"Kau lihat itu? Sangat aneh sampai saat waktu pembobolan brankas sama sekali tidak ada pergerakan yang mencurigakan di ruangan itu." Opsir Julio mengatakan dengan nada kesal yang bercampur frustrasi.
Opsir Zack dan opsir Julio juga beberapa anggota kepolisian sedang melakukan penyelidikan di bank swasta Higashino. Bank swasta milik keluarga Jepang yang memiliki banyak cabang di negara itu telah mengalami pencurian dengan cara yang tidak biasa.
Opsir Julio nampak kesal dari raut mukanya. Pasalnya dari hasil rekaman CCTV yang ia putar berulang-ulang ketika bank sedang menyelesaikan jam operasionalnya tidak ada tanda-tanda berarti yang mencurigakan yang mengarah kepada pencurian itu.
"Kau benar, sangat aneh memang." Zack mengamini perkataan rekannya itu.
Bagaimana mungkin uang dalam brankas tiba-tiba bisa hilang begitu saja dan dengan mudahnya beralih ke tangan pencuri itu tanpa ketahuan oleh siapa pun?
Zack kembali memeriksa rekaman CCTV itu dengan seksama. Mungkin ada petunjuk yang terlewat yang bisa memecahkan kasus pencurian tak berjejak itu.
"Berapa yang ia ambil?" tanya Zack kemudian.
"Satu juta, mereka mencatat kerugiannya sebanyak satu juta real."
Zack mengangguk sambil terus menatap hasil rekaman CCTV itu, tetapi kemudian matanya menyipit menemukan satu hal yang sedikit janggal.
"Tunggu! Aku menemukan sesuatu." Zack memutar ulang rekaman dengan mundur beberapa menit ke belakang yang mendapat perhatian oleh opsir Julio. Lelaki itu ikut menatap layar komputer Zack dan memperhatikan apa yang sedang diperlihatkan Zack kepadanya.
"Kau melihatnya? Ada getaran aneh saat pukul sebelas lebih tiga puluh menit, dan sejak saat itu hasil rekaman tampak miring sekitar lima derajat dari sebelumnya."
"Miring?" Opsir Julio memperhatikannya lagi, kendati petunjuk itu sangat kecil, tetapi ia hampir melewatinya karena kurang cermat dalam memeriksa.
Lima derajat itu sangat kecil, bukan? Dan perbedaan sudut sekecil itu pasti sangat sulit ditemukan meski ia sudah melihatnya berkali-kali.
"Kita ke lokasi!" ajak Zack kemudian kepada opsir Julio yang langsung mendapatkan anggukan dari lelaki itu.
*********
Zack memasang pembatas police line di tempat kejadian pekara. Setelah kejadian tadi malam, bank Higashino untuk sementara ditutup sehingga segala pengoperasian hari ini diliburkan.
Brankas dalam kondisi tertutup dan terkunci. Anehnya pencuri tidak mengambil semua uang yang ada dalam brankas itu melainkan mengambil satu juta real saja.
"Pencuri sangat cerdik, bahkan aku tidak menemukan sidik jarinya di sini."
Zack sudah memahami hal itu. Mana mungkin pencuri itu ceroboh dengan memberikan sidik jarinya menempel di mana-mana sehingga ia tidak akan mencari bukti dengan mencari sidik jari si pencuri.
Zack melihat hasil rekaman CCTV pagi ini di ruang area keamanan untuk membandingkan dengan hasil rekaman CCTV miliknya yang ia dapatkan dari pak kepala kepolisian.
Kening Zack mengernyit ketika melihat hasil gambarnya sama. Padahal saat ini di lokasi kejadian ada opsir Julio yang sedang mencari barang bukti, tetapi tidak tertangkap oleh kamera pengawas.
"Sial, kita tertipu," ucap Zack seraya menuju area brankas dengan terburu-buru melangkahkan kakinya.
Zack mengambil kursi kayu untuk ia posisikan di bawah kamera pengawas itu untuk kemudian ia naiki dengan sedikit berjinjit.
Zack memperhatikan kamera pengawas itu lebih dekat dan ia baru menyadari bahwa ada sesuatu yang menempel di sana.
Sebuah foto digital yang dicetak dengan media sticker plastik yang merekat tepat di depan kamera CCTV itu.
Zack melepaskan sticker itu dari kamera CCTV lalu memasukkannya ke dalam plastik barang bukti.
"Apa, jadi selama ini yang tertangkap oleh kamera CCTV itu adalah gambar sticker?" tanya Opsir Julio yang terlihat kesal merasa dibodohi oleh si pencuri.
Zack mengangguk, ia masih belum mengerti bagaimana pelaku bisa membuka brankas dengan begitu mudahnya.
Apalagi si pelaku bisa membuat sticker bergambar lokasi ruangan itu dengan jelas dari sudut kamera pengawas, sehingga ia dengan mudah mengecoh polisi dalam mencari barang bukti.
"Hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama petugas CCTV yang bisa membuat gambar seperti ini dan yang ke dua adalah seseorang petugas yang dipercaya membuka brankas yang bisa mengambil uang dengan mudahnya tanpa merusak brankas tersebut," ungkap opsir Zack mengemukakan pendapatnya.
"Apa kau merasa mereka bekerjasama untuk melakukan ini?" tanya opsir Julio kemudian.
"Entahlah, kita hanya membutuhkan kesaksian dari dua orang tersebut untuk mendengar alibi mereka sebelum menentukan langkah selanjutnya."
Opsir Julio memerintahkan kepada anak buahnya untuk segera menindak lanjuti apa yang Zack katakan yaitu menangkap kedua tersangka untuk dimintai keterangan. Dengan patuh dua orang anak buahnya itu mengangguk, tanpa berkata langsung mengerjakan apa yang diperintahkan atasannya.
Seseorang dengan langkah terburu-buru mendatangi opsir Zack dan opsir Julio. Ia sepertinya ingin memberikan informasi penting kepada kedua opsir itu.
"Pak Polisi, saya menemukan ini menempel di dinding kaca lobby bank," ucap orang tersebut yang ternyata ada seorang scurity. Lelaki itu menghentikan langkahnya di depan Zack seraya memberikan secarik kertas yang terdapat selotip di kedua sisinya.
Zack mengambil kertas tersebut lalu dibacanya sekilas. Ekspresi wajahnya tampak berubah setelah membaca isi dari potongan kertas itu. Opsir Julio yang memperhatikan perubahan ekspresi Zack langsung menyambar dengan tidak sabar kertas tersebut dan membacanya dengan keras.
JANGAN MENCARIKU, AKU HANYA MENGAMBIL BAGIANKU.
"Apa maksudnya?"
Zack enggan menjawab ataupun bicara sepatah kata pun, tatapannya tajam hingga kemudian melangkah mendekati si scurity.
"Kapan kau menemukan ini?" tanya Zack kepada scurity tersebut.
"Saat pagi tadi, ketika membuka pintu harmonika. Kertas itu sudah menempel di depan dinding kaca lobby bank."
"Periksa kembali CCTV yang mengarah ke pintu lobby dalam delapan jam ke belakang!" perintah Zack kepada semua orang yang membuat mereka semua berteriak hampir bersamaan.
"A-pa?"
Bukan hal mudah untuk mengecek CCTV, butuh ketelitian dan kecermatan serta kesabaran.
Bagaimana tidak, kita harus melihat hal yang sama dalam waktu berjam-jam hanya untuk mencari satu bukti yang belum tentu ada.
Kita harus duduk di depan layar tanpa bisa mengalihkan perhatian sedikit pun. Jika tidak maka kejadian yang berlangsung mungkin dilakukan sangat cepat akan terlewat begitu saja padahal itu adalah bukti yang mungkin penting dan bisa mengarahkan kepada pelaku sebenarnya.
**********
Seperti biasa, Zack mengendarai motor kesayangannya untuk segera pulang mengistirahatkan tubuhnya, tetapi sebelum itu ia mampir terlebih dulu ke kedai makanan yang ada di simpang jalan menuju apartemennya.
Zack memesan nasi putih atau biasa disebut arroz dan makanan pendamping yang wajib ada yaitu feijao sejenis sup kacang polong juga air mineral sebagai menu makan malamnya.
Sebagai seorang pria karir yang belum menikah, Zack jarang memasak makanan sendiri. Sehingga ia lebih banyak membeli makanan jadi sebagai satu-satunya asupan nutrisi untuk tubuhnya.
Setelah membayar makanan yang dibeli, Zack segera keluar dengan membawa kantung plastik yang berisi makanan dengan beberapa box kertas di dalamnya.
"Pencopet-pencopet! Toloooong!"
Seorang ibu yang membawa anak kecil berteriak meminta tolong karena tas yang ia bawa dicuri oleh pencuri jalanan.
Zack yang mengetahui hal itu segera meletakkan makanannya di dalam jok motor lalu menyalakan mesin motor itu untuk kemudian mengejar sang pencuri jalanan yang tidak tahu etika itu.
Dengan kecepatan penuh dan berbekal ingatannya tentang plat nomor motor yang digunakan si pencuri, Zack berusaha mengejarnya.
Terjadi aksi kejar-kejaran antara Zack dan juga si pencuri. Motor pencuri melewati jalan besar, meliuk-liuk dengan kecepatan penuh menyalip kendaraan-kendaraan di depannya.
Zack menyusulnya dengan sama cepatnya. Mereka hampir beriringan, tetapi dengan keahliannya mencuri, motor si pencuri menambah kecepatan sehingga Zack berada di belakangnya lagi.
Ketika Zack hampir beriringan kembali, sebuah mobil menyebrang menghalangi laju kendaraan Zack membuatnya harus menghentikan motornya.
Namun, Zack tidak kehilangan akal, ia menembakkan sesuatu yang berhasil mendarat tepat di bagian belakang notor si pencuri. Itu adalah alat sadap berukuran mikro yang akan terhubung dengan alat pemindai jalan yang sudah ia pasang di motor kesayangannya. Zack melihat jalan mana yang akan dilewati si pencuri lalu mencari jalan alternatif lain untuk menjebak si pencuri agar berada dalam perangkapnya.
Zack menghubungi salah satu petugas polisi yang berjaga di lokasi terdekat. Ia menyebutkan ciri fisik dan plat nomor si pencuri dengan jelas agar mereka bisa membantu melacak si pencuri dan menangkapnya.
Dari balik kaca helmnya, Zack melirik ke arah jalan yang akan bisa membawanya langsung ke tempat si pencuri. Dengan lincah ia belokkan motornya dengan satu kaki berpijak di aspal, lalu menambah kecepatan di gang-gang agak sempit.
Dari kejauhan, Zack bisa melihat motor pencuri itu berada di ujung jalan yang tentunya mereka akan bertemu di persimpangan jalan. Zack kembali mempercepat laju kendaraannya, tetapi tiba-tiba seorang wanita menyebrang dengan sembarangan tanpa melihat bahwa banyak kendaraan berlalu-lalang.
CIIIITT.
Zack menginjak rem dengan kuat, berharap tidak akan terjadi kecelakaan. Beruntung rodanya berakhir tepat di sebelah perempuan itu sehingga kecelakaan tidak sampai terjadi.
Zack menghela napasnya, lalu sedikit membuka kaca helmnya.
"Nona, apa kau ingin bunuh diri?"
Perempuan itu menoleh heran ke arah Zack, membuat Zack terkesiap dengan mata membeliak dan mulut ternganga penuh keterkejutan.
"Kau!" pekik Zack setengah terlonjak dari atas motornya melihat siapa yang hampir ditabraknya.
"Aku tidak ingin bunuh diri, aku sudah biasa berjalan-jalan seperti ini," ucap perempuan itu dengan santainya yang ternyata adalah nona hantu yang selama ini mengganggu ketenangan Zack.
"Menyingkirlah! Kalau tidak aku akan menabrakmu."
Nona hantu itu menatap Zack, lalu berjalan mendekat. Tanpa permisi ia langsung naik ke atas boncengan motor Zack.
"Hai, siapa yang menyuruhmu naik? Cepat turun!"
Zack membentak nona hantu itu, sedikit rasa ngeri menghampirinya karena posisi mereka berdua terlalu dekat membuat Zack lebih memajukan posisi duduknya menjauh dari nona hantu itu.
"Aku ingin ikut denganmu. Aku sangat kesepian. Hanya kau yang bisa kuajak bicara. Jadi sudah kuputuskan bahwa aku ingin ikut denganmu saja."
"Tidak, turun!" bentak Zack lagi tidak ingin berkompromi, tetapi nona hantu itu malah memeluknya dengan erat dari belakang seolah enggan kehilangan Zack yang merupakan satu-satunya orang yang bisa mengetahui keberadaannya.
"Zack, ayolah! Jangan terlalu kejam kepada seorang wanita. Apa kau tidak kasihan kepadaku yang hidup sendiri tanpa seseorang pun yang mengetahui keberadaanku."
Zack ingin menolak, tetapi pandangan orang-orang yang melewatinya dengan menunjukkan tatapan aneh membuat Zack mengurungkan niatnya. Mungkin mereka mengira Zack sudah gila karena marah-marah sendiri di atas motornya.
"Baiklah, terserah kau saja."
Zack kembali menghidupkan mesin motornya lalu melaju ke keramaian jalan bersama Nayla, si nona hantu yang masih kekeh bahwa dirinya masih hidup. Nayla duduk di boncengan belakang Zack dengan memeluknya erat seolah takut terjatuh dari atas motor Zack yang sedang melaju dengan cepat.
Motor Zack melesat cepat membelah jalanan untuk menemukan si pencuri yang sedari tadi dikejarnya. Netranya menangkap titik-titik lokasi di mana kemungkinan pencuri itu melarikan diri dari alat pemindai jalan yang ia miliki. Nayla yang ada di belakangnya hanya menutup mata sambil memeluk tubuh lelaki di depannya itu, seolah takut akan terjatuh. Kendati ia hanya arwah yang tak berjasad, tetapi naluri manusianya masih ada. Ia mendekap erat tubuh Zack sebagai pengaman terakhirnya dari laju motor Zack yang melaju jauh dari kecepatan normal. Zack menghentikan laju kendaraannya ketika ia melihat sebuah motor terparkir di sebuah rumah kosong yang ada di pinggir jalan. Ia memarkirkan motor kesayangannya itu di bawah pohon yang ada di depan rumah tersebut lalu menghubungi rekan sesama polisi untuk segera mengepung tempat itu. "Tunggu di sini dan jangan kemana-mana! Ini akan berbahaya." pinta Zack kepada Nayla yang dijawab anggukan oleh nona hantu itu. Zac
"Mandy!" Zack menatap gadis yang kini berada di depannya itu dengan perasaan bahagia. Karena kesibukan Zack, ia tidak sempat menemui kekasihnya itu dalam kurun beberapa minggu. Dan kini rasa rindu yang ditahannya selama beberapa minggu terbayar sudah dengan kedatangan Mandy di kamar perawatannya. "Zack, mengapa bisa sampai seperti ini?" ucap Mandy dengan wajah penuh kekhawatiran melihat kondisi Zack yang penuh dengan perban yang membalut beberapa bagian tubuhnya. Zack menyunggingkan senyum, merasa bahagia dicemaskan wanita yang dicintainya. "Aku tidak apa-apa, hanya luka ringan. Bagaimana keadaanmu?" "Beginilah, kau terlalu sibuk hingga melupakanku!" Wajah Mandy terlihat lucu dengan pipi menggembung seperti itu, merajuk dengan sang kekasih yang tak pernah menemuinya. Zack terkekeh kecil, wajahnya sedikit nyeri jika digunakan untuk tertawa. "Aku tidak mungkin melupakanmu, hanya saja ada kasus mendesak yang membuatku sangat
"Halo?" Terdengar suara Mandy di seberang sana saat Zack menghubunginya. Meskipun ia ingin memberi kejutan, setidaknya ia memastikan dulu di mana kekasihnya itu berada sehingga ia bisa memberikan kejutan di waktu yang tepat. "Mandy, emm ... kau ada di mana?" Zack sedikit gugup mengatakannya. "Emm, aku di rumah. Tentu saja ada di rumah. Ada apa?" "Tidak, aku hanya ingin memastikan. Karena aku menghubungimu dua kali baru bisa tersambung," ucap Zack sedikit curiga dengan sikap Mandy yang tak biasa. "Aku baru keluar dari toilet. Tidak mungkin 'kan ke toilet membawa ponsel?" "Oh, apa kau yakin?" tanya Zack lagi mencoba memastikan. "Zack, buat apa aku berbohong. Sudahlah, aku sedang kesal," ucap Mandy yang langsung mematikan ponselnya. Zack tersenyum mendengar Mandy kesal kepadanya, karena setelah ini ia akan datang untuk menghiburnya. Dan ia yakin bahwa Mandy tidak akan bertahan lama marah kepadanya, karena seperti itulah biasanya.
Nayla tersenyum cerah ketika berjalan mendekati rumah yang dulunya sering ia pijaki. Sudah lama sekali sejak kecelakaan maut yang menimpanya tiga tahun silam yang mengakibatkan dirinya koma hingga saat ini, tidak bertamu ke rumah Victor yang merupakan kekasih sekaligus calon tunangannya.Nayla berencana bertunangan usai ia berhasil mendapatkam gelar doctor-nya yaitu setelah ia menyelesaikan Coas di sebuah rumah sakit milik keluarga besarnya.Namun, karena kecelakaan maut yang hampir membuatnya tiada, dan mungkin bisa dibilang hidup, tetapi mati membuat Nayla kehilangan semuanya.Nayla hampir putus asa dengan nasibnya, tetapi Victor yang selalu setia menemaninya di saat Nayla mengalami masa-masa sulit, membuat ia yakin suatu saat dia bisa hidup kembali dengan tubuh yang saat ini sedang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.Selama tiga tahun terakhir, Victor tidak pernah terlupa untuk mengunjungi Byla dengan membawa buket bunga untuk diletakkan di a
Suasana malam itu terasa begitu dingin, deru ombak pantai bergulung-gulung dan sesekali terpecahkan oleh batu karang yang menjulang kokoh di tengah lautan. Zack dan Nayla merebahkan tubuhnya terlentang beralaskan pasir pantai sambil menengadah memandang hamparan bintang-bintang yang ada di langit. Tatapan keduanya tampak kosong dan hanyut oleh pikiran masing-masing. Zack mengingat kembali bagaimana masa-masa indahnya dulu bersama Mandy. Kenangan itu terasa manis, tetapi menyakitkan jika untuk dikenang. Pun demikian dengan Nayla, kebersamaannya bersama Victor adalah kenangan terindah semasa hidupnya. Ya hidup seperti manusia normal yang dulu pernah ia dapatkan. Entah kapan kehidupan seperti itu akan ia dapatkan kembali, atau mungkin ia akan seperti ini selamanya. "Zack, apakah kau tertidur?" tanya Nayla tanpa melihat ke arah Zack. Zack yang masih termenung hanya menjawab sekenanya. "Heem." Nayla sedikit menyunggingka
Hari pertama setelah libur selama satu minggu, membuat Zack bangun lebih pagi. Semalam ia sudah menyiapkan segala berkas yang akan ia lakukan penyelidikan selanjutnya mengenai pencurian bank swasta yang misterius itu. Zack memasukkan semua perlengkapannya ke dalam tas ranselnya kemudian segera keluar dari unit apartemennya.Seperti biasa, Zack lebih suka mengendarai motor kesayangannya daripada harus menggunakan mobil. Menurutnya menggunakan motor jauh lebih efisien, cepat dan hemat.Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit Zack sudah berada di halaman parkir kepolisian pusat. Ia mengunci ganda kendaraannya lalu beranjak untuk segera masuk ke dalam gedung. Beberapa orang tampak mengangguk ketika berpapasan dengan Zack sebagai tanda hormat kepada lelaki itu."Opsir Zack, bagaimana keadaanmu?" tanya opsir Julio yang tiba-tiba datang menepuk bahunya. Opsir Julio mengikuti Zack hingga masuk ke dalam ruangannya."Sangat baik. Apakah ada perkembangan kasus?"
Malam ini hujan turun begitu lebat. Dari jendela kaca terlihat angin bertiup sangat kencang, menggoyangkan dahan dan ranting pepohonan yang berada di area apartemen.Zack bisa melihatnya dari atas sana, ada beberapa pohon tumbang yang menghalangi jalan masuk ke area apartemen. Mungkin besok banyak petugas yang akan dikerahkan untuk segera membereskan kekacauan akibat hujan lebat malam ini.Hawa dingin yang terasa merasuk ke kulit tidak membuat mata Zack bisa terpejam lelap. Lelaki itu sedari tadi hanya berguling-guling untuk berusaha tidur mencari posisi nyamannya, tetapi tetap saja ia tidak bisa terbuai di alam mimpi.Zack keluar dari kamarnya menuju pantry dapur. Mungkin segelas susu hangat bisa membantunya untuk tertidur. Ia menyalakan kompor dengan memasak susunya terlebih dahulu. Susu sapi murni yang ia sediakan dalam lemari es ia tuangkan di dalam panci susu untuk kemudian melakukan proses pasteurisasi.Terdapat perhitungan spesifik untu
Zack memutuskan untuk mencari Nayla di rumah sakit sekaligus mencari kebenaran mengenai penyelidikannya tentang keluarga Higashino.Yang Zack ketahui, Nayla sebelumnya tidak pernah keluar dari rumah sakit sebelum bertemu dengannya di trotoar waktu itu.Mungkin saja saat ini Nayla berada di ruang perawatannya sambil menjaga tubuhnya yang sedang koma seperti sebelum-sebelumnya. Jika Zack diberi kesempatan untuk bertemu Nayla kembali, mungkin ia akan lebih menghargai gadis itu dan tidak akan mengabaikannya lagi.Zack melangkah ke arah resepsionis untuk menanyakan kamar perawatan Nayla dan memperkenalkan dirinya sebagai opsir polisi. Demi penyelidikan, pihak rumah sakit tentu mengizinkan Zack untuk melihat pasien khususnya itu, tetapi hanya berada di posisi luar ruangan dan ditemani seorang dokter yang menangani Nayla.Zack tidak mempermasalahkan hal itu. Ia hanya ingin melihat kebenaran kondisi Nayla.Apakah benar Nayla yang ada di rumah s
Stevan memasuki kamarnya setelah tragedi salah masuk kamar itu berlalu. Dilihatnya Arisa masih mengenakan handuk tengah berjinjit mengambil koper yang berada di atas lemari pakaian. Hiroyuki memang menyiapkan pakaian baru di kamar masing-masing untuk kedua mempelai sehingga mereka tidak perlu repot-repot membawa pakaian ganti.Stevan tampak gugup melihat apa yang tersaji di depan matanya. Kaki jenjang Arisa yang tanpa penutup hingga paha atas terekspose sempurna membuat Stevan meneguk ludahnya berkali-kali.Ingin sekali dirinya cepat-cepat memadu kasih dengan si pemilik tubuh itu. Pasti malam ini akan begitu istimewa mengingat ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Dan Stevan juga tahu jika Arisa juga belum pernah terjamah oleh lelaki mana pun."Biar kuambilkan."Suara Stevan mengagetkan Arisa yang terlalu fokus dengan koper itu. Ia tidak menyadari kehadiran Stevan sebelumnya, hingga suara lelaki itu membuatnya terlonjak terkejut.Disilangkannya
Kini kedua pasang pengantin itu sudah berdiri di depan banyak orang, menyambut para tamu yang telah menghadiri pernikahan mereka.Zack dan Nayla juga Stevan dan Arisa secara bergantian mendapatkan ucapan selamat, baik dari keluarga terdekat juga kerabat jauhnya."Zack," Suichi yang pertama kali menghampiri sebagai keluarga tertua untuk mengucapkan selamat kepada mempelai pria.Entah sejak kapan pemandangan langka itu terjadi. Zack dan Suichi saling tersenyum untuk kemudian berpelukan erat. Keduanya seperti keluarga jauh yang baru saja bertemu untuk sekian waktu lamanya.Bahkan Nayla yang berada di dekat Zack ternganga melihat hal yang tak biasa yang kini terjadi di depannya. Begitu juga dengan Arisa, Stevan dan keluarga Nayla yang lain."Selamat ya, Zack. Ingat, jangan membuat keponakanku menangis karena ulahmu. Aku bisa saja membunuhmu jika kau melakukan itu."Zack menyunggingkan senyum ketika mendengar penuturan bengis yang masih terselip
KRIIIIINGGGGAlarm berbunyi nyaring membuat kedua lelaki itu menutup telinganya dengan bantal.Semalam Zack dan Stevan harus lembur karena menangani sebuah kasus yang membuat keduanya harus tidur menjelang pagi. Stevan memegangi bantalnya kuat dan membekam telinganya untuk menghalau suara nyaring alarm itu, sementara Zack menggapai jam mungil itu untuk menghentikan deringannya yang memekakkan telinga.Alarm berhenti berbunyi, tetapi masih saja ada satu hal yang membuat tidur keduanya terganggu.Suara dering ponsel Zack yang tidak berhenti berbunyi membuat lelaki itu harus membuka matanya secara paksa. Zack menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya."Halo!" Suara seraknya khas orang bangun tidur itu akhirnya terdengar di seberang sana."Zack, kau sedang apa?"Lelaki itu mengerjab beberapa saat mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya."Nay, ada apa kau memba
Zack menutup kedua mata Nayla menggunakan kedua telapak tangannya. Menuntun gadis itu untuk berdiri di sebuah tempat yang sebelumnya telah menjadi kejutan untuk Nayla."Kejutan!" Zack melepaskan tangannya dari mata Nayla, membuat gadis bernetra hitam itu membuka matanya, menatap sekeliling dengan apa yang telah Zack persiapkan untuknya.Zack mengajak Nayla untuk melakukan makan malam romantis di depan pantai. Tempat di mana mereka sering merajut kasih dengan banyak mimpi yang selama ini keduanya lakukan."Zack, ini sangat indah." Nayla tak bisa menyembunyikan raut kekaguman dengan apa yang telah terlihat di depan matanya.Zack menyiapkan segalanya sejak siang tadi. Acara dadakan itu telah berhasil membuat Nayla terpukau dengan kejutan manis yang Zack berikan kepadanya."Syukurlah kau menyukainya."Tangan kekar itu meraih pinggang Nayla untuk didekatkan kepadanya. Sontak lelaki itu mendapat pelototan dari mata Nayla.Zack terkekeh, men
Zack menahan lengan Nayla ketika gadis itu akan pergi."Mau ke mana?" tanyanya kemudian dengan tangan mempertahankan lengan Nayla dalam genggamannya.Gadis itu berhenti, mengurungkan niatnya yang akan pergi dari kamar Zack."Aku akan tidur di kamar atas. Kita belum menikah, 'kan?" Sedikit merah wajah Nayla ketika mengatakannya.Zack tersenyum sekaligus merasa gemas dengan sikap Nayla. Apapun yang membuat Nayla malu, dia menyukainya."Tapi ... aku ingin kau menemaniku malam ini. Boleh, 'kan?"Bertambah meronalah pipi Nayla. Zack semakin berani mengatakan hal yang mengarah ke sana."Zack, kau mau apa?" tanya Nayla kemudian, mencoba menantang Zack yang sengaja menggodanya.Zack terkekeh. Dia memang berniat untuj menggoda Nayla saja, tetapi rasa ingin melakukan sesuatu tiba-tiba menghampiri untuk ingin segera dituntaskan."Nay, sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Nayla menautkan kedua alisnya, gugup mend
Nayla mendorong kursi roda dengan Zack duduk di atasnya. Kedua insan manusia itu tak bisa melepaskan senyum di bibirnya yang sejak tadi bertengger tanpa jeda.Sesekali Zack menatap ke atas, bertabrakan pandang dengan Nayla lalu saling melempar senyum.Arisa menunggu di depan lobby bersama Stevan. Gadis itu menyiapkan perlengkapan Zack yang kini masih menggunakan kursi roda.Stevan membukakan pintu mobil itu, membantu Zack untuk berpindah tempat dari kursi roda ke kursi mobil. Zack masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan ataupun berdiri sendiri.Terhitung tiga minggu sejak dirinya tersadar dari koma, Zack akhirnya memutuskan pulang dengan Nayla yang bertanggung jawab untuk merawatnya.Zack sudah berada di dalam mobil, sementara Nayla berputar untuk mengambil duduk di samping Zack dengan masuk melewati pintu bagian lain.Kursi roda sudah diletakkan di bagasi mobil bersamaan barang-barang Zack yang tertinggal."Hai, lihatlah! Apakah k
Nayla yang memahami itu, bergegas menuangkan minuman untuk Zack. Namun, dengan cepat Mandy merebut gelas berisi air itu dari tangan Nayla."Zack, minumlah!"Mandy membantu Zack minum dengan membantu lelaki itu duduk dari pembaringannya.Disesapnya air yang berada dalam gelas bening itu. Hanya sedikit saja, untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang telah kering karena selama berbulan-bulan lamanya terbaring tanpa daya di rumah sakit.Mandy membantu Zack berbaring lagi dengan menata bantal yang digunakan untuk menumpu kepalanya.Namun, Zack menolak untuk berbaring. Dia ingin duduk saja, sehingga Mandy mengubah posisi bantal itu menjadi berdiri sebagai sandaran punggung Zack.Tampaknya wajah pucat itu belum sepenuhnya tersadar. Zack mengerjapkan matanya kemudian dengan rasa pusing yang menyergap di kepala. Barulah beberapa saat kemudian, akhirnya Zack menyadari bahwa perempuan yang sedari tadi membantunya adalah Mandy."Mandy," panggil
Empat bulan kemudian ...Rumah itu terlihat sangat menyejukkan dengan banyaknya bunga yang tertata cantik di setiap sudut ruangan. Nampak asri dan indah karena dijaga dan dirawat dengan penuh cinta dan kasih sayang.Sejak kepulangan Nayla dari rumah sakit, gadis itu memilih untuk tinggal di rumah Zack. Arisa sempat melarangnya karena kondisi tubuhnya belum pulih benar, tetapi tekad Nayla sudah bulat. Hidupnya akan sepenuhnya ia dedikasikan kepada Zack.Ya, Zack masih belum sadarkan diri. Namun, hal itu tidak membuat rasa cinta Nayla berkurang. Setiap hari setelah menyelesaikan tugasnya di rumah sakit, Nayla selalu menemani Zack hingga malam.Tidak ada rasa bosan dalam diri gadis itu ketika melakukan rutinitasnya setiap hari. Bahkan Nayla menikmatinya seolah sedang mengabdikan dirinya kepada suaminya sendiri.Nayla dengan ceria membacakan Zack kisah-kisah lucu, bercerita tentang rutinitasnya yang ia lakukan setiap hari hingga harapan-harapannya meng
Wajah Nayla nampak pasi mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Napasnya masih tersenggal dengan raut muka kebingungan.Apa yang terjadi? Mengapa dia berada di rumah sakit?Ingatannya berputar ke belakang ketika terakhir kalinya ia dan Zack bersama.Kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan, virus Zombie, perbudakan, serum penawar dan ledakan besar bangunan itu. Lalu Zack? Bagaimana dengan Zack? Apakah dia baik-baik saja, atau ....Apakah Zack sudah tiada?Di mana dia?Nayla terlihat kebingunan, banyak pertanyaan di benaknya yang menuntut ingin segera mendapatkan jawaban.Arisa menghampiri Nayla yang sebelumnya menuangkan air dalam gelas bening untuk diberikannya kepada Nayla. Arisa duduk di sisi ranjang Nayla dengan menghadap kepada adik semata wayangnya itu."Nayla, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya lembut dengan menyentuh tangan Nayla sembari mengulurkan segelas air itu kepada Nayla.Nayla menoleh ke arah Arisa. Ke