmu?" "Beginilah, kau terlalu sibuk hingga melupakanku!" Wajah Mandy terlihat lucu dengan pipi menggembung seperti itu, merajuk dengan sang kekasih yang tak pernah menemuinya. Zack terkekeh kecil, wajahnya sedikit nyeri jika digunakan untuk tertawa. "Aku tidak mungkin melupakanmu, hanya saja ada kasus mendesak yang membuatku sangat
"Halo?" Terdengar suara Mandy di seberang sana saat Zack menghubunginya. Meskipun ia ingin memberi kejutan, setidaknya ia memastikan dulu di mana kekasihnya itu berada sehingga ia bisa memberikan kejutan di waktu yang tepat. "Mandy, emm ... kau ada di mana?" Zack sedikit gugup mengatakannya. "Emm, aku di rumah. Tentu saja ada di rumah. Ada apa?" "Tidak, aku hanya ingin memastikan. Karena aku menghubungimu dua kali baru bisa tersambung," ucap Zack sedikit curiga dengan sikap Mandy yang tak biasa. "Aku baru keluar dari toilet. Tidak mungkin 'kan ke toilet membawa ponsel?" "Oh, apa kau yakin?" tanya Zack lagi mencoba memastikan. "Zack, buat apa aku berbohong. Sudahlah, aku sedang kesal," ucap Mandy yang langsung mematikan ponselnya. Zack tersenyum mendengar Mandy kesal kepadanya, karena setelah ini ia akan datang untuk menghiburnya. Dan ia yakin bahwa Mandy tidak akan bertahan lama marah kepadanya, karena seperti itulah biasanya.
Nayla tersenyum cerah ketika berjalan mendekati rumah yang dulunya sering ia pijaki. Sudah lama sekali sejak kecelakaan maut yang menimpanya tiga tahun silam yang mengakibatkan dirinya koma hingga saat ini, tidak bertamu ke rumah Victor yang merupakan kekasih sekaligus calon tunangannya.Nayla berencana bertunangan usai ia berhasil mendapatkam gelar doctor-nya yaitu setelah ia menyelesaikan Coas di sebuah rumah sakit milik keluarga besarnya.Namun, karena kecelakaan maut yang hampir membuatnya tiada, dan mungkin bisa dibilang hidup, tetapi mati membuat Nayla kehilangan semuanya.Nayla hampir putus asa dengan nasibnya, tetapi Victor yang selalu setia menemaninya di saat Nayla mengalami masa-masa sulit, membuat ia yakin suatu saat dia bisa hidup kembali dengan tubuh yang saat ini sedang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.Selama tiga tahun terakhir, Victor tidak pernah terlupa untuk mengunjungi Byla dengan membawa buket bunga untuk diletakkan di a
Suasana malam itu terasa begitu dingin, deru ombak pantai bergulung-gulung dan sesekali terpecahkan oleh batu karang yang menjulang kokoh di tengah lautan. Zack dan Nayla merebahkan tubuhnya terlentang beralaskan pasir pantai sambil menengadah memandang hamparan bintang-bintang yang ada di langit. Tatapan keduanya tampak kosong dan hanyut oleh pikiran masing-masing. Zack mengingat kembali bagaimana masa-masa indahnya dulu bersama Mandy. Kenangan itu terasa manis, tetapi menyakitkan jika untuk dikenang. Pun demikian dengan Nayla, kebersamaannya bersama Victor adalah kenangan terindah semasa hidupnya. Ya hidup seperti manusia normal yang dulu pernah ia dapatkan. Entah kapan kehidupan seperti itu akan ia dapatkan kembali, atau mungkin ia akan seperti ini selamanya. "Zack, apakah kau tertidur?" tanya Nayla tanpa melihat ke arah Zack. Zack yang masih termenung hanya menjawab sekenanya. "Heem." Nayla sedikit menyunggingka
Hari pertama setelah libur selama satu minggu, membuat Zack bangun lebih pagi. Semalam ia sudah menyiapkan segala berkas yang akan ia lakukan penyelidikan selanjutnya mengenai pencurian bank swasta yang misterius itu. Zack memasukkan semua perlengkapannya ke dalam tas ranselnya kemudian segera keluar dari unit apartemennya.Seperti biasa, Zack lebih suka mengendarai motor kesayangannya daripada harus menggunakan mobil. Menurutnya menggunakan motor jauh lebih efisien, cepat dan hemat.Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit Zack sudah berada di halaman parkir kepolisian pusat. Ia mengunci ganda kendaraannya lalu beranjak untuk segera masuk ke dalam gedung. Beberapa orang tampak mengangguk ketika berpapasan dengan Zack sebagai tanda hormat kepada lelaki itu."Opsir Zack, bagaimana keadaanmu?" tanya opsir Julio yang tiba-tiba datang menepuk bahunya. Opsir Julio mengikuti Zack hingga masuk ke dalam ruangannya."Sangat baik. Apakah ada perkembangan kasus?"
Malam ini hujan turun begitu lebat. Dari jendela kaca terlihat angin bertiup sangat kencang, menggoyangkan dahan dan ranting pepohonan yang berada di area apartemen.Zack bisa melihatnya dari atas sana, ada beberapa pohon tumbang yang menghalangi jalan masuk ke area apartemen. Mungkin besok banyak petugas yang akan dikerahkan untuk segera membereskan kekacauan akibat hujan lebat malam ini.Hawa dingin yang terasa merasuk ke kulit tidak membuat mata Zack bisa terpejam lelap. Lelaki itu sedari tadi hanya berguling-guling untuk berusaha tidur mencari posisi nyamannya, tetapi tetap saja ia tidak bisa terbuai di alam mimpi.Zack keluar dari kamarnya menuju pantry dapur. Mungkin segelas susu hangat bisa membantunya untuk tertidur. Ia menyalakan kompor dengan memasak susunya terlebih dahulu. Susu sapi murni yang ia sediakan dalam lemari es ia tuangkan di dalam panci susu untuk kemudian melakukan proses pasteurisasi.Terdapat perhitungan spesifik untu
Zack memutuskan untuk mencari Nayla di rumah sakit sekaligus mencari kebenaran mengenai penyelidikannya tentang keluarga Higashino.Yang Zack ketahui, Nayla sebelumnya tidak pernah keluar dari rumah sakit sebelum bertemu dengannya di trotoar waktu itu.Mungkin saja saat ini Nayla berada di ruang perawatannya sambil menjaga tubuhnya yang sedang koma seperti sebelum-sebelumnya. Jika Zack diberi kesempatan untuk bertemu Nayla kembali, mungkin ia akan lebih menghargai gadis itu dan tidak akan mengabaikannya lagi.Zack melangkah ke arah resepsionis untuk menanyakan kamar perawatan Nayla dan memperkenalkan dirinya sebagai opsir polisi. Demi penyelidikan, pihak rumah sakit tentu mengizinkan Zack untuk melihat pasien khususnya itu, tetapi hanya berada di posisi luar ruangan dan ditemani seorang dokter yang menangani Nayla.Zack tidak mempermasalahkan hal itu. Ia hanya ingin melihat kebenaran kondisi Nayla.Apakah benar Nayla yang ada di rumah s
Hujan terus mengguyur pusat kota. Bersamaan dengan itu dua insan yang berbeda dunia masih saling berdekatan mengutarakan perasaan tanpa kata.Zack melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Nayla, menurunkan kedua tangannya dari pipi Nayla menuju telapak tangan gadis itu, menyematkan di sela-sela jari Nayla lalu saling mencengkram memberikan kekuatan.Zack masih menunduk, menyatukan keningnya dengan kening Nayla. Ada rasa aneh yang menjalar dalam dirinya bersamaan deru napasnya yang tak beraturan. Apa yang sudah dia lakukan? Dia mencium Nayla tanpa meminta izin gadis itu terlebih dahulu? Bukannya itu tidak sopan?Zack terlalu larut dalam suasana hingga tidak menyadari dengan apa yang ia lakukan. Bahkan ia tidak menyangka ciuman pertamanya akhirnya ia labuhkan kepada gadis hantu di depannya. Apakah Zack sudah gila?"Maaf," ucap Zack kemudian setelah menyadari kesalahannya kepada Nayla.Nayla terdiam, tak berbicara sedikit pun. Ia bingung harus menjawab