"Uhuk," Ayumi saat ini berada di sebuah kos. Memang sangat kecil namun setidaknya memiliki kamar mandi dalam.
"Ini pasti karena aku kehujanan kemarin malam. Uhuk uhuk. Lebih baik aku membeli obat diapotek."Gadis dengan mata yang bengkak itu menyambar jaket tebal miliknya yang sudah ia simpan disebuah lemari. Setelah kejadian waktu itu, seminggu telah berlalu. Ayumi yang jarang makan karena terlalu memikirkan sang ayah yang dengan teganya melemparnya kejalanan, justru terpuruk karena sakit. Dengan langkah yang perlahan, gadis itu berjalan kaki menuju apotek terdekat. Tanpa dia sadari sebuah mobil sedang membuntutinya dari sejak dia keluar dari kos miliknya. Gadis itu menatap nanar ke arah jalanan yang kian riuh. Meskipun suasana sedang mendung, namun orang yang lalu lalang itu tak sedikit."Setelah minum obat ini, aku akan tidur dulu. Rasanya kepalaku berputar-putar," keluh Ayumi.
Saat gadis itu berjalan sempoyongan di sebuah gang, tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya. Ayumi memberontak dan memukul tangan orang yang tengah menculiknya. Hingga tanpa dia sadari, dirinya telah menghirup obat bius yang telah dibubuhkan di sapu tangan itu.*****Drap drap drap brak!Dengan kasar Smith membuka pintu kamarnya dengan paksa. Dimana seorang gadis yang dicarinya selama seminggu itu, telah tertidur di ranjng miliknya. Seulas senyum tersemat di bibir lelaki yang berusia 28 tahun itu."Akhirnya aku menemukanmu, Ayumi. Nama yang indah. Akan aku pastikan kau mendapatkan semua yang kau butuhkan," desis Smith sembari memainkan rambut indah milik Ayumi. "Pelayan! Bawa kemari semua yang baru saja aku beli untuknya. Pastikan kalian tidak melakukan cela sedikitpun. Atau aku akan menghukum kalian. Apa kalian semua mengerti?""Mengerti, Tuan.""Bro, kau sudhah mendapatkan gadis itu. Bukankah lebih baik kau mengatakan kepada keluargamu? Daripada rumor yang tidak jelas berlalu lalang diluar sama. Membuat kupingku panas," ucap Daniel saat memasuki kamar milik Smith."Tidak masalah. Daniel, terima kasih karenamu aku bisa menemukan gadis yang aku cari selama ini. Tanpamu, entah kapan aku bisa mendapatkannya," kata Smith dengan nada paraunya."Tak masalah kawan. Aku ikut senang, ternyata kau bukan gay seperti yang dirumorkan. Kalau begitu, tugasku sudah selesai. Aku pamit dulu ya. Dia akan bangun dalam beberapa menit lagi. Perlakukanlah gadis itu dengan baik," kata Daniel sembari melangkahkan kakinya menjauh dari kamar Smith."Aku pasti akan memperlakukannya sebaik mungkin."*****Kedua kelopak mata Ayumi perlahan mulai bergerak. Hingga rasa pusing yang mendera kian hebat. Smith yang menyadari gadis mulai mengisi hatinya perlahan bangun dari tidurnya segera bangkit dan mendekati ranjang dimana Ayumi berada.
"Kau sudah sadar?" suara bariton itu seketika mengejutkan Ayumi. Sejenak bayangan hitam akan dirinya yang tiba-tiba ditarik paksa itu mulai mengisi ingatannya. Seketika Ayumi beringdut mundur. Menjauhi uluran tangan kekar milik Smith."Aku dimana? Dan kau siapa?" suara parau itu terdengar begitu menyayat hati Smith."Ayumi, tenanglah. Aku adalah pria malam itu. Aku akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kuperbuat. Saat ini tubuhmu sedang tidak fit. Aku akan memanggil pelayan untuk membantumu mandi," kata Smith dengan nada yang lembut. Namun tidak dengan apa yang ditangkap Ayumi."Aku mau pulang! Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu! Gara-gara kau hidupku hancur! Aku tak mau disini bersama lelaki bejat sepertimu." Ayumi segera bangkit dari ranjang. Kemudian dengan tubuhnya yang lemah itu, Ayumi segera berlari menuju pintu. Saat dirinya belum sempat meraih gagang pintu untuk membukanya, tangan kekar Smith sudah terlebih dahulu menggapau tubuh mungil milik Ayumi. Dengan sekali sentakan, Smith melemparkan tubuh Ayumi ke atas ranjang miliknya.
"Aku susah mencarimu kemana-mana. Kau tidak akan pernah bisa keluar dari sini tanpa izin dariku. Kau bilang aku lelaki bejat? Heh, bukankah kau yang waktu itu diam-diam memasuki kamarku dan tidur diatas ranjangku? Aku bahkan tak tau sebelumnya jika akan ada seorang gadis yang menyerahkan dirinya padaku! Bukankah seharusnya aku yang harus mengatakan jika kau adalah jalang kecil yang melemparkan dirinya hanya untuk menjadi kekasih dari orang yang berkuasa!"Deg.Jadi dia bahkan tidak tau jika aku dijebak oleh Miranda? Itu artinya mereka secara acak melemparkanku ke tempat lelaki dihadapanku ini? Jika dia berfikir aku menjebaknya, maka dengan kekuasaannya entah apa yang akan terjadi padaku. Ya tuhan, permainan takdir macam apa ini? Aku dan pria di hadapanku ini hanya korban dari keserakahan dua orang jalang itu. Jika kau berakhir ditangan lelaki ini, maka aku selamanya tak akan mampu membalaskan dendamku. Kata Ayumi dalam hati."Hah, sudahlah. Segeralah mandi oke? Aku rasa kau sedang sakit." Sejenak Ayumi terkesiap kaget. Lelaki itu bahkan dengan lembut mengecek suhu di keningnya. "Mandilah air hangat. Setelah itu bergantilah pakaian dan turunlah ke bawah. Kita akan makan malam bersama."Setelah mengatakan hal itu Smith segera berlalu. Mencoba memberikan ruang sendiri untuk Ayumi memikirkan kata-katany barusan. Jika difikir ulang tentu saja itu adalah hal mutlak yang akan dikatakan oleh Smith. Mengingat laki-laki itu dikejutkan dengan kehadiran seorang gadia diranjangnya. Bukankah semua laki-laki itu sama saja? Ayumi. mengedarkan pandangannya kesekeliling kamar itu. Setelahnya dia berusaha mencoba berfikir lebih jernih."Jika dia tidak ada hubungannya dengan Miranda, aku tak akan memermasalahkannya tentang kejadian malam itu. Apa lelaki itu sedang merasa bersalah padaku? Karena dia telah merenggut mahkota berharga milikku. Maka dari itulah dia mencariku kemana-mana. Ya tuhan … apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku ini gembel, entah mengapa bisa berada dirumah mewah ini dalam sekejab. Aku takut jika lelaki itu bertindak kurang ajar padaku. Tetapi mengingat hidupku perlahan sudah hancur begini, memangnya apa lagi yang perlu aku khawatirkan? Lagipula aku juga bukanlah seorang gadis yang masih perawan."Ayumi beringsut setelah memantapkan hatinya. Toh jika dirinya harus mati ditangan Smith itu juga bukan masalah yang besar baginya. Bukankah sekarang dia telah kehilangan segalanya? Apalagi yang harus dipertahankan? Apalagi yang harus dia yakini? Dia seakan lelah setelah sekian lama dirinya berjalan dalam nanar kepayahan. Sekarang lebih baik mebgikuti air yang sedang mengalir. Mengikuti jalan takdir kemanapun membawa dirinya melangkah.Ayuni telah memakai pakaian yang telah disiapkan oleh dua orng maid yang ditugaskan untuk membantu dirinya bersiap. Apa yang terjadi dan perlakuan dari Smith membuat Ayumi yakin. Jika Smith bukanlah seorang lelaki biasa. Pastinya Smith memiliki pengaruh yang luar biasa didunia bisnis. Tak ingin membuang waktu lagi, Ayumi bergegas turun untuk makan malam bersama Smith.Sejenak Smith menganga melihat penampakab dari Ayumi. Mungkin karena efek sakit tadi siang, Ayumi terlohat sedikit pucat. Tetapi kali ini Ayumi tampil dengan aura yang berbeda. Cantik nan anggun. Itulah yang ada di fikiran Smith saat melihat Ayumi. Sedangkan Ayumi, gadis itu tersipu malu lantaran tatapan dari Smith yang seakan kagum padanya.
Ayumi … aku tak akan melepaskanmu! Apapun yang terjadi, kaulah yang akan menempati hatiku.Keduanya makan malam dalam diam. Seakan canggung dan ragu untuk memulai sebuah percakapan. Sesekali Ayumi melirik lelaki dihadapannya. Dilihat dari penampilannya dia memang bukan orang sembarangan. Terbukti dari sebuah jam tangan yang melingkar di tangannya. Ayumi yakin jika itu seharga ratusan juta rupiah. Hanya untuk sebuah jam tangan. Mengapa Ayumi bisa mengetahui harga dari jam tangan itu? Karena Miranda pernah merengek kepada mamanya hanya untuk mempunyai jam tangan itu. Untuk itulah, terkadang Ayumi iri kepada saudara tirinya."Tuan, bi-bisakah and mengantar saya pulang?" tanya Ayumi dengan takut-takut setelah mereka semua telah selesai makan malam."Apa perkataanku sebelumnya tidak kau dengarkan dengan baik-baik?" tanya Smith dengan nada yang sedikit kesal."Ta-tapi besok saya harus ke kampus, Tuan," elak Ayumi dengan terbata."Kau tidak akan pergi kemanapun tanpa izin dariku." Smith menatap tajam kearah Ayumi. Membuat gadis itu
Dengan rambut yang basah Ayumi segera mengeringkannya dengan hairdrayer. Gadis itu masih saja bernyanyi dengan santainya. Tanpa menyadari dari balik buku seorang harimau sudah tak sabar ingin menerkamnya."Tuan, aku besok akan ke kampusku. Sudah cukup untukku istirahat di rumah. Aku sudah merasa baikan sekarang," ucap Ayumi dengan tenang."Asal bodyguard yang bersamamu.""Tuan! Kau melanggar kesepakatan kita. Aku hanya ingin ke kampus. Apa itu artinya anda sedang ingin menghalangiku?" tanya Ayumi tak terima."Kau berani berteriak padaku?" Smith bangkit dari posisinya. Segera mendekati Ayumi yang berada di meja riasnya. Dengan sekali sentakan, Ayumi berada diatas ranjang. Secepat kilat Smith mengambil sebuah dasi dan mengikat tangan Ayumi. Setelahnya, mengikatnya diranjang. Membuat tubuh Ayumi bergetar hebat. Tak terasa ingatan beberapa waktu lalu kini bergentangan di ingatannya."Tuan, tolong lepaskan saya," pinta Ayumi.
Seperti keinginan dari Ayumi. Gadis itu hari ini hendak pergi ke kampus. Sesuai perjanjian, maka dua orang bodyguard di tempatkan di tempat yang berbeda dengannya. Sedikit menjauh agar Ayumi bisa sedikit santai.Senyum secerah sinar mentari Ayumi sungging di bibirnya. Hari ini adalah hari pertamanya berada di kampus. Setelah semua kejadian-kejadian yang membuatnya putus asa. Dari kejauhan kedua netranya menangkap sosok Dinda, sahabatnya. Saat dirinya melangkahkan kakinya menuju Dinda, semua orang menatapnya remeh. Ayumi menghentikan sejenak langkah kakinya. Benar juga, bisik-bisik itu sepertinya memang ditujukan untuknya.Aku sudah memiliki firasat akan hal ini. Tapi tak kusangka mereka benar-benar bergosip tentangku. Lebih baik aku bertanya pada Dinda. Kata Ayumi dalam hati."Dinda!" panggil Ayumi hingga membuat gadis bernama Dinda itu menoleh kearahnya. Ayumi mengulas sebuah senyum, namun raut wajah dari Dinda membuat senyum itu hilang dari bibirny
Seperti keinginan dari Ayumi. Gadis itu hari ini hendak pergi ke kampus. Sesuai perjanjian, maka dua orang bodyguard di tempatkan di tempat yang berbeda dengannya. Sedikit menjauh agar Ayumi bisa sedikit santai.Senyum secerah sinar mentari Ayumi sungging di bibirnya. Hari ini adalah hari pertamanya berada di kampus. Setelah semua kejadian-kejadian yang membuatnya putus asa. Dari kejauhan kedua netranya menangkap sosok Dinda, sahabatnya. Saat dirinya melangkahkan kakinya menuju Dinda, semua orang menatapnya remeh. Ayumi menghentikan sejenak langkah kakinya. Benar juga, bisik-bisik itu sepertinya memang ditujukan untuknya.Aku sudah memiliki firasat akan hal ini. Tapi tak kusangka mereka benar-benar bergosip tentangku. Lebih baik aku bertanya pada Dinda. Kata Ayumi dalam hati."Dinda!" panggil Ayumi hingga membuat gadis bernama Dinda itu menoleh kearahnya. Ayumi mengulas sebuah senyum, namun raut wajah dari Dinda membuat senyum itu hilang dari
Smith terus menyusuri setiap inchi kulit milik Ayumi. Membuat nafsu Ayumi semakin menggelora. Ingin mengelak, namun apalah daya. Keinginan Ayumi untuk mencapai puncak kenikmatan jauh lebih besar.Begitu pula dengan Smith yang semakin berkeinginan memonopoli permainan. Gadis dibawah kungkungannya adalah hal yang sangat berarti untuknya. Karena gadis itulah yang membuatnya tak perlu repot-repot merasa jijik. Baginya, Ayumi harus menjadi miliknya. Karena hanya Ayumilah, yang bisa dia sentuh tanpa harus merasakan emosi.Aku benar-benar gila! Dia hanya gadis biasa. Mengapa aku selalu ingin dan ingin untuk terus meminta kepuasan darinya? Smith, kau gila! Batin Smith dalam hati. Sejenak Smith menghentikan kegiatannya. Dilihatnya wajah Ayumi yang nafasnya mulai tersengal.Setelah puas bermain, Smith berpindah posisi. Kali ini mengobrak-abrik bagian bawah milik Ayumi. Sekian lama, permainan kian panas dan menggila. Smith membuka bagian tengah dua paha milik A
Setelah aku meneguk sebuah minuman berisi jus itu, entah mengapa aku menjadi sedikit pusing. Batin Ayumi sembari memegang kepalanya. Seperkian detik berikutnya, gadis itu ambruk di atas ranjangnya."Mama, kita berhasil yeay. Dia mulai detik ini tak akan mampu lagi mendekati Steven lagi, Ma," kata Miranda dengan senyum yang licik."Tentu saja Sayang. Mulai detik ini, kau bisa mendekati Steven lagi. Sekarang waktunya kita bergegas. Sebelum ayahnya sadar dengan apa yang kita lakukan!" sahut Kiranti, mama tiri Ayumi.Kini keduanya melancarkan aksinya. Rencana yang sudah lama mereka susun. Dimana hal itu tentu saja untuk merusak reputasi dan kehormatan Ayumi. Hanya untuk kekayaan, mereka berdua dengan tega menjebak Ayumi dan melemparkannya ke ranjng seorang pria.Di sebuah hotel bintang lima di London. Miranda dan Kiranti memapah tubuh Ayumi yang tak sadarkan diri itu menuju sebuah kamar yang menjadi sasaran m
Kini Ayumi telah berada di depan rumahnya. Dia tau hal apa yang akan terjadi pada dirinya. Rasanya saat ini Ayumi ingin mencekik Miranda hingga sekarat. Bisa-bisanya kedua jalang itu menjebak dirinya.Brak. Tanpa mengetuk pintu, Ayumi mendobrak pintu masuk itu. Benar saja, seakan seluruh keluarganya menantikan kepulangan dirinya. Namun satu hal yang membuat Ayumi bertambah geram, ayah kandungnya menatapnya nyalang. Ini sepertinya lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Secepat kilat ayah kandungnya mendaratkan sebuah tamparan di pipi mulusnya."Kau beraninya pulang ke rumah dengan keadaan begini?" tanyanya dengan nada geram."Ayah! Apa Ayah sadar apa yang ayah lakukan kepadaku? Seumur hidup bunda tak pernah berkata kasar padaku. Tetapi lihat, Ayah bahkan tega memukulku!" Ayumi kini berlinang air mata. Gadis itu bahkan masih terduduk di lantai akibat tamparan keras dari ayahnya."Aku bahkan bisa melakukan yang lebih lagi, Ayumi. Ayah ta
Smith terus menyusuri setiap inchi kulit milik Ayumi. Membuat nafsu Ayumi semakin menggelora. Ingin mengelak, namun apalah daya. Keinginan Ayumi untuk mencapai puncak kenikmatan jauh lebih besar.Begitu pula dengan Smith yang semakin berkeinginan memonopoli permainan. Gadis dibawah kungkungannya adalah hal yang sangat berarti untuknya. Karena gadis itulah yang membuatnya tak perlu repot-repot merasa jijik. Baginya, Ayumi harus menjadi miliknya. Karena hanya Ayumilah, yang bisa dia sentuh tanpa harus merasakan emosi.Aku benar-benar gila! Dia hanya gadis biasa. Mengapa aku selalu ingin dan ingin untuk terus meminta kepuasan darinya? Smith, kau gila! Batin Smith dalam hati. Sejenak Smith menghentikan kegiatannya. Dilihatnya wajah Ayumi yang nafasnya mulai tersengal.Setelah puas bermain, Smith berpindah posisi. Kali ini mengobrak-abrik bagian bawah milik Ayumi. Sekian lama, permainan kian panas dan menggila. Smith membuka bagian tengah dua paha milik A
Seperti keinginan dari Ayumi. Gadis itu hari ini hendak pergi ke kampus. Sesuai perjanjian, maka dua orang bodyguard di tempatkan di tempat yang berbeda dengannya. Sedikit menjauh agar Ayumi bisa sedikit santai.Senyum secerah sinar mentari Ayumi sungging di bibirnya. Hari ini adalah hari pertamanya berada di kampus. Setelah semua kejadian-kejadian yang membuatnya putus asa. Dari kejauhan kedua netranya menangkap sosok Dinda, sahabatnya. Saat dirinya melangkahkan kakinya menuju Dinda, semua orang menatapnya remeh. Ayumi menghentikan sejenak langkah kakinya. Benar juga, bisik-bisik itu sepertinya memang ditujukan untuknya.Aku sudah memiliki firasat akan hal ini. Tapi tak kusangka mereka benar-benar bergosip tentangku. Lebih baik aku bertanya pada Dinda. Kata Ayumi dalam hati."Dinda!" panggil Ayumi hingga membuat gadis bernama Dinda itu menoleh kearahnya. Ayumi mengulas sebuah senyum, namun raut wajah dari Dinda membuat senyum itu hilang dari
Seperti keinginan dari Ayumi. Gadis itu hari ini hendak pergi ke kampus. Sesuai perjanjian, maka dua orang bodyguard di tempatkan di tempat yang berbeda dengannya. Sedikit menjauh agar Ayumi bisa sedikit santai.Senyum secerah sinar mentari Ayumi sungging di bibirnya. Hari ini adalah hari pertamanya berada di kampus. Setelah semua kejadian-kejadian yang membuatnya putus asa. Dari kejauhan kedua netranya menangkap sosok Dinda, sahabatnya. Saat dirinya melangkahkan kakinya menuju Dinda, semua orang menatapnya remeh. Ayumi menghentikan sejenak langkah kakinya. Benar juga, bisik-bisik itu sepertinya memang ditujukan untuknya.Aku sudah memiliki firasat akan hal ini. Tapi tak kusangka mereka benar-benar bergosip tentangku. Lebih baik aku bertanya pada Dinda. Kata Ayumi dalam hati."Dinda!" panggil Ayumi hingga membuat gadis bernama Dinda itu menoleh kearahnya. Ayumi mengulas sebuah senyum, namun raut wajah dari Dinda membuat senyum itu hilang dari bibirny
Dengan rambut yang basah Ayumi segera mengeringkannya dengan hairdrayer. Gadis itu masih saja bernyanyi dengan santainya. Tanpa menyadari dari balik buku seorang harimau sudah tak sabar ingin menerkamnya."Tuan, aku besok akan ke kampusku. Sudah cukup untukku istirahat di rumah. Aku sudah merasa baikan sekarang," ucap Ayumi dengan tenang."Asal bodyguard yang bersamamu.""Tuan! Kau melanggar kesepakatan kita. Aku hanya ingin ke kampus. Apa itu artinya anda sedang ingin menghalangiku?" tanya Ayumi tak terima."Kau berani berteriak padaku?" Smith bangkit dari posisinya. Segera mendekati Ayumi yang berada di meja riasnya. Dengan sekali sentakan, Ayumi berada diatas ranjang. Secepat kilat Smith mengambil sebuah dasi dan mengikat tangan Ayumi. Setelahnya, mengikatnya diranjang. Membuat tubuh Ayumi bergetar hebat. Tak terasa ingatan beberapa waktu lalu kini bergentangan di ingatannya."Tuan, tolong lepaskan saya," pinta Ayumi.
Keduanya makan malam dalam diam. Seakan canggung dan ragu untuk memulai sebuah percakapan. Sesekali Ayumi melirik lelaki dihadapannya. Dilihat dari penampilannya dia memang bukan orang sembarangan. Terbukti dari sebuah jam tangan yang melingkar di tangannya. Ayumi yakin jika itu seharga ratusan juta rupiah. Hanya untuk sebuah jam tangan. Mengapa Ayumi bisa mengetahui harga dari jam tangan itu? Karena Miranda pernah merengek kepada mamanya hanya untuk mempunyai jam tangan itu. Untuk itulah, terkadang Ayumi iri kepada saudara tirinya."Tuan, bi-bisakah and mengantar saya pulang?" tanya Ayumi dengan takut-takut setelah mereka semua telah selesai makan malam."Apa perkataanku sebelumnya tidak kau dengarkan dengan baik-baik?" tanya Smith dengan nada yang sedikit kesal."Ta-tapi besok saya harus ke kampus, Tuan," elak Ayumi dengan terbata."Kau tidak akan pergi kemanapun tanpa izin dariku." Smith menatap tajam kearah Ayumi. Membuat gadis itu
"Uhuk," Ayumi saat ini berada di sebuah kos. Memang sangat kecil namun setidaknya memiliki kamar mandi dalam."Ini pasti karena aku kehujanan kemarin malam. Uhuk uhuk. Lebih baik aku membeli obat diapotek."Gadis dengan mata yang bengkak itu menyambar jaket tebal miliknya yang sudah ia simpan disebuah lemari. Setelah kejadian waktu itu, seminggu telah berlalu. Ayumi yang jarang makan karena terlalu memikirkan sang ayah yang dengan teganya melemparnya kejalanan, justru terpuruk karena sakit.Dengan langkah yang perlahan, gadis itu berjalan kaki menuju apotek terdekat. Tanpa dia sadari sebuah mobil sedang membuntutinya dari sejak dia keluar dari kos miliknya. Gadis itu menatap nanar ke arah jalanan yang kian riuh. Meskipun suasana sedang mendung, namun orang yang lalu lalang itu tak sedikit."Setelah minum obat ini, aku akan tidur dulu. Rasanya kepalaku berputar-putar," keluh Ayumi.Saat gadis itu berjalan sempoyongan di s
Kini Ayumi telah berada di depan rumahnya. Dia tau hal apa yang akan terjadi pada dirinya. Rasanya saat ini Ayumi ingin mencekik Miranda hingga sekarat. Bisa-bisanya kedua jalang itu menjebak dirinya.Brak. Tanpa mengetuk pintu, Ayumi mendobrak pintu masuk itu. Benar saja, seakan seluruh keluarganya menantikan kepulangan dirinya. Namun satu hal yang membuat Ayumi bertambah geram, ayah kandungnya menatapnya nyalang. Ini sepertinya lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Secepat kilat ayah kandungnya mendaratkan sebuah tamparan di pipi mulusnya."Kau beraninya pulang ke rumah dengan keadaan begini?" tanyanya dengan nada geram."Ayah! Apa Ayah sadar apa yang ayah lakukan kepadaku? Seumur hidup bunda tak pernah berkata kasar padaku. Tetapi lihat, Ayah bahkan tega memukulku!" Ayumi kini berlinang air mata. Gadis itu bahkan masih terduduk di lantai akibat tamparan keras dari ayahnya."Aku bahkan bisa melakukan yang lebih lagi, Ayumi. Ayah ta
Setelah aku meneguk sebuah minuman berisi jus itu, entah mengapa aku menjadi sedikit pusing. Batin Ayumi sembari memegang kepalanya. Seperkian detik berikutnya, gadis itu ambruk di atas ranjangnya."Mama, kita berhasil yeay. Dia mulai detik ini tak akan mampu lagi mendekati Steven lagi, Ma," kata Miranda dengan senyum yang licik."Tentu saja Sayang. Mulai detik ini, kau bisa mendekati Steven lagi. Sekarang waktunya kita bergegas. Sebelum ayahnya sadar dengan apa yang kita lakukan!" sahut Kiranti, mama tiri Ayumi.Kini keduanya melancarkan aksinya. Rencana yang sudah lama mereka susun. Dimana hal itu tentu saja untuk merusak reputasi dan kehormatan Ayumi. Hanya untuk kekayaan, mereka berdua dengan tega menjebak Ayumi dan melemparkannya ke ranjng seorang pria.Di sebuah hotel bintang lima di London. Miranda dan Kiranti memapah tubuh Ayumi yang tak sadarkan diri itu menuju sebuah kamar yang menjadi sasaran m