Share

82. Pesona langit.

"Tunggu Langit! Apa maksud semua ini?! Lepaskan troly aku. Kamu belanja saja sendiri dengan troly-mu!" protesku sambil menahan troly yang ia pegang.

"Sekalian aja, Intan. Biar cepat dan hemat ruang," jawabnya santai.

"Nggak! Lepaskan. Pindahkan lagi barang-barangmu, aku mau belanja sendiri!"

Aku menarik troly mundur ke belakang, mau memindahkan barangnya ke dalam troly yang ditinggal tadi.

Mataku mendelik melihat pria itu menahannya. Terjadilah aksi saling tarik menarik di antara kami. Tanpa aku sadari menjadi tontonan orang banyak.

"Masya Allah, Mbak. Suami istri nggak boleh berantem, berbeda pendapat sama suami boleh. Berembuk berdua, mau maju atau mundur?" ujar seorang wanita berjilbab syar'i. Ia menegurku, tentu saja aku tercengang. Siapa yang suami istri? Apa kami tampak sedekat itu?

"Bukan Mbak, kami bukan ...,"

"Terima kasih, istri saya memang suka keras kepala, namun hatinya sangat baik. Harap di maklumi saja," jawabnya memotong ucapanku. Wanita itu pun mengangguk pelan l
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status