Bab 5. Rencana Terselubung Adrian

Alea akhirnya kembali ke rumah orang tuanya. Cukup lama dia diam di taksi online yang dia tumpangi. Dia memastikan kalau bagian atas tubuhnya sama sekali tidak ada tanda pria bernama Kael itu.

Alea sungguh di buat geleng-geleng kepala karena ulah pria bernama Kael itu. Bisa-bisanya minta di pesankan taksi juga, dan ongkosnya.

"Huh, apa ini artinya aku sedang terjebak dengan seorang pria yang benar-benar miskin? hah, apa yang aku pikirkan, dia akan segera dapat satu milyar, dia akan jadi OKB" gerutunya sambil mengenakan sepatu hak tingginya.

Supir taksi itu juga hanya diam saja, dia pikir mungkin penumpang di belakangnya itu masih mabukk.

Alea turun dari taksi, dan dia harus menghela nafas sangat berat.

"Huh, masih pagi loh!" gumamnya mengeluh seraya menghentikan langkahnya.

Dan hal yang membuatnya mengeluh adalah sosok pria yang semalam menjadi tunangannya itu, tapi hanya di tinggal sebentar ke toilet saja sudah bercinta dengan wanita lain.

Pria yang memang menunggu kedatangan Alea di depan pintu dengan mobilnya itu segera menghampiri Alea dan langsung meraih tangan Alea.

"Kamu darimana? keterlaluan..."

Alea menepis tangan Adrian dengan cepat. Dia juga mendapat Adrian dengan kesal.

"Lepaskan! jangan sentuh aku. Belum puas kamu menyentuh pacarmu itu semalam?"

Kali ini Alea bicara dengan nada yang sedikit ketus. Dia kesal sekali. Bagaimana bisa pria itu bertanya seolah perduli sekali pada Alea. Padahal saat Alea membuka ponselnya di pagi hari, dia hanya menerima satu pesan dan satu panggilan tak terjawab dari Adrian di jam 6 pagi. Lalu, semalam apa dia tidak ingat sama sekali dengan Alea. Apa itu yang di bilang cinta?

"Pacar? apa maksudmu?"

Alea sungguh muak, Adrian masih terus mengelak.

"Sudahlah, aku harus pergi bekerja..."

"Alea, kita masuk sama-sama. Setidaknya orang tuaku yang sekarang ada di rumah mu, harus tahu kalau semalam kita bersama"

Sungguh, Alea sungguh merasa jijik pada pria di depannya itu. Bagaimana bisa pria itu hanya memikirkan tentang dirinya sendiri. Dia tahu, ucapan pria itu yang mengatakan ingin bertunangan dan menikah dengan Alea karena cinta. Itu semua tidak benar.

Alea kini sangat yakin, Adrian hanya ingin menutupi hubungannya dengan Larissa yang memang tidak pernah di setujui orang tuanya. Alea yakin, dia memang sedang di manfaatkan oleh pria di hadapannya itu.

"Apa ada yang pernah mengatakan padamu, kalau kamu ini sangat menjijikkan Adrian?" tanya Alea.

Tapi alih-alih merasa bersalah atau malu. Adrian malah terkekeh pelan.

"Kamu sudah paham kan? jadi tidak perlu ada yang aku sembunyikan darimu. Larissa hamil anakku, aku tidak mau anak itu lahir tanpa status. Dia anak pertamaku. Jadi, setelah anak itu lahir, dan kita menikah. Maka kamu akan menjadi ibu angkatnya..."

"Kamu!" Alea mengeram marah.

Tangannya menunjuk Adrian dengan cepat. Memangnya siapa yang mau menjadi ibu angkat dari anak haram suaminya. Kalau mereka sudah menikah nanti. Namun, dengan begitu santainya, Adrian malah mengatakan hal itu pada Alea.

Adrian memang menjeda ucapannya. Tapi Adrian dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Alea yang terangkat itu.

Dan dengan mata yang tajam, dengan sorot yang sangat mendominasi dan tidak ingin di tentang. Adrian mendekati Alea, dengan tangan yang masih mencengkram kuat pergelangan tangan Alea.

"Kamu tidak berhak menolak Alea. Perusahaan mu, dan nama baik keluargamu bergantung padaku!"

Tatapan mata itu Alea sungguh kesal. Bagaimana mungkin dia bahkan terjebak dalam rencana lain Adrian. Bukan hanya menjadi tameng hubungan diam-diam nya dengan Larissa, si penyanyi klub malam itu. Tapi juga harus menjadi ibu yang akan mengurus anak haramm mereka itu nantinya.

Bahu Alea naik turun beberapa kali. Dia sangat emosi.

"Adrian, Alea!"

Adrian melepaskan tangan Alea. Alea menghela nafasnya, mau bagaimana lagi. Semua yang di katakan Adrian itu, meski terasa panas di telinganya bahkan hatinya. Alea juga tidak bisa berbuat banyak.

Ayahnya sakit jantung, bisa kambuh kapan saja. Perusahaan ayahnya terancam bangkrut. Padahal sangat besar, tapi defisit yang terjadi juga tidak mungkin di perbaiki lagi.

Alea menghela nafas sangat panjang. Dia bahkan mencoba untuk tersenyum saat berbalik.

"Ayah" sapa Adrian.

Ya, yang memanggil Adrian dan Alea tadi adalah Nicholas Hartanto, ayah Adrian. Seorang konglomerat yang ternama di kota ini.

"Paman" sapa Alea.

Nicholas dan Martin tampak berjalan bersama menuju ke arah Adrian dan Alea. Sementara Mira bersama dengan ibunya Adrian, Wulan. Mengikuti suami-suami mereka dari belakang.

"Kenapa masih panggil paman?" tanya Nicholas yang mengusap lembut lengan Alea.

"Benar Alea, seharusnya kamu mulai panggil ayah mertua pada ayahku. Seperti aku memanggil ayahmu"

Dalam hatinya, Alea sangat kesal. Dia memaki Adrian di dalam hatinya. Bagaimana bisa Adrian bicara seperti itu. Dia terdengar seperti seseorang yang punya sikap baik dan sopan.

"Iya ayah mertua"

Alea harus mengalah, demi ayahnya dan perusahaan ayahnya.

"Ayah dan ibu mertuamu ini datang dengan hadiah pertunangan. Semuanya sudah di dalam. Kami sangat senang, kamu bisa menerima Adrian lagi. Kami sekarang yakin, kalau hubungan kalian baik-baik saja" ujar Nicholas lagi.

Alea tersenyum canggung. Ayah dan ibu Adrian memperlakukan dia dengan sangat baik.

"Terimakasih banyak ayah mertua, ibu mertua"

"Jangan sungkan nak, kita akan menjadi keluarga. Kalau begitu ayah dan ibu pergi dulu ya nak. Jika ada apapun yang kamu butuhkan, datanglah ke rumah. Ibu akan selalu menyambut mu dengan baik" ucap Wulan sebelum pergi pada Alea.

Setelah ayah, ibu dan Adrian pergi. Alea berbalik untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Tuh, punya calon mertua seperti itu. Apalagi yang kurang? kamu itu benar-benar gak pernah tahu bersyukur ya" sindir Anika yang baru datang ke rumah orang tuanya.

Alea sungguh tidak mau ribut, dia sudah cukup lelah menghadapi Kael semalam, lalu pagi ini dia di hadapkan dengan Adrian yang ternyata punya niat terselubung lain tentang perjodohan mereka.

Sekarang, kakak kandung Alea sendiri terlihat sinis padanya dah mengatakan hal yang sama sekali tidak enak di dengar. Alea sangat lelah, dia malas meladeni.

Alea pergi begitu saja, dia memilih untuk menghindar saja. Karena kalau di ladeni, ujung-ujungnya Anika pasti akan melibatkan orang tua mereka. Dan Alea tidak mau kesehatan ayahnya kembali terganggu.

Di tinggalkan begitu saja. Hal itu tampaknya membuat Anika sangat tidak puas.

"Huh, dasar! dia sombong sekali, baru tunangan saja dia sudah besar kepala seperti itu. Bagaimana kalau dia benar-benar jadi menantu konglomerat. Bisa lupa diri!"

Sementara Alea masuk ke dalam kamarnya dah mengunci pintunya. Dia benar-benar lelah, sudah beberapa kali dia menghela nafas dari depan rumah sampai kamarnya ini.

Alea merebahkan dirinya di atas kasur empuk favoritnya itu.

"Adrian itu benar-benar sialann! dia ingin aku jadi pengasuh anak harammnya. Menjijikkan!"

Alea masih terganggu dengan hal itu. Tapi, saat dia sedang mencoba menenangkan pikirannya. Ponselnya berbunyi. Dan itu nomor tidak di kenal.

"Halo..."

[Mommy]

Alea menjauhkan ponselnya dari telinganya, dia melihat kembali nomor itu. Dia memang tidak kenal, tidak tersimpan di kontak ponselnya.

"Mommy? kapan aku kawinn sama Daddymu?" tanya Alea dengan nada ketus.

Dia masih sangat kesal. Eh malah ada orang yang iseng telepon dia dengan ucapan seperti itu, memanggilnya mommy. Nikah saja belum, bagaimana dia punya anak.

Tapi saat Alea marah seperti itu, di seberang sana malah terdengar suara kekehan.

"Malah tertawa..."

[Bukannya kamu akan menafkahiku, bukankah sudah seharusnya aku panggil mommy, kamu kan sugar mommyku]

Mata Alea melebar.

'Sugar mommy, tidakkkkk!' pekiknya dalam hati.

To be continued...