Suasana malam itu terasa begitu dingin, deru ombak pantai bergulung-gulung dan sesekali terpecahkan oleh batu karang yang menjulang kokoh di tengah lautan.
Zack dan Nayla merebahkan tubuhnya terlentang beralaskan pasir pantai sambil menengadah memandang hamparan bintang-bintang yang ada di langit. Tatapan keduanya tampak kosong dan hanyut oleh pikiran masing-masing.
Zack mengingat kembali bagaimana masa-masa indahnya dulu bersama Mandy. Kenangan itu terasa manis, tetapi menyakitkan jika untuk dikenang.
Pun demikian dengan Nayla, kebersamaannya bersama Victor adalah kenangan terindah semasa hidupnya. Ya hidup seperti manusia normal yang dulu pernah ia dapatkan. Entah kapan kehidupan seperti itu akan ia dapatkan kembali, atau mungkin ia akan seperti ini selamanya.
"Zack, apakah kau tertidur?" tanya Nayla tanpa melihat ke arah Zack.
Zack yang masih termenung hanya menjawab sekenanya.
"Heem."
Nayla sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya, meskipun Zack malas menanggapi setidaknya masih ada yang mau mendengarnya.
"Zack, jika di dunia ini sudah tidak ada yang mengharapkanmu tetap hidup, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mengakhiri hidupmu karena tidak ada satu pun yang menginginkanmu?"
Zack menoleh ke arah Nayla, gadis itu menatap ke atas di mana terdapat bintang-bintang berkilauan yang sedang menghiasi cakrawala.
"Hidup matiku bukan karena keinginan seseorang. Aku tidak peduli ada yang ingin aku hidup atau mati. Semua itu tidak penting lagi bagiku."
"Bagaimana denganku? Aku berada di tengahnya. Antara hidup dan juga mati, bahkan lelaki yang kucintai mengatakan bahwa aku adalah mayat hidup. Apakah menurutmu aku menyerah saja dengan kematianku? Karena hidup pun tidak ada yang menginginkanku," tutur Nayla dengan wajah putus asanya.
Zack hanya terdiam mendengar perkataan Nayla. Mungkin benar, Zack lebih beruntung dari gadis itu. Zack hanya kehilangan cintanya saja, tetapi jiwa dan raganya masih menjadi miliknya. Namun, hal itu sangat berbeda dengan kondisi Nayla. Perempuan itu sudah lama terpisah dengan jasadnya dan saat-saat sulit seperti ini membuat Nayla putus asa. Ada rasa iba dari diri Zack untuk Nayla. Tanpa ia sadari, tangannya terulur untuk kemudian menggenggam tangan Nayla dengan erat seolah memberikan semangat dan harapan baru kepada perempuan itu.
Merasa tangannya digenggam erat, Nayla menoleh ke arah Zack. Lelaki itu masih setia menatap langit dengan wajah datarnya. Nayla sedikit menarik kedua ujung bibirnya, membuat senyum tipis yang indah.
Ketika itu, hanya Nayla sendiri yang bisa merasakan arti kekuatan sebuah genggaman tangan seorang teman di saat situasi terpuruknya seperti saat ini.
Keduanya kembali menatap hamparan bintang bersama-sama sambil mendengarkan irama deburan ombak laut di tengah malam yang terdengar merdu di hati mereka yang tengah bersedih.
************
"Semalam kau tidak pulang?"
Stevan yang baru pulang dari dinas malam menanyai Zack yang baru saja memarkirkan motor. Mereka tanpa sengaja bertemu di basement apartemen.
Zack hanya mengangguk tanpa bersuara, berjalan mendahului Stevan yang masih bingung dengan sikap Zack yang tak biasa.
Keduanya berjalan saling mendahului tanpa bertegur sapa lagi hingga sampai di depan pintu unit apartemen mereka.
Zack menekan tombol passcode lalu membuka pintu dan langsung masuk ke dalam unitnya. Ia menaiki tangga yang menuju kamarnya, melepas jaket dan sepatu dengan meletakkannya di sembarang tempat lalu berhambur menjatuhkan tubuh di atas kasur.
Stevan yang melihat perubahan Zack, tidak berani menanyainya terlebih dulu. Mungkin lelaki itu sedang ada masalah dengan kekasihnya. Karena yang Stevan ketahui Zack tadi malam sedang berkencan dengan Mandy, dan mungkin kencan mereka tidak berjalan dengan lancar sehingga membuat Zack menjadi uring-uringan seperti itu.
Stevan memilih membersihkan diri terlebih dulu dengan melepaskan seragam dan segala atribut kepolisiannya sebelum memasuki kamar mandi. Ya, sebaiknya ia menunda dulu bertanya kepada Zack mengenai kasus pencurian yang sedang Zack tangani, menunggu lelaki itu untuk menstabilkan emosinya.
***
Di sebuah rumah besar dan megah terdapat seorang taipan kaya yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan mengangkat satu kaki untuk ia tumpukan di atas kaki yang lain. Sambil mengulum cerutu di mulutnya, ia nyalakan pemantik api yang membuat asap mengepul menerpa wajah bengisnya.
Telinganya bertindik dengan anting berlian yang menghiasi cupingnya. Sorot matanya tajam dengan aura dingin yang penuh dengan kegelapan melingkupi sekitaran. Membuat semua orang yang berhadapan dengannya memilih mundur dan segera pergi agar tidak lagi berurusan dengan lelaki itu.
Datanglah terbongkok-bongkok seorang laki-laki malang dengan wajah menyedihkan berusaha mengiba kepada sang tuan yang nampak tidak sudi hanya untuk menatap ke arahnya.
"Apa yang bisa membuatku memaafkan kesalahanmu?"
Mata pria malang itu membulat sempurna. Jika tuannya sudah mengatakan kalimat itu, tentu tidak bisa ia lakukan selain pasrah dengan keadaan. Ya, nyawa di sini sama sekali tidak ada harganya. Mereka semua yang mengalami nasib sial dengan berurusan dengan laki-laki kejam itu dapat dipastikan akan mengalami kematian yang mengenaskan.
"Tuan, yang saya tahu opsir Zack memiliki kekasih yang rumahnya dekat dengan pinggiran kota. Dia adalah teman masa kecil sekaligus belahan jiwanya."
Mata lelaki itu menyipit menatap ke arah si pria malang. Sepatunya yang mengkilat menapak di atas lantai menimbulkan bunyi dentuman. Jari telunjuknya ia letakkan di bawah dagu pria malang itu membuat orang itu mendongak menatapnya.
"Aku menyuruhmu mencari sisi kriminalitasnya, bukan mencari kekasihnya."
Pria itu sedikit memundurkan kepalanya, takut menatap netra legam milik atasannya itu. Namun, ia tidak bisa melakukan hal lain selain pasrah dengan nasib buruk yang akan menimpanya.
"Ampun, opsir Zack terlalu bersih untuk dicari keburukannya. Mungkin Tuan bisa menggunakan kekasihnya agar dia bisa melepaskan adik Tuan."
"Bodoh!"
Pria itu dengan kejam menghempaskan dagu si lelaki malang yang sangat tidak berdaya di depannya. Matanya melirik ke arah anak buahnya untuk kemudian memberi isyarat agar menyingkirkan pria malang yang dianggapnya tidak berguna untuk segera dilenyapkan.
Dalam sekali anggukan dua orang bertubuh besar menyeret paksa lelaki malang yang berusaha meronta-ronta dan mengiba untuk dilepaskan, tetapi hal itu sama sekali tidak mengetuk hatinya untuk mengasihani lelaki lemah seperti itu.
"Opsir Zack, mungkin kita akan bermain-main setelah ini," ucapnya dengan mata berkilat penuh ancaman.
********
Pagi ini tampak begitu cerah. Hari minggu yang ditunggu-tunggu semua pekerja telah tiba, membuat semua orang yang biasanya sejak pagi sudah berkecimpung dengan kehidupan dunia kerja berubah lebih santai dan menikmati waktu.
Zack menggunakan pakaian santainya ingin sekedar lari pagi di jogging track yang merupakan salah satu fasilitas di apartemen tersebut. Stevan juga melakukan hal yang sama, lelaki itu dengan pakaian santainya juga bersiap-siap melakukan lari pagi bersama Zack.
"Zack tunggu! Aku ikut bersamamu," ucap Stevan sambil menyelesaikan mengikat tali sepatunya.
Zack berjalan perlahan sambil menunggu sepupunya itu mengejarnya. Lari pagi sangat baik untuk kesehatan, menyegarkan pikiran apalagi bagi seseorang yang tengah patah hati sepertinya. Zack dan Stevan memutuskan untuk berolahraga bersama melepas penat beban pekerjaan yang setiap hari memenuhi pikiran mereka.
"Kau mau kemana?"
Stevan yang akan berbelok ke arah jogging track menghentikan langkahnya ketika melihat Zack justru menuju basement bukan mengikutinya.
"Aku berubah pikiran. Aku ingin bersepeda," ucap Zack kemudian.
Tanpa menunggu reaksi dari stevan Zack mengambil sepedanya, mengenakan perlengkapan bersepeda lalu mengayuh sepedanya meninggalkan Stevan. Stevan hanya berdecak dengan menghentakkan kakinya kesal akan sikap Zack yang aneh itu.
Ada yang mengganggu pikiran Zack sehingga lelaki itu mengurungkan niatnya untuk berlari pagi di jogging track yang ada di sekitar apartemen dan memilih bersepeda. Mungkin karena sejak hari itu ia tidak bertemu lagi dengan Nayla, ya gadis hantu itu yang biasa mengganggunya kini tidak lagi muncul di depannya.
Bukannya Zack harusnya merasa senang? Karena ia merasa kemunculan Nayla yang tiba-tiba itu sering membuatnya kesal. Apalagi karena gadis hantu itulah ia sering mendapatkan tatapan aneh dari banyak orang yang menganggap dirinya gila.
Namun, kali ini ketika Nayla tidak lagi muncul di depannya ada rasa sepi yang melanda. Ya, Zack merasa kehilangan si gadis hantu yang selalu ceria dan memberinya semangat.
Zack mengayuh sepedanya dengan cepat, seolah mengalihkan perhatiannya dari pikiran-pikiran konyolnya tentang Nayla.
Tidak mungkin dia ada perasaan dengan gadis hantu itu, bukan? Mungkin dia sudah gila jika menyukai roh yang gentayangan seperti itu.
Zack yakin rasa kehilangan ini hanya sementara karena mungkin ia sudah terbiasa dengan kehadiran Nayla yang selalu mengganggunya setiap waktu, sehingga ketika Nayla tak lagi muncul ada rasa kesepian yang melanda dalam diri Zack.
Stevan memutuskan untuk ikut bersepeda. Ia tidak mungkin mengejar Zack karena sudah tertinggal jauh dari laki-laki itu. Ia mengayuh sepedanya untuk pergi ke taman kota, mungkin di sana ia bisa sekalian berjalan-jalan sambil berlari pagi di area taman. Dan jika beruntung ia bisa bertemu gadis cantik yang mungkin juga sedang berolahraga di tempat itu.
Stevan memarkirkan sepedanya di lahan parkir khusus sepeda. Ia mengenakan hoodie yang ia tutup di bagian kepalanya dipadukan celana olahraga pendek dan sepatu olahraga. Stevan berlari-lari kecil untuk sekedar mencari keringat di hari yang masih pagi.
Suasana tampak ramai dengan banyaknya orang-orang yang sedang berolahraga, ada sekumpulan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak. Ada pula sepasang kekasih yang berlarian riang dan saling bercanda. Sialnya Stevan datang hanya seorang diri.
Stevan melihat kaleng soft drink yang terjatuh, dirinya yang sedikit kesal menendang kaleng itu dengan gerakan ringan. Bergulinglah kaleng itu ke arah lain menjauh darinya.
Seseorang dari belakang Stevan bergerak cepat, sedikit menabrak bahu Stevan tanpa meminta maaf.
"Hey ...!" Stevan ingin meneriaki lelaki yang tidak sopan itu, tetapi kemudian ia mengurungkannya melihat lelaki itu dengan sigap memungut kaleng bekas dengan tangannya lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Maaf, aku tidak sengaja menendangnya," ucap Stevan kemudian kepada petugas kebersihan itu karena merasa tidak enak.
Petugas kebersihan itu tidak menjawab, ia hanya berlalu tanpa menatap Stevan sambil membawa sapu lidi dan pengki yang ia gunakan untuk membersihkan.
Stevan memperhatikan petugas kebersihan itu yang tampaknya masih sangat muda melakukan tugasnya dengan begitu cekatan. Ia tidak banyak bicara, tetapi langsung mengerjakan tugasnya dengan sempurna. Hal itu bisa dilihat dengan tidak adanya sampah yang berserakan di sekitar taman yang sekarang sudah banyak orang yang berlalu lalang untuk berolahraga.
Ketika Stevan ingin kembali melanjutkan lari paginya, tiba-tiba suara anak kecil yang berteriak mengalihkan perhatiannya.
"Moly, Moly, tolong Moly!"
Stevan menoleh, ternyata ada seekor anak anjing yang berlari ke tengah jalan dan dari kejauhan terdapat mobil yang melesat dengan cepat yang mungkin segera menyambar anjing tak berdosa itu.
Stevan berlari dengan cepat melewati beberapa pagar bunga, tetapi gerakannya itu tidak secepat dengan lelaki petugas kebersihan yang sedari tadi mendapat perhatiannya.
Lelaki itu dengan tubuhnya yang kurus melompat dengan lincah melewati pagar tanaman dan juga pembatas teralis taman yang cukup tinggi hanya dengan mengayunkan tubuhnya dan bertumpu pada lengan kanannya. Tubuhnya melesat ringan melewati pagar pembatas itu dan kemudian berlari berguling menangkap anak anjing kecil itu yang nyaris tertabrak mobil, karena dalam sekian detik berikutnya mobil di belakangnya melaju dengan sangat cepat melewati tubuh lelaki kurus itu yang tengah berguling dengan memeluk si anak anjing.
Semua orang yang melihat kejadian itu terkesiap dengan perasaan yang was-was. Takut jika petugas kebersihan itu tertabrak oleh mobil tadi. Stevan yang sudah berada di pinggir jalan memeriksa kondisi laki-laki itu yang masih meringkuk dengan mendekap anak anjing.
Mata lelaki itu terpejam rapat, napasnya sepertinya tersenggal. Stevan mengambil alih anjing kecil itu untuk diberikan kepada tuannya, lalu menolong petugas kebersihan itu yang masih memejamkan mata.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Stevan kemudian sambil berjongkok dengan tangan terulur menyentuh bahu petugas kebersihan itu.
Mata lelaki itu terbuka yang langsung bersitatap dengan Stevan. Dengan kasar ia menghempaskan tangan Stevan yang ada di bahunya lalu segera berdiri. Ia berjalan ke tengah jalan mengambil topi seragamnya yang terjatuh. Dengan wajah datar lelaki itu mengenakan topinya kembali dan menutupi hampir sebagian wajahnya dari pandangan orang lain.
Hari pertama setelah libur selama satu minggu, membuat Zack bangun lebih pagi. Semalam ia sudah menyiapkan segala berkas yang akan ia lakukan penyelidikan selanjutnya mengenai pencurian bank swasta yang misterius itu. Zack memasukkan semua perlengkapannya ke dalam tas ranselnya kemudian segera keluar dari unit apartemennya.Seperti biasa, Zack lebih suka mengendarai motor kesayangannya daripada harus menggunakan mobil. Menurutnya menggunakan motor jauh lebih efisien, cepat dan hemat.Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit Zack sudah berada di halaman parkir kepolisian pusat. Ia mengunci ganda kendaraannya lalu beranjak untuk segera masuk ke dalam gedung. Beberapa orang tampak mengangguk ketika berpapasan dengan Zack sebagai tanda hormat kepada lelaki itu."Opsir Zack, bagaimana keadaanmu?" tanya opsir Julio yang tiba-tiba datang menepuk bahunya. Opsir Julio mengikuti Zack hingga masuk ke dalam ruangannya."Sangat baik. Apakah ada perkembangan kasus?"
Malam ini hujan turun begitu lebat. Dari jendela kaca terlihat angin bertiup sangat kencang, menggoyangkan dahan dan ranting pepohonan yang berada di area apartemen.Zack bisa melihatnya dari atas sana, ada beberapa pohon tumbang yang menghalangi jalan masuk ke area apartemen. Mungkin besok banyak petugas yang akan dikerahkan untuk segera membereskan kekacauan akibat hujan lebat malam ini.Hawa dingin yang terasa merasuk ke kulit tidak membuat mata Zack bisa terpejam lelap. Lelaki itu sedari tadi hanya berguling-guling untuk berusaha tidur mencari posisi nyamannya, tetapi tetap saja ia tidak bisa terbuai di alam mimpi.Zack keluar dari kamarnya menuju pantry dapur. Mungkin segelas susu hangat bisa membantunya untuk tertidur. Ia menyalakan kompor dengan memasak susunya terlebih dahulu. Susu sapi murni yang ia sediakan dalam lemari es ia tuangkan di dalam panci susu untuk kemudian melakukan proses pasteurisasi.Terdapat perhitungan spesifik untu
Zack memutuskan untuk mencari Nayla di rumah sakit sekaligus mencari kebenaran mengenai penyelidikannya tentang keluarga Higashino.Yang Zack ketahui, Nayla sebelumnya tidak pernah keluar dari rumah sakit sebelum bertemu dengannya di trotoar waktu itu.Mungkin saja saat ini Nayla berada di ruang perawatannya sambil menjaga tubuhnya yang sedang koma seperti sebelum-sebelumnya. Jika Zack diberi kesempatan untuk bertemu Nayla kembali, mungkin ia akan lebih menghargai gadis itu dan tidak akan mengabaikannya lagi.Zack melangkah ke arah resepsionis untuk menanyakan kamar perawatan Nayla dan memperkenalkan dirinya sebagai opsir polisi. Demi penyelidikan, pihak rumah sakit tentu mengizinkan Zack untuk melihat pasien khususnya itu, tetapi hanya berada di posisi luar ruangan dan ditemani seorang dokter yang menangani Nayla.Zack tidak mempermasalahkan hal itu. Ia hanya ingin melihat kebenaran kondisi Nayla.Apakah benar Nayla yang ada di rumah s
Hujan terus mengguyur pusat kota. Bersamaan dengan itu dua insan yang berbeda dunia masih saling berdekatan mengutarakan perasaan tanpa kata.Zack melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Nayla, menurunkan kedua tangannya dari pipi Nayla menuju telapak tangan gadis itu, menyematkan di sela-sela jari Nayla lalu saling mencengkram memberikan kekuatan.Zack masih menunduk, menyatukan keningnya dengan kening Nayla. Ada rasa aneh yang menjalar dalam dirinya bersamaan deru napasnya yang tak beraturan. Apa yang sudah dia lakukan? Dia mencium Nayla tanpa meminta izin gadis itu terlebih dahulu? Bukannya itu tidak sopan?Zack terlalu larut dalam suasana hingga tidak menyadari dengan apa yang ia lakukan. Bahkan ia tidak menyangka ciuman pertamanya akhirnya ia labuhkan kepada gadis hantu di depannya. Apakah Zack sudah gila?"Maaf," ucap Zack kemudian setelah menyadari kesalahannya kepada Nayla.Nayla terdiam, tak berbicara sedikit pun. Ia bingung harus menjawab
"Mandy?"Perempuan itu menoleh, mengulas senyum simpul di bibirnya."Stevan meneleponku, menyuruhku datang untuk merawatmu. Dia mengatakan bahwa kau sedang sakit sehingga aku buru-buru datang ke sini. Dokter sudah menyuntikkan obat penurun panas dan sepertinya suhu tubuhmu sudah turun," ucap Mandy dengan meletakkan handuk yang sudah diperas itu ke kening Zack.Zack menahan lengan Mandy yang akan meletakkan handuk itu di keningnya."Seharusnya kau tidak perlu datang."Zack bangun dari tidurnya, berdiri menghindari Mandy. Sungguh ia tidak ingin bertemu dengan perempuan itu."Aku sudah sembuh, sebaiknya kau segera pulang," ucap Zack sambil berjalan ke depan untuk membuka pintu kamarnya, mengusir Mandy secara halus."Zack, aku tahu kau marah kepadaku. Tapi tolong, jangan menghukum dirimu seperti ini. Aku tidak ingin kau sakit karenaku."Zack mengulas senyum getir, menertawai dirinya sendiri. Apakah sebegitu menyedihkannya dirinya h
"Apa ini cukup?" tanya Zack sambil mendorong troli belanjaannya."Cukup. Kita hanya butuh minyak sayur saja, setelah itu pulang."Nayla bersama Zack sedang berbelanja di supermarket, membeli bahan-bahan untuk memasak menu makan malam. Mereka berencana melakukan makan malam romantis dengan memasak sendiri sebagai perayaan hari di mana keduanya sudah resmi sebagai sepasang kekasih berbeda alam.Karena Zack tidak pernah memasak sebelumnya, sehingga mereka membeli beberapa peralatan masak dan banyak bahan makanan beserta bumbu dapur yang sangat asing bagi Zack.Beberapa orang yang kebetulan melihat Zack dengan banyaknya barang belanjaan yang sudah menumpuk di troli sedikit heran, tetapi tak ayal juga mereka mengagumi lelaki itu.Kadar ketampanan laki-laki akan bertambah berkali lipat jika sedang menggendong anak. Namun, jangan salah, lelaki yang sedang mendorong troli yang penuh dengan bahan masakan seperti sayur, buah, ikan dan daging pun bisa
Zack tampak sibuk berkutat dengan komputernya, ia masih bingung dengan apa yang telah ia lihat dari hasil rekaman CCTV.Zack sering kali melihat Nayla melakukan pekerjaan manusia seperti membaca, menangis dan memasak yang beberapa kali mereka lakukan akhir-akhir ini. Nanun, sebuah arwah mencuri uang, bukankah itu sangat aneh?"Apa kau sedang memikirkanku?"Nayla yang baru saja datang menepuk bahu Zack dari belakang. Lelaki itu menoleh, tangannya terulur menyentuh tangan Nayla, lalu mencium punggung tangannya mesra. Ia memutar tubuhnya bersamaan dengan kursi putar yang sedang ia duduki menghadap Nayla."Iya, aku ingin menanyakan sesuatu hal. Apa kau bisa membantuku menjawabnya?" tanya Zack kemudian."Katakan saja. Tentu aku mau membantumu!"Zack berdehem sejenak, mencari kalimat yang tepat agar Nayla tidak merasa tersinggung. Karena pertanyaannya mungkin kali ini berkaitan dengan fisiknya yang berupa makhluk tak kasat mata."Apa semua
Tim Arnold menghentikan sirinenya dari jarak yang agak jauh dari cabang bank yang dimaksud, berupaya agar pencuri itu tidak mendengar bahwa polisi datang mengepungnya.Stevan dan dua orang lainnya ditugaskan untuk menunggu di atas jembatan di mana ia nantinya berjaga jika pencuri itu bisa kabur dengan cara yang tidak di sangka-sangka seperti sebelumnya. Sehingga dengan jarak seperti itu Stevan dan dua anggota kepolisian yang lain bisa mengamati pergerakan pencuri dan segera mengejarnya.Opsir Arnold dan enam anggota kepolisian yang lain segera menuju cabang bank nomor 201, mereka ditugaskan untuk siaga dan menajamkan pendengaran sekaligus pengelihatan agar tidak kembali terkecoh dengan ulah si pencuri. Meskipun beberapa anggota kepolisian yang masih menyukai hal berbau mistis mengatakan bahwa pencurinya adalah sosok hantu dan tidak mungkin tertangkap, tetapi ia yakin bahwa itu semua hanya omong kosong."Apa kau sudah menangkapnya?" tanya opsir Arnold
Stevan memasuki kamarnya setelah tragedi salah masuk kamar itu berlalu. Dilihatnya Arisa masih mengenakan handuk tengah berjinjit mengambil koper yang berada di atas lemari pakaian. Hiroyuki memang menyiapkan pakaian baru di kamar masing-masing untuk kedua mempelai sehingga mereka tidak perlu repot-repot membawa pakaian ganti.Stevan tampak gugup melihat apa yang tersaji di depan matanya. Kaki jenjang Arisa yang tanpa penutup hingga paha atas terekspose sempurna membuat Stevan meneguk ludahnya berkali-kali.Ingin sekali dirinya cepat-cepat memadu kasih dengan si pemilik tubuh itu. Pasti malam ini akan begitu istimewa mengingat ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Dan Stevan juga tahu jika Arisa juga belum pernah terjamah oleh lelaki mana pun."Biar kuambilkan."Suara Stevan mengagetkan Arisa yang terlalu fokus dengan koper itu. Ia tidak menyadari kehadiran Stevan sebelumnya, hingga suara lelaki itu membuatnya terlonjak terkejut.Disilangkannya
Kini kedua pasang pengantin itu sudah berdiri di depan banyak orang, menyambut para tamu yang telah menghadiri pernikahan mereka.Zack dan Nayla juga Stevan dan Arisa secara bergantian mendapatkan ucapan selamat, baik dari keluarga terdekat juga kerabat jauhnya."Zack," Suichi yang pertama kali menghampiri sebagai keluarga tertua untuk mengucapkan selamat kepada mempelai pria.Entah sejak kapan pemandangan langka itu terjadi. Zack dan Suichi saling tersenyum untuk kemudian berpelukan erat. Keduanya seperti keluarga jauh yang baru saja bertemu untuk sekian waktu lamanya.Bahkan Nayla yang berada di dekat Zack ternganga melihat hal yang tak biasa yang kini terjadi di depannya. Begitu juga dengan Arisa, Stevan dan keluarga Nayla yang lain."Selamat ya, Zack. Ingat, jangan membuat keponakanku menangis karena ulahmu. Aku bisa saja membunuhmu jika kau melakukan itu."Zack menyunggingkan senyum ketika mendengar penuturan bengis yang masih terselip
KRIIIIINGGGGAlarm berbunyi nyaring membuat kedua lelaki itu menutup telinganya dengan bantal.Semalam Zack dan Stevan harus lembur karena menangani sebuah kasus yang membuat keduanya harus tidur menjelang pagi. Stevan memegangi bantalnya kuat dan membekam telinganya untuk menghalau suara nyaring alarm itu, sementara Zack menggapai jam mungil itu untuk menghentikan deringannya yang memekakkan telinga.Alarm berhenti berbunyi, tetapi masih saja ada satu hal yang membuat tidur keduanya terganggu.Suara dering ponsel Zack yang tidak berhenti berbunyi membuat lelaki itu harus membuka matanya secara paksa. Zack menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya."Halo!" Suara seraknya khas orang bangun tidur itu akhirnya terdengar di seberang sana."Zack, kau sedang apa?"Lelaki itu mengerjab beberapa saat mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya."Nay, ada apa kau memba
Zack menutup kedua mata Nayla menggunakan kedua telapak tangannya. Menuntun gadis itu untuk berdiri di sebuah tempat yang sebelumnya telah menjadi kejutan untuk Nayla."Kejutan!" Zack melepaskan tangannya dari mata Nayla, membuat gadis bernetra hitam itu membuka matanya, menatap sekeliling dengan apa yang telah Zack persiapkan untuknya.Zack mengajak Nayla untuk melakukan makan malam romantis di depan pantai. Tempat di mana mereka sering merajut kasih dengan banyak mimpi yang selama ini keduanya lakukan."Zack, ini sangat indah." Nayla tak bisa menyembunyikan raut kekaguman dengan apa yang telah terlihat di depan matanya.Zack menyiapkan segalanya sejak siang tadi. Acara dadakan itu telah berhasil membuat Nayla terpukau dengan kejutan manis yang Zack berikan kepadanya."Syukurlah kau menyukainya."Tangan kekar itu meraih pinggang Nayla untuk didekatkan kepadanya. Sontak lelaki itu mendapat pelototan dari mata Nayla.Zack terkekeh, men
Zack menahan lengan Nayla ketika gadis itu akan pergi."Mau ke mana?" tanyanya kemudian dengan tangan mempertahankan lengan Nayla dalam genggamannya.Gadis itu berhenti, mengurungkan niatnya yang akan pergi dari kamar Zack."Aku akan tidur di kamar atas. Kita belum menikah, 'kan?" Sedikit merah wajah Nayla ketika mengatakannya.Zack tersenyum sekaligus merasa gemas dengan sikap Nayla. Apapun yang membuat Nayla malu, dia menyukainya."Tapi ... aku ingin kau menemaniku malam ini. Boleh, 'kan?"Bertambah meronalah pipi Nayla. Zack semakin berani mengatakan hal yang mengarah ke sana."Zack, kau mau apa?" tanya Nayla kemudian, mencoba menantang Zack yang sengaja menggodanya.Zack terkekeh. Dia memang berniat untuj menggoda Nayla saja, tetapi rasa ingin melakukan sesuatu tiba-tiba menghampiri untuk ingin segera dituntaskan."Nay, sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Nayla menautkan kedua alisnya, gugup mend
Nayla mendorong kursi roda dengan Zack duduk di atasnya. Kedua insan manusia itu tak bisa melepaskan senyum di bibirnya yang sejak tadi bertengger tanpa jeda.Sesekali Zack menatap ke atas, bertabrakan pandang dengan Nayla lalu saling melempar senyum.Arisa menunggu di depan lobby bersama Stevan. Gadis itu menyiapkan perlengkapan Zack yang kini masih menggunakan kursi roda.Stevan membukakan pintu mobil itu, membantu Zack untuk berpindah tempat dari kursi roda ke kursi mobil. Zack masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan ataupun berdiri sendiri.Terhitung tiga minggu sejak dirinya tersadar dari koma, Zack akhirnya memutuskan pulang dengan Nayla yang bertanggung jawab untuk merawatnya.Zack sudah berada di dalam mobil, sementara Nayla berputar untuk mengambil duduk di samping Zack dengan masuk melewati pintu bagian lain.Kursi roda sudah diletakkan di bagasi mobil bersamaan barang-barang Zack yang tertinggal."Hai, lihatlah! Apakah k
Nayla yang memahami itu, bergegas menuangkan minuman untuk Zack. Namun, dengan cepat Mandy merebut gelas berisi air itu dari tangan Nayla."Zack, minumlah!"Mandy membantu Zack minum dengan membantu lelaki itu duduk dari pembaringannya.Disesapnya air yang berada dalam gelas bening itu. Hanya sedikit saja, untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang telah kering karena selama berbulan-bulan lamanya terbaring tanpa daya di rumah sakit.Mandy membantu Zack berbaring lagi dengan menata bantal yang digunakan untuk menumpu kepalanya.Namun, Zack menolak untuk berbaring. Dia ingin duduk saja, sehingga Mandy mengubah posisi bantal itu menjadi berdiri sebagai sandaran punggung Zack.Tampaknya wajah pucat itu belum sepenuhnya tersadar. Zack mengerjapkan matanya kemudian dengan rasa pusing yang menyergap di kepala. Barulah beberapa saat kemudian, akhirnya Zack menyadari bahwa perempuan yang sedari tadi membantunya adalah Mandy."Mandy," panggil
Empat bulan kemudian ...Rumah itu terlihat sangat menyejukkan dengan banyaknya bunga yang tertata cantik di setiap sudut ruangan. Nampak asri dan indah karena dijaga dan dirawat dengan penuh cinta dan kasih sayang.Sejak kepulangan Nayla dari rumah sakit, gadis itu memilih untuk tinggal di rumah Zack. Arisa sempat melarangnya karena kondisi tubuhnya belum pulih benar, tetapi tekad Nayla sudah bulat. Hidupnya akan sepenuhnya ia dedikasikan kepada Zack.Ya, Zack masih belum sadarkan diri. Namun, hal itu tidak membuat rasa cinta Nayla berkurang. Setiap hari setelah menyelesaikan tugasnya di rumah sakit, Nayla selalu menemani Zack hingga malam.Tidak ada rasa bosan dalam diri gadis itu ketika melakukan rutinitasnya setiap hari. Bahkan Nayla menikmatinya seolah sedang mengabdikan dirinya kepada suaminya sendiri.Nayla dengan ceria membacakan Zack kisah-kisah lucu, bercerita tentang rutinitasnya yang ia lakukan setiap hari hingga harapan-harapannya meng
Wajah Nayla nampak pasi mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Napasnya masih tersenggal dengan raut muka kebingungan.Apa yang terjadi? Mengapa dia berada di rumah sakit?Ingatannya berputar ke belakang ketika terakhir kalinya ia dan Zack bersama.Kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan, virus Zombie, perbudakan, serum penawar dan ledakan besar bangunan itu. Lalu Zack? Bagaimana dengan Zack? Apakah dia baik-baik saja, atau ....Apakah Zack sudah tiada?Di mana dia?Nayla terlihat kebingunan, banyak pertanyaan di benaknya yang menuntut ingin segera mendapatkan jawaban.Arisa menghampiri Nayla yang sebelumnya menuangkan air dalam gelas bening untuk diberikannya kepada Nayla. Arisa duduk di sisi ranjang Nayla dengan menghadap kepada adik semata wayangnya itu."Nayla, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya lembut dengan menyentuh tangan Nayla sembari mengulurkan segelas air itu kepada Nayla.Nayla menoleh ke arah Arisa. Ke