Setelah aku meneguk sebuah minuman berisi jus itu, entah mengapa aku menjadi sedikit pusing. Batin Ayumi sembari memegang kepalanya. Seperkian detik berikutnya, gadis itu ambruk di atas ranjangnya.
"Mama, kita berhasil yeay. Dia mulai detik ini tak akan mampu lagi mendekati Steven lagi, Ma," kata Miranda dengan senyum yang licik.
"Tentu saja Sayang. Mulai detik ini, kau bisa mendekati Steven lagi. Sekarang waktunya kita bergegas. Sebelum ayahnya sadar dengan apa yang kita lakukan!" sahut Kiranti, mama tiri Ayumi.
Kini keduanya melancarkan aksinya. Rencana yang sudah lama mereka susun. Dimana hal itu tentu saja untuk merusak reputasi dan kehormatan Ayumi. Hanya untuk kekayaan, mereka berdua dengan tega menjebak Ayumi dan melemparkannya ke ranjng seorang pria.
Di sebuah hotel bintang lima di London. Miranda dan Kiranti memapah tubuh Ayumi yang tak sadarkan diri itu menuju sebuah kamar yang menjadi sasaran mereka. Dengar-dengar dari rumor yang mereka berdua dengar, pimpinn dari grup yang merupakan seorang pria tua dan sangat membenci wanita yang menggodanya. Bukankah hal ini cukup baik dengan melemparkan Ayumi ke ranjangnya? Gadis itu bisa dipastikan akan dibuang ke jalanan dan semua reputasi baiknya akan hancur dalam hitungan detik.
Setelah menemukan kamar yang menjadi sasaran kedua wanita jahat itu, keduanya segera melemparkan tubuh Ayumi dengan kasar dan segera menutup kembali pintu yang mereka buka. Selanjutnya, keduanya segera pergi meninggalkan ruangan itu. Tentu saja para penjaga tak curiga. Karena keduanya mengatakan jika Ayumi adalah gadis yang diinginkan oleh tuan mereka. Sedangkan seorang pria yang telah menemukan tubuh Ayumi, menatapnya nyalang dan penuh emosi. Saat hendak menyeret tubuh gadis itu, entah mengapa lelaki itu sedikit tertarik dengan gadis yang membuatnya tak perlu berfikir dua kali untuk menyentuh seorang gadis.
"Heh ... kau sepertinya sangat menarik. Tubuhku tidak menolakmu sama sekali? Baiklah, sepertinya kau telah melemparkan tubuhmu dengab suka rela ke ranjangku. Kalau begitu aku tak akan sungkan lagi."
Smith segera membaringkan tubuh Ayumi dengan perlahan diatas kasur king size miliknya. Sesekali Smith meneguk salivanya saat melihat dua gundukan yang begitu menggairahkan di depan matanya. Sebelumnya, tak pernah dirinya merasa tertarik dengan gadis manapun. Dan hari inu, adalah hal bersejarah dalam hidupnya. Meskipun gadis itu terasa asing baginya, Smith seakan candu untuk segera melahap tubuh gadis itu.
"Kau hanya gadis kecil, dengan pakaian lengirie yang menggugah hasratku ini kau benar-benar membuatku tak sabar untuk memakanmu. Sepertinya besok pagi kau akan merasakan encok di pinggangmu. Ayo, aku akan memuaskanmu."
Smith membuka paha mulus itu. Kemudian dia tersenyum melihat pemandangan yang indah itu, Smith meraba daerah ke wanitan gadis asing yang tidak berbulu itu. Dengan jari tengahnya sambil memperhatikan milik gadis itu yang masih berwarna merah delima itu. Smith tidak sabar lagi lalu dia menerjang milik gadis asing itu yang sudah mulai basah dengan ujung lidahnya.
Smithpun memainkan lidah di daging kecil yang berbentuk kacang itu dengan lembut. Ayumi berusah menahan kenikmatan itu dan mencoba menggerakkan pinggangnya agar Smith terhenti. Tapi Smith menahan kedua paha Ayumi dan kembali memainkan lidahnya di milik Ayumi yang sudah basah itu.
Pada akhirnya Smith tak sabar untuk menerjang gadis yang tak sadarkan diri itu. Smith mengelus miliknya dan berusaha memasukkan miliknya kelubang kenikmatan milik Ayumi yang telah basah.
"Ah." Desah Ayumi yang masih dengan kedua mata tertutup rapat.
"Sempit? Wah kau masih perawan rupanya." Senyum licik itu dengan jelas bertengger di bibir Smith.
Smithpun menghajar tanpa ampun tubuh mungil dibawah kungkungannya itu. Kenikmatan dari mimahkota milik Ayumi benar-benar membuatnya gila. Seakan tak ingin kehilangan satu momenpun, Smith terus menjelajahi setiap inchi tubuh Ayumi yang membuatnya seakan terbakar. Terus memompa dan memberikan tanda kepemilikan sebanyak apapun! Ya, inilah surga dunia yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Tanpa disadari, Smith telah memompa tubuh mungil itu hingga jam 3 pagi dini hari. Sungguh, gadis itu membuatnya gila. Setelah Smith mencapai puncak kenikmatan dari olahraga malamnya, lelaki itu segera membaringkan tubuhnya yang penuh dengan keringat di samping tubuh Ayumi yang polos.
"Gadis mungil, siapa namamu? Kau satu-satunya gadis yang membuatku bergairah sepanjang aku berumur 28 tahun. Besok aku akan mencari tahu dirimu. Akan kujadikan kau milikku satu-satunya. Karena hanya kau yang membuatku merasakan kenikmatan tanpa aku harus merasa jijik terhadapmu. Seharusnya kau bersedia hidup denganku, karena akulah yang merenggut keperawananmu." Satu kecupan mendarat di kening Ayumi. Setelahnya, Smithpun tertidur karena kelelahan usai menggarap tubuh Ayumi.
Sang fajar mulai menampakkan sinarnya. Dari balik celah-celah jendela kamar hotel itu cahaya mentari mulai mengusik seorang gadis yang tengah tertidur. Kedua kelopak mata Ayumi bergerak perlahan dan seketika melebar sempurna saat dirinya menyadari situasi akamr itu bukan kamarnya.
"Ah, dimana aku? Uuuh, sakit. Mengapa bagian intiku sakit? Bahkan pinggangku terasa sangat lelah." Ayumu segera mengedarkan pandangannya. Hingga pandangannya menangkap seorang lelaki tampan tanpa sehelai benangpun dibalik selimut yang sama dengannya. "Astaga! Aku telah dijebak oleh Miranda dan mamanya! Ja-jadi sekarang aku ... telah kehilangan keperawananku?"
Luruh sudah air mataku menganak sungai di kedua pipiku. Kehilangan mahkota berharga dari seorang gadis, Ayumi merasa dirinya sangat kotor. Dengan kekecewaan dan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya, Ayumi segera bangkit dan mengenakan pakaiannya kembali.
"Tuan yang asing. Kau sudah merenggut kesucianku. Tapi tenang saja, aku tak akan meminta pertanggung jawabanmu. Yang jelas aku harus mencari perhitungan dengan Miranda dan wanita jalang itu yang telah menjebakku. Permisi tuan asing. Maaf, kita adalah dua orang yang tak saling mengenal dan aku harap kedepannya kita tidak akan saling bertemu."
Ayumi segera beranjak meninggalkan kamar hotel itu. Melangkahkan kakinya mantap untuk segera meluapkan emosinya kepada dua orang wanita yang keji itu. Tunggu kalian berdua. Lihat saja aku akan membalaskan hal ini. Rutuk Ayumi dalam hati.
****
Tepat pukul 8 pagi, Smith terbangun dari tidurnya. Lelaki itu terlonjak kaget saat mendapati sosok gadis di ranjangnya raib. Segera lelaki itu menyambar handuk miliknya dan mengikatkannya dipinggangnya. Dengan penuh emosi Smith membuka pintu dengan kasarnya. Membuat para bawahannya terkesiap kaget.
"Apa saja yang kalian kerjakan? Dimana gadis itu? Mengapa kalian bisa membiarkannya pergi?" tanya Smith dengan bersungut-sungut kesal.
"Ma-maaf Tuan. Kami pikir anda sudah memberikannya izin untuknya pergi." Para bodyguard itu menundukkan kepalanya takut-takut. Melihat kemarahan dari kedua netra mata milik Smith.
"Konyol! Segera cari gadis itu kemanapun dia pergi! Atau aku akan membuat kalian semua berakhir di tanganku!"
Kini Ayumi telah berada di depan rumahnya. Dia tau hal apa yang akan terjadi pada dirinya. Rasanya saat ini Ayumi ingin mencekik Miranda hingga sekarat. Bisa-bisanya kedua jalang itu menjebak dirinya.Brak. Tanpa mengetuk pintu, Ayumi mendobrak pintu masuk itu. Benar saja, seakan seluruh keluarganya menantikan kepulangan dirinya. Namun satu hal yang membuat Ayumi bertambah geram, ayah kandungnya menatapnya nyalang. Ini sepertinya lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Secepat kilat ayah kandungnya mendaratkan sebuah tamparan di pipi mulusnya."Kau beraninya pulang ke rumah dengan keadaan begini?" tanyanya dengan nada geram."Ayah! Apa Ayah sadar apa yang ayah lakukan kepadaku? Seumur hidup bunda tak pernah berkata kasar padaku. Tetapi lihat, Ayah bahkan tega memukulku!" Ayumi kini berlinang air mata. Gadis itu bahkan masih terduduk di lantai akibat tamparan keras dari ayahnya."Aku bahkan bisa melakukan yang lebih lagi, Ayumi. Ayah ta
"Uhuk," Ayumi saat ini berada di sebuah kos. Memang sangat kecil namun setidaknya memiliki kamar mandi dalam."Ini pasti karena aku kehujanan kemarin malam. Uhuk uhuk. Lebih baik aku membeli obat diapotek."Gadis dengan mata yang bengkak itu menyambar jaket tebal miliknya yang sudah ia simpan disebuah lemari. Setelah kejadian waktu itu, seminggu telah berlalu. Ayumi yang jarang makan karena terlalu memikirkan sang ayah yang dengan teganya melemparnya kejalanan, justru terpuruk karena sakit.Dengan langkah yang perlahan, gadis itu berjalan kaki menuju apotek terdekat. Tanpa dia sadari sebuah mobil sedang membuntutinya dari sejak dia keluar dari kos miliknya. Gadis itu menatap nanar ke arah jalanan yang kian riuh. Meskipun suasana sedang mendung, namun orang yang lalu lalang itu tak sedikit."Setelah minum obat ini, aku akan tidur dulu. Rasanya kepalaku berputar-putar," keluh Ayumi.Saat gadis itu berjalan sempoyongan di s
Keduanya makan malam dalam diam. Seakan canggung dan ragu untuk memulai sebuah percakapan. Sesekali Ayumi melirik lelaki dihadapannya. Dilihat dari penampilannya dia memang bukan orang sembarangan. Terbukti dari sebuah jam tangan yang melingkar di tangannya. Ayumi yakin jika itu seharga ratusan juta rupiah. Hanya untuk sebuah jam tangan. Mengapa Ayumi bisa mengetahui harga dari jam tangan itu? Karena Miranda pernah merengek kepada mamanya hanya untuk mempunyai jam tangan itu. Untuk itulah, terkadang Ayumi iri kepada saudara tirinya."Tuan, bi-bisakah and mengantar saya pulang?" tanya Ayumi dengan takut-takut setelah mereka semua telah selesai makan malam."Apa perkataanku sebelumnya tidak kau dengarkan dengan baik-baik?" tanya Smith dengan nada yang sedikit kesal."Ta-tapi besok saya harus ke kampus, Tuan," elak Ayumi dengan terbata."Kau tidak akan pergi kemanapun tanpa izin dariku." Smith menatap tajam kearah Ayumi. Membuat gadis itu
Dengan rambut yang basah Ayumi segera mengeringkannya dengan hairdrayer. Gadis itu masih saja bernyanyi dengan santainya. Tanpa menyadari dari balik buku seorang harimau sudah tak sabar ingin menerkamnya."Tuan, aku besok akan ke kampusku. Sudah cukup untukku istirahat di rumah. Aku sudah merasa baikan sekarang," ucap Ayumi dengan tenang."Asal bodyguard yang bersamamu.""Tuan! Kau melanggar kesepakatan kita. Aku hanya ingin ke kampus. Apa itu artinya anda sedang ingin menghalangiku?" tanya Ayumi tak terima."Kau berani berteriak padaku?" Smith bangkit dari posisinya. Segera mendekati Ayumi yang berada di meja riasnya. Dengan sekali sentakan, Ayumi berada diatas ranjang. Secepat kilat Smith mengambil sebuah dasi dan mengikat tangan Ayumi. Setelahnya, mengikatnya diranjang. Membuat tubuh Ayumi bergetar hebat. Tak terasa ingatan beberapa waktu lalu kini bergentangan di ingatannya."Tuan, tolong lepaskan saya," pinta Ayumi.
Seperti keinginan dari Ayumi. Gadis itu hari ini hendak pergi ke kampus. Sesuai perjanjian, maka dua orang bodyguard di tempatkan di tempat yang berbeda dengannya. Sedikit menjauh agar Ayumi bisa sedikit santai.Senyum secerah sinar mentari Ayumi sungging di bibirnya. Hari ini adalah hari pertamanya berada di kampus. Setelah semua kejadian-kejadian yang membuatnya putus asa. Dari kejauhan kedua netranya menangkap sosok Dinda, sahabatnya. Saat dirinya melangkahkan kakinya menuju Dinda, semua orang menatapnya remeh. Ayumi menghentikan sejenak langkah kakinya. Benar juga, bisik-bisik itu sepertinya memang ditujukan untuknya.Aku sudah memiliki firasat akan hal ini. Tapi tak kusangka mereka benar-benar bergosip tentangku. Lebih baik aku bertanya pada Dinda. Kata Ayumi dalam hati."Dinda!" panggil Ayumi hingga membuat gadis bernama Dinda itu menoleh kearahnya. Ayumi mengulas sebuah senyum, namun raut wajah dari Dinda membuat senyum itu hilang dari bibirny
Seperti keinginan dari Ayumi. Gadis itu hari ini hendak pergi ke kampus. Sesuai perjanjian, maka dua orang bodyguard di tempatkan di tempat yang berbeda dengannya. Sedikit menjauh agar Ayumi bisa sedikit santai.Senyum secerah sinar mentari Ayumi sungging di bibirnya. Hari ini adalah hari pertamanya berada di kampus. Setelah semua kejadian-kejadian yang membuatnya putus asa. Dari kejauhan kedua netranya menangkap sosok Dinda, sahabatnya. Saat dirinya melangkahkan kakinya menuju Dinda, semua orang menatapnya remeh. Ayumi menghentikan sejenak langkah kakinya. Benar juga, bisik-bisik itu sepertinya memang ditujukan untuknya.Aku sudah memiliki firasat akan hal ini. Tapi tak kusangka mereka benar-benar bergosip tentangku. Lebih baik aku bertanya pada Dinda. Kata Ayumi dalam hati."Dinda!" panggil Ayumi hingga membuat gadis bernama Dinda itu menoleh kearahnya. Ayumi mengulas sebuah senyum, namun raut wajah dari Dinda membuat senyum itu hilang dari
Smith terus menyusuri setiap inchi kulit milik Ayumi. Membuat nafsu Ayumi semakin menggelora. Ingin mengelak, namun apalah daya. Keinginan Ayumi untuk mencapai puncak kenikmatan jauh lebih besar.Begitu pula dengan Smith yang semakin berkeinginan memonopoli permainan. Gadis dibawah kungkungannya adalah hal yang sangat berarti untuknya. Karena gadis itulah yang membuatnya tak perlu repot-repot merasa jijik. Baginya, Ayumi harus menjadi miliknya. Karena hanya Ayumilah, yang bisa dia sentuh tanpa harus merasakan emosi.Aku benar-benar gila! Dia hanya gadis biasa. Mengapa aku selalu ingin dan ingin untuk terus meminta kepuasan darinya? Smith, kau gila! Batin Smith dalam hati. Sejenak Smith menghentikan kegiatannya. Dilihatnya wajah Ayumi yang nafasnya mulai tersengal.Setelah puas bermain, Smith berpindah posisi. Kali ini mengobrak-abrik bagian bawah milik Ayumi. Sekian lama, permainan kian panas dan menggila. Smith membuka bagian tengah dua paha milik A
Smith terus menyusuri setiap inchi kulit milik Ayumi. Membuat nafsu Ayumi semakin menggelora. Ingin mengelak, namun apalah daya. Keinginan Ayumi untuk mencapai puncak kenikmatan jauh lebih besar.Begitu pula dengan Smith yang semakin berkeinginan memonopoli permainan. Gadis dibawah kungkungannya adalah hal yang sangat berarti untuknya. Karena gadis itulah yang membuatnya tak perlu repot-repot merasa jijik. Baginya, Ayumi harus menjadi miliknya. Karena hanya Ayumilah, yang bisa dia sentuh tanpa harus merasakan emosi.Aku benar-benar gila! Dia hanya gadis biasa. Mengapa aku selalu ingin dan ingin untuk terus meminta kepuasan darinya? Smith, kau gila! Batin Smith dalam hati. Sejenak Smith menghentikan kegiatannya. Dilihatnya wajah Ayumi yang nafasnya mulai tersengal.Setelah puas bermain, Smith berpindah posisi. Kali ini mengobrak-abrik bagian bawah milik Ayumi. Sekian lama, permainan kian panas dan menggila. Smith membuka bagian tengah dua paha milik A
Seperti keinginan dari Ayumi. Gadis itu hari ini hendak pergi ke kampus. Sesuai perjanjian, maka dua orang bodyguard di tempatkan di tempat yang berbeda dengannya. Sedikit menjauh agar Ayumi bisa sedikit santai.Senyum secerah sinar mentari Ayumi sungging di bibirnya. Hari ini adalah hari pertamanya berada di kampus. Setelah semua kejadian-kejadian yang membuatnya putus asa. Dari kejauhan kedua netranya menangkap sosok Dinda, sahabatnya. Saat dirinya melangkahkan kakinya menuju Dinda, semua orang menatapnya remeh. Ayumi menghentikan sejenak langkah kakinya. Benar juga, bisik-bisik itu sepertinya memang ditujukan untuknya.Aku sudah memiliki firasat akan hal ini. Tapi tak kusangka mereka benar-benar bergosip tentangku. Lebih baik aku bertanya pada Dinda. Kata Ayumi dalam hati."Dinda!" panggil Ayumi hingga membuat gadis bernama Dinda itu menoleh kearahnya. Ayumi mengulas sebuah senyum, namun raut wajah dari Dinda membuat senyum itu hilang dari
Seperti keinginan dari Ayumi. Gadis itu hari ini hendak pergi ke kampus. Sesuai perjanjian, maka dua orang bodyguard di tempatkan di tempat yang berbeda dengannya. Sedikit menjauh agar Ayumi bisa sedikit santai.Senyum secerah sinar mentari Ayumi sungging di bibirnya. Hari ini adalah hari pertamanya berada di kampus. Setelah semua kejadian-kejadian yang membuatnya putus asa. Dari kejauhan kedua netranya menangkap sosok Dinda, sahabatnya. Saat dirinya melangkahkan kakinya menuju Dinda, semua orang menatapnya remeh. Ayumi menghentikan sejenak langkah kakinya. Benar juga, bisik-bisik itu sepertinya memang ditujukan untuknya.Aku sudah memiliki firasat akan hal ini. Tapi tak kusangka mereka benar-benar bergosip tentangku. Lebih baik aku bertanya pada Dinda. Kata Ayumi dalam hati."Dinda!" panggil Ayumi hingga membuat gadis bernama Dinda itu menoleh kearahnya. Ayumi mengulas sebuah senyum, namun raut wajah dari Dinda membuat senyum itu hilang dari bibirny
Dengan rambut yang basah Ayumi segera mengeringkannya dengan hairdrayer. Gadis itu masih saja bernyanyi dengan santainya. Tanpa menyadari dari balik buku seorang harimau sudah tak sabar ingin menerkamnya."Tuan, aku besok akan ke kampusku. Sudah cukup untukku istirahat di rumah. Aku sudah merasa baikan sekarang," ucap Ayumi dengan tenang."Asal bodyguard yang bersamamu.""Tuan! Kau melanggar kesepakatan kita. Aku hanya ingin ke kampus. Apa itu artinya anda sedang ingin menghalangiku?" tanya Ayumi tak terima."Kau berani berteriak padaku?" Smith bangkit dari posisinya. Segera mendekati Ayumi yang berada di meja riasnya. Dengan sekali sentakan, Ayumi berada diatas ranjang. Secepat kilat Smith mengambil sebuah dasi dan mengikat tangan Ayumi. Setelahnya, mengikatnya diranjang. Membuat tubuh Ayumi bergetar hebat. Tak terasa ingatan beberapa waktu lalu kini bergentangan di ingatannya."Tuan, tolong lepaskan saya," pinta Ayumi.
Keduanya makan malam dalam diam. Seakan canggung dan ragu untuk memulai sebuah percakapan. Sesekali Ayumi melirik lelaki dihadapannya. Dilihat dari penampilannya dia memang bukan orang sembarangan. Terbukti dari sebuah jam tangan yang melingkar di tangannya. Ayumi yakin jika itu seharga ratusan juta rupiah. Hanya untuk sebuah jam tangan. Mengapa Ayumi bisa mengetahui harga dari jam tangan itu? Karena Miranda pernah merengek kepada mamanya hanya untuk mempunyai jam tangan itu. Untuk itulah, terkadang Ayumi iri kepada saudara tirinya."Tuan, bi-bisakah and mengantar saya pulang?" tanya Ayumi dengan takut-takut setelah mereka semua telah selesai makan malam."Apa perkataanku sebelumnya tidak kau dengarkan dengan baik-baik?" tanya Smith dengan nada yang sedikit kesal."Ta-tapi besok saya harus ke kampus, Tuan," elak Ayumi dengan terbata."Kau tidak akan pergi kemanapun tanpa izin dariku." Smith menatap tajam kearah Ayumi. Membuat gadis itu
"Uhuk," Ayumi saat ini berada di sebuah kos. Memang sangat kecil namun setidaknya memiliki kamar mandi dalam."Ini pasti karena aku kehujanan kemarin malam. Uhuk uhuk. Lebih baik aku membeli obat diapotek."Gadis dengan mata yang bengkak itu menyambar jaket tebal miliknya yang sudah ia simpan disebuah lemari. Setelah kejadian waktu itu, seminggu telah berlalu. Ayumi yang jarang makan karena terlalu memikirkan sang ayah yang dengan teganya melemparnya kejalanan, justru terpuruk karena sakit.Dengan langkah yang perlahan, gadis itu berjalan kaki menuju apotek terdekat. Tanpa dia sadari sebuah mobil sedang membuntutinya dari sejak dia keluar dari kos miliknya. Gadis itu menatap nanar ke arah jalanan yang kian riuh. Meskipun suasana sedang mendung, namun orang yang lalu lalang itu tak sedikit."Setelah minum obat ini, aku akan tidur dulu. Rasanya kepalaku berputar-putar," keluh Ayumi.Saat gadis itu berjalan sempoyongan di s
Kini Ayumi telah berada di depan rumahnya. Dia tau hal apa yang akan terjadi pada dirinya. Rasanya saat ini Ayumi ingin mencekik Miranda hingga sekarat. Bisa-bisanya kedua jalang itu menjebak dirinya.Brak. Tanpa mengetuk pintu, Ayumi mendobrak pintu masuk itu. Benar saja, seakan seluruh keluarganya menantikan kepulangan dirinya. Namun satu hal yang membuat Ayumi bertambah geram, ayah kandungnya menatapnya nyalang. Ini sepertinya lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Secepat kilat ayah kandungnya mendaratkan sebuah tamparan di pipi mulusnya."Kau beraninya pulang ke rumah dengan keadaan begini?" tanyanya dengan nada geram."Ayah! Apa Ayah sadar apa yang ayah lakukan kepadaku? Seumur hidup bunda tak pernah berkata kasar padaku. Tetapi lihat, Ayah bahkan tega memukulku!" Ayumi kini berlinang air mata. Gadis itu bahkan masih terduduk di lantai akibat tamparan keras dari ayahnya."Aku bahkan bisa melakukan yang lebih lagi, Ayumi. Ayah ta
Setelah aku meneguk sebuah minuman berisi jus itu, entah mengapa aku menjadi sedikit pusing. Batin Ayumi sembari memegang kepalanya. Seperkian detik berikutnya, gadis itu ambruk di atas ranjangnya."Mama, kita berhasil yeay. Dia mulai detik ini tak akan mampu lagi mendekati Steven lagi, Ma," kata Miranda dengan senyum yang licik."Tentu saja Sayang. Mulai detik ini, kau bisa mendekati Steven lagi. Sekarang waktunya kita bergegas. Sebelum ayahnya sadar dengan apa yang kita lakukan!" sahut Kiranti, mama tiri Ayumi.Kini keduanya melancarkan aksinya. Rencana yang sudah lama mereka susun. Dimana hal itu tentu saja untuk merusak reputasi dan kehormatan Ayumi. Hanya untuk kekayaan, mereka berdua dengan tega menjebak Ayumi dan melemparkannya ke ranjng seorang pria.Di sebuah hotel bintang lima di London. Miranda dan Kiranti memapah tubuh Ayumi yang tak sadarkan diri itu menuju sebuah kamar yang menjadi sasaran m