Share

Simpanan Sembilan Bulan
Simpanan Sembilan Bulan
Author: Chykara

01 Hancur

Author: Chykara
last update Last Updated: 2024-11-15 07:49:08

"Rumah ini sudah di gadaikan oleh Burhan pada juragan Kasman senilai 100 juta rupiah dengan bunga 50 juta, Sertifikasi rumah pun saat ini juga sudah di tangan juragan Kasman, tenggang waktu pembayaran tiga minggu lagi, jika kalian tidak bisa membayar senilai 150 juta hingga batas tenggang waktu kalian semua pergi dari rumah ini" suara kang Dirman membahana di rumah sederhana dengan tiga kamar tersebut.

Siapa yang tidak kenal Kang Dirman, tangan kanan Kesayangan juragan Kasman, rentenir terkaya di kampung Tanah Wangi.

Dan bapak berhutang pada juragan Kasman sebesar 100 juta.

Kapan bapak mengambil utang tersebut? Karena bapak sudah minggat dua bulan yang lalu bersama gundik nya dan anak laki laki nya yang begitu dia agung agung kan.

"Kapan bapak berhutang kang? Bapak udah pergi dua bulan yang lalu" ucap Namiya lirih.

Gadis yang akan segera naik kelas tiga SMA tersebut menciut ketakutan melihat tubuh kang Dirman yang seperti raksasa dengan suara membahana.

"Sebelum bapak kau kabur, tenggang waktu pinjaman nya tiga bulan dengan bunga lima puluh juta, tapi selesai berhutang bapak kau malah minggat dari kampung ini, terpaksa saya nagih nya sama kalian" ucap kang Dirman.

Tubuh mungil Namiya bergetar, ketiga adik perempuan nya sudah menangis di balik tubuh nya.

"Baiklah kang, saya akan kasih tau ibu tentang ini, saat ini ibu sedang bekerja di pasar" ucap Namiya

"Jangan lupa ya,kasih tau ibu kalian, kalau tenggang waktu nya hanya tiga minggu lagi" ucap kang Dirman.

"Baik kang" jawab Namiya

***

"Astagfirullah... astagfirullah hal'adzim" berkali kali ibu mengucap kan istikfar.

Tubuh kurus nya luruh ke lantai saat Namiya menceritakan kedatangan kang Dirman yang di utus oleh juragan Kasman.

"Apa salah kita sama bapak bu, sampai bapak tega melakukan ini pada kita" lirih isakan Nalisa yang saat ini akan segera naik kelas dua SMA.

"Bapak jahat, bagaimana cara kita membayar utang sebesar itu, bahkan untuk makan sehari sehari saja ibi sudah banting tulang jadi kuli panggul di pasar," ucap Namira dengan mata menyala penuh kemarahan.

Namira adalah gadis pemarah dan yang paling berani, walaupun baru kelas dua SMP tapi pikiran nya sudah sangat dewasa karena di paksa oleh keadaan.

Sedangkan si bungsu Nafisa hanya bisa menangis di pelukan sang ibu.

"Kalian tidak usah khawatir, ibu akan memikirkan jalan keluar nya," ucap sang ibu.

"Tapi bagaimana cara nya bu?" tanya Namiya.

"Ya udah kalian tunggu di sini, ibu harus pergi ke suatu tempat, ibu segera kembali" ucap Nia pada ke empat putri nya.

"Ibu mau kemana?" tanya si bungsu Nafisa.

"Ibu mau menemui seseorang, siapa tau mereka bersedia meminjamkannya uang pada kita agar rumah kita tidak di sita juragan Kasman." ucap sang Ibu.

"Malam malam begini bu?" tanya Namiya

"Iya, malam Ini, lebih cepat lebih baik, rumah yang ibu tuju ada di kota, kalau untuk ongkos Pulang pergi kebetulan ibu punya sedikit uang simpanan" ucap ibu sembari berdiri dan masuk ke kamar nya.

Tak lama ibu sudah keluar dengan gamis sederhana berwarna hijau botol dan hijab panjang warna milo yang menutupi dada nya.

"Ibu berangkat ya, kalian hati hati di rumah, ibu segera kembali, Miya kamu yang tertua jaga adik adik kamu ya, ibu percaya sama kamu" ucap sang ibu.

"Baik buk" ucap Namiya.

"Ibu pakai apa ke terminal?" tanya Namira

"Ojek, biasa nya jam segini masih ada ojek di pengkolan" ucap ibu.

"Ibu pamit" ucap Nia sekali lagi.

"Ibu hati hati di jalan,segera pulang ya buk..." ucap Nalisa.

Satu persatu anak gadis nya menyalami tangan kurus dingin Nia dengan khidmad sebelum tubuh berlalu di kegelapan malam.

"Ayo tidur, besok kita sekolah kan, jangan sampai kalian ketiduran" ucap Namiya pada ketiga gadis tersebut.

"Iya mbak" jawab mereka bertiga,

Namiya mengunci pintu dan mematikan lampu sebelum mengikuti ketiga adik nya masuk ke dalam kamar untuk tidur.

***

Namiya membuka mata nya dan menatap sekeliling, masih sangat gelap,tapi karena tubuh ya sudah sangat terbiasa bangun sepagi ini mata nya otomatis terbuka sendiri tanpa bantuan alarm.

Namiya segera bangun dan menatap ke arah kiri nya di mana si bungsu Nafisa masih nyaman dalam tidur nya. Mata Namiya menatap jam di dinding yang masih menunjukkan pukul setengah lima pagi.

"Fisa bangun yuk, shalat" ucap Namiya sambil mengguncang tubuh mungil sang adik

"Hmmm" ucap Nafisa sembari membuka mata nya.

Namiya segera duduk dan berjalan keluar dari kamar, di saat yang sama, Nalisa dan Namira yang tidur satu kamar juga keluar dari kamar mereka bersamaan.

Keempat gadis itu bergantian mengambil air wudhu dan shalat bersama.

Setelah selasai shalat satu persatu mereka beraktivitas tanpa di perintah, Namiya memasak makanan untuk sarapan dan makan siang lalu membersihkan dapur serta mencuci piring, Nalisa mencuci pakaian lalu Namira dan Nafisa membersihkan rumah hingga halaman.

Itu sudah menjadi pekerjaan mereka di pagi hari sebelum berangkat sekolah, karena ibu akan berangkat ke pasar subuh subuh sehabis shalat untuk mengais rezeki atau ikut warga menjadi buruh tani.

"Tok... Tok... Tok..." Pintu depan di ketuk oleh seseorang, keempat gadis saling pandang,

"Itu ibuk ya mbak? Kok cepat pulang nya, bukan nya ke kota butuh waktu empat jam ya? Seharus nya belum balik secepat apapun ibu bolak balik" Ucap Nalisa

"Apa bapak kali" ucap Namira dengan nada kasar dalam suara nya.

Padahal dulu dia yang paling dekat dengan bapak, tapi karena bapak memilih meninggalkan mereka dan hadiah perpisahan berupa tamparan dari bapak pada nya karena kemarahan nya yang meledak tak terkendali membuat cinta nya yang besar berubah mendadak menjadi benci yang jauh lebih besar lagi.

"Kalian tunggu di sini, biar mbak yang lihat siapa yang datang," ucap Namiya

"Nggak mbak, kita pergi sama sama, jika memang bapak yang datang kita bersama bisa menghadapi nya" ucap Namira yang di angguki oleh Nalisa.

"Tok... Tok... Tok..." Pintu kembali di ketuk

Keempat gadis itu berjalan menuju pintu, menghidupkan lampu dan memutar kunci pintu.

Saat pintu terbuka terlihat tiga pria kekar berdiri di depan rumah nya, awal nya Namiya sedikit ketakutan tapi saat pria itu tersenyum rasa takut perlahan berkurang.

"Selamat pagi dek, maaf menggangu pagi pagi, apa benar ini rumah nya ibu Nia Lestari?" Tanya pria yang berdiri di tengah dengan ramah.

"Iya pak, bapak siapa ya? Ibu saya lagi tidak di rumah, ibu pergi ke kota menggunakan bus malam" terang Namiya lirih

"Kalau bapak nya ada dek? Ada yang ingin kami sampaikan" Tanya nya lagi

"Kami nggak punya bapak, pak hanya kami saja" ucap Namiya

Mendengar itu ketiga pria itu saling pandang.

"Sebenarnya ada apa pak, bapak bapak ini siapa ya?" Tanya Namiya

Pria di tengah yang tadi berbicara menghela nafas panjang.

"Kami dari pihak kepolisian dek, kami datang membawa kabar buruk, bus malam yang membawa ibu adek adek ke kota mengalami kecelakaan, bus nya mengalami rem blong dan berakhir meluncur masuk jurang" ucap pria yang ternyata polisi dengan baju preman.

"Tidak... Ibu..." Nafisa memekik mendengar ucapan polisi tersebut.

Dengan cepat Namira membawa si bungsu ke dalam.

" Ibu sekarang di rumah sakit mana pak? Apa luka ibu parah?" Tanya Namiya.

"Maaf kan kami dek, tapi ibu kalian salah satu korban yang di nyatakan meninggal dunia," ucap polisi tersebut.

***

Related chapters

  • Simpanan Sembilan Bulan   02 Ibu pergi

    Pekik tangis keempat gadis itu memancing perhatian para tetangga, satu persatu para tetangga datang, bahkan bude sumi berlari ke rumah pak RT setelah mendengar kabar buruk tersebut.Keempat gadis itu hanya bisa menangis tak lagi bisa mengontrol emosi mereka, beberapa tetangga wanita mencoba menenangkan para gadis tersebut.Pak polisi akhir nya menjelaskan pada pak RT kronologi kejadian kecelakaan yang menimpa bus yang di tumpangi ibu, menurut polisi tidak ada satu pun penumpang yang selamat, karena jurang nya lumayan dalam, bahkan proses evakuasi nya aja memakan waktu berjam jam .Jenazah ibu akan segera di antar kan setelah proses investigasi selesai.Semua tetangga bersiap menyambut kepulangan jenazah ibu, begitu lah tradisi di kampung mereka, jika ada kabar duka seperti ini seluruh warga bahu membahu membantu seluruh proses tanpa di minta.Rumah di bersihkan, sebuah kasur di gelar di tengah ruangan. Kursi kursi plastik dan tenda juga di gelar di depan rumah untuk tempat duduk para

    Last Updated : 2024-11-15
  • Simpanan Sembilan Bulan   03 Istri ke Empat

    "Tok... Tok... Tok..." pintu rumah di ketuk dengan keras dari luar, Namiya yang sedang memasak untuk makan siang ketiga adik nya beranjak menuju pintu depan.Sudah dua minggu sejak kepergian ibu, Namiya merasa tubuh nya masih belum pulih dari rasa kehilangan. Memang mereka sudah kembali ke sekolah, Miya kelas 3 SMA, Nalisa kelas 2 SMA, Namira kelas 3 SMP dan si bungsu Nafisa kelas enam SD.Awalnya Namiya berniat untuk berhenti sekolah dan mencari kerja, tapi kedatangan pihak jasa rahardja ke rumah nya merubah segala nya. Namiya yang datang ke kantor jasa rahardja bersama bude Lilis tetangga yang selalu membantu keluarga mereka, pulang dengan membawa uang dengan nominal yang sangat besar bagi Namiya. Lima puluh juta yang di masukkan ke dalan rekening yang baru saja di buat dengan menggunakan uang bude Lilis sebagai uang pangkal.Tangan Namiya bergetar."Bude sebenarnya mau mengucapkan selamat nduk atas uang nya, tapi bude sadar uang sebanyak ini tidak sebanding dengan kehilangan k

    Last Updated : 2024-11-15
  • Simpanan Sembilan Bulan   04 Kami akan Pergi

    "Tapi juragan Namiya masih kecil dia baru saja naik kelas tiga SMA." ucap bude Lilis "Benar juragan, dia masih di bawah umur, juragan bisa kena masalah menikahi gadis di bawah umur" ucap kang Dirman. "Alah... Apa sih yang nggak bisa kalau pakai uang, nikah siri itu gampang, tinggal baca ijab qabul, kasih mahar dan kasih amplop buat penghulu, udah selesai" ucap juragan Kasman dengan arogan. "Saya menginginkan gadis itu, jiwa muda saya bergelora saat melihat nya, jadi bagaimana dek Miya, kamu mau kan jadi istri ke empat mas, mas janji akan membahagiakan kan kamu lahir bathin, mas ini masih sangat perkasa dan uang mas sangat banyak, mas bisa memberikan apapun buat kamu" ucap juragan Kasman. Rasa jijik di hati Miya membuat perut nya melilit... Mual... Ingin muntah... Panggilan mas yang di selipkan oleh juragan Kasman pada diri nya membuat Namiya ingin muntah. "Tidak perlu kek... Kami akan segera pindah, hari ini juga" sebuah suara menjawab ucapan juragan Kasman. Tiga gadi

    Last Updated : 2024-11-15
  • Simpanan Sembilan Bulan   05 Bapak

    "Tapi mbak...""Lis, mbak insyaallah akan baik baik saja, mbak akan manjaga diri, mbak akan mencari pekerjaan yang lebih baik nanti di jakarta,pekerjaan ini hanya sementara, jika ada kesempatan mbak akan nyari kerja yang lebih baik," ucap Namiya "Ya udah kalau mbak sudah yakin," ucap Nalisa. "Lis, mbak titip adik adik sama kamu ya,kalau nanti mbak udah ketemu kerjaan yang lebih bagus mbak akan nyari kontrakan yang agak besar dan kita semua bisa pindah ke kota, kalian bisa melanjutkan sekolah ke kota" ucap Namiya "Iya Mbak nggak usah khawatir, aku akan jaga mereka berdua." ucap Namiya. "Ini kemarin mbak narik uang 13 juta, dan mbak sisa kan 10 juta sebagai uang darurat kita sepuluh juta, mbak harap uang itu jangan sampai terpakai dulu sampai mbak dapat gaji" ucap Namiya."Akan aku usahakan mbak" jawab Nalisa "Ini mbak ambil ya dua juta buat pegangan mbak ke kota, dua juta buat uang pangkal dan uang seragam Namira masuk SMA, satu juta uang pangkal Nafisa masuk SMP. Satu juta persia

    Last Updated : 2024-11-15
  • Simpanan Sembilan Bulan   06 Barang Lelang

    "Mbak Nuri yakin ini restoran?" tanya Namiya dengan suara bergetar, tampilan bangunan yang mereka tuju tidak seperti bayangan Namiya, tidak seperti restoran restoran yang Namiya lihat di televisi. Setelah perpisahan penuh air mata akhir nya di sini lah Namiya sekarang, di sebuah tempat dengan pencahayaan yang minim dengan dua pria bertubuh besar dengan kaos hitam pas badan berdiri menjaga pintu. "Iya ini memang restoran yang akan kita tuju, beda nya dengan restoran yang lain, restoran ini hanya buka mulai dari jam 11 malam saja, tapi kita karyawan sudah harus berkumpul sejak jam sembilan malam" ucap Nuri. "Tapi mbak, aku pikir restoran nya buka pagi tutup nya malam, restoran apa yang buka nya malah malam" ucap Namiya. "Sama aja, udah... ayo masuk, mbak kenalin sama madam Lesti pemilik restoran ini" ucap mbak Nuri sambil mencekal lengan Namiya dan menarik nya masuk ke dalam. "Tapi mbak... perasaan ku nggak enak... entah kenapa rasa nya ada yang salah" ucap Namiya sambil beru

    Last Updated : 2024-12-05
  • Simpanan Sembilan Bulan   07 Malam Lelang

    Namiya dan gadis bernama Putri yang di kurung di kamar yang sama di dandani oleh dua orang gadis di bawah pengawasan oleh wanita seperti bos yang di panggil madam tersebut.Namiya dan Putri tidak bisa berontak karena selain ada sosok madam tersebut juga ada dua bodyguard bertubuh besar yang mendampingi madam itu.Di depan kedua bodyguard itu Namiya dan Putri di telanjangi dan di pakaian kan pakaian baru, sebuah gaun pendek setengah paha nyaris transparan berwarna merah menyala buat Namiya dan hitam pekat buat Putri.Saat pakaian nya di lucuti di hadapan dua pria tanpa ekskresi tersebut rasa nya harga diri Namiya sudah hancur seluruh nya.Setelah selesai kedua gadis itu di seret oleh kedua pria tersebut Namiya dan Putri hanya bisa melangkah terseok mengikuti pria pria tersebut.Namiya dan Putri dia bawa ke sebuah ruangan tertutup, di sana sudah ada lika gadis lain yang menggunakan pakaian kurang bahan yang sama seperti mereka berdua.Walaupun ada tujuh gadis di dalan ruang tersebut tap

    Last Updated : 2024-12-07
  • Simpanan Sembilan Bulan   08 Kabar Buruk

    "Dokter maaf apa boleh saya meminjam telepon saya harus menghubungi adik adik saya, mereka pasti sangat cemas..." tanya Namiya pada dokter di depan nya."Tentu saja..." ucap Dokter tersebut sambil menyerahkan ponsel nya pada Namiya setelah dia membuka kan kunci layar nya Namiya menekan dua belas nomor di ponsel tersebut, dua belas nomor yang dia ingat dan hapal di luar kepala, nomor ponsel adik adik nya di kampung. Saat Namiya membawa ponsel nya ke telinga di mendengar nada sambung hingga pada nada keempat panggil nya akhirnya di angkat oleh salah satu adik nya di kampung."Hallo siapa ini?" tanya sebuah suara dari seberang, dari gaya bicara dan suara nya Namiya sangat tau kalau itu adalah adik ke tiga nya Namira, si tombol yang gampang marah."Mira... Ini mbak" ucap Namiya lirih."Astagfirullah mbak... Mbak kemana aja...? Aku sudah menghubungi mbak dari dua hari yang lalu, Setelah mbak menelpon kami setelah bilang sampai di ibukota ponsel mbak nggak bisa lagi di hubungi," ucap Nami

    Last Updated : 2024-12-09
  • Simpanan Sembilan Bulan   09 Nyonya Moana

    "Bik... Bibik mau balik ke rumah sakit lagi menjaga anak itu?" Tanya seorang wanita cantik berusia pertengahan tiga puluhan menyapa bibik yang seperti nya akan segera berangkat. "Iya nyonya, kasihan anak itu di rumah sakit sendirian, apa lagi nyonya dan tuan memberikan dia kamar VIP, dia akan sendirian saja di dalam ruangan itu" ucap Bibik "Bagaimana keadaan anak itu bik?" Tanya sang Nyonya "Nyonya Moana tenang saja, semua sudah baik baik saja, kondisi Namiya juga sudah baik baik saja secara fisik, tapi tidak mental nya" ucap Bibik dengan nada sendu. "Jadi nama nya Namiya, nama yang indah,tapi apa maksud bibik? Apa dia mengalami PTSD setelah kecelakaan itu, astaga apa yang sudah kami lakukan" ucap wanita cantik bernama Moana tersebut. "Bukan nyonya, bukan kecelakaan itu yang membuat nya trauma, dia malah merasa sangat bersyukur telah di tabrak oleh mobil nyonya dan tuan, kejadian sebelum sebelum itu lah yang membuat nya trauma" ucap bibik. "Bibik ayo duduk dulu ceritakan ap

    Last Updated : 2024-12-10

Latest chapter

  • Simpanan Sembilan Bulan   10 Allarick Nugraha

    Allarick menatap Moana yang tertidur lelap di sisi nya, wanita yang dullu ceria dan energik kini kuyu dan kehilangan rona nya akibat kanker yang menjangkiti tubuh nya dua tahun terakhir. Walaupun saat ini sel kanker nya bisa di bilang sudah berhasil di bunuh tapi efek panjang pengobatan nya meninggalkan beksa yang terlihat jelas.Rambut yang nyaris botak, kulit kusam dan bersisik, tubuh kurus lemah dan sinar mata yang meredup tapi tidak sedikit pun cinta allarick berkurang pada Moana, malah melihat perjuangan wanita nya, cinta Allarick semakin besar saja dari waktu ke waktu.Allarick mencintai hati dan jiwa Moana, kecantikan fisik bagi Allarick bisa di cari, dengan perawatan puluhan hingga ratusan juta kecantikan fisik Moana bisa di kembalikan dengan mudah.Allarick merasa permintaan Moana tadi sore sangat berat, menikah lagi adalah hal yang tidak pernah ada dalam rencana hidup Allarick, dia sudah merasa cukup bersama Moana, tapi entah ide dari mana sejak satu bulan terakhir Moana se

  • Simpanan Sembilan Bulan   09 Nyonya Moana

    "Bik... Bibik mau balik ke rumah sakit lagi menjaga anak itu?" Tanya seorang wanita cantik berusia pertengahan tiga puluhan menyapa bibik yang seperti nya akan segera berangkat. "Iya nyonya, kasihan anak itu di rumah sakit sendirian, apa lagi nyonya dan tuan memberikan dia kamar VIP, dia akan sendirian saja di dalam ruangan itu" ucap Bibik "Bagaimana keadaan anak itu bik?" Tanya sang Nyonya "Nyonya Moana tenang saja, semua sudah baik baik saja, kondisi Namiya juga sudah baik baik saja secara fisik, tapi tidak mental nya" ucap Bibik dengan nada sendu. "Jadi nama nya Namiya, nama yang indah,tapi apa maksud bibik? Apa dia mengalami PTSD setelah kecelakaan itu, astaga apa yang sudah kami lakukan" ucap wanita cantik bernama Moana tersebut. "Bukan nyonya, bukan kecelakaan itu yang membuat nya trauma, dia malah merasa sangat bersyukur telah di tabrak oleh mobil nyonya dan tuan, kejadian sebelum sebelum itu lah yang membuat nya trauma" ucap bibik. "Bibik ayo duduk dulu ceritakan ap

  • Simpanan Sembilan Bulan   08 Kabar Buruk

    "Dokter maaf apa boleh saya meminjam telepon saya harus menghubungi adik adik saya, mereka pasti sangat cemas..." tanya Namiya pada dokter di depan nya."Tentu saja..." ucap Dokter tersebut sambil menyerahkan ponsel nya pada Namiya setelah dia membuka kan kunci layar nya Namiya menekan dua belas nomor di ponsel tersebut, dua belas nomor yang dia ingat dan hapal di luar kepala, nomor ponsel adik adik nya di kampung. Saat Namiya membawa ponsel nya ke telinga di mendengar nada sambung hingga pada nada keempat panggil nya akhirnya di angkat oleh salah satu adik nya di kampung."Hallo siapa ini?" tanya sebuah suara dari seberang, dari gaya bicara dan suara nya Namiya sangat tau kalau itu adalah adik ke tiga nya Namira, si tombol yang gampang marah."Mira... Ini mbak" ucap Namiya lirih."Astagfirullah mbak... Mbak kemana aja...? Aku sudah menghubungi mbak dari dua hari yang lalu, Setelah mbak menelpon kami setelah bilang sampai di ibukota ponsel mbak nggak bisa lagi di hubungi," ucap Nami

  • Simpanan Sembilan Bulan   07 Malam Lelang

    Namiya dan gadis bernama Putri yang di kurung di kamar yang sama di dandani oleh dua orang gadis di bawah pengawasan oleh wanita seperti bos yang di panggil madam tersebut.Namiya dan Putri tidak bisa berontak karena selain ada sosok madam tersebut juga ada dua bodyguard bertubuh besar yang mendampingi madam itu.Di depan kedua bodyguard itu Namiya dan Putri di telanjangi dan di pakaian kan pakaian baru, sebuah gaun pendek setengah paha nyaris transparan berwarna merah menyala buat Namiya dan hitam pekat buat Putri.Saat pakaian nya di lucuti di hadapan dua pria tanpa ekskresi tersebut rasa nya harga diri Namiya sudah hancur seluruh nya.Setelah selesai kedua gadis itu di seret oleh kedua pria tersebut Namiya dan Putri hanya bisa melangkah terseok mengikuti pria pria tersebut.Namiya dan Putri dia bawa ke sebuah ruangan tertutup, di sana sudah ada lika gadis lain yang menggunakan pakaian kurang bahan yang sama seperti mereka berdua.Walaupun ada tujuh gadis di dalan ruang tersebut tap

  • Simpanan Sembilan Bulan   06 Barang Lelang

    "Mbak Nuri yakin ini restoran?" tanya Namiya dengan suara bergetar, tampilan bangunan yang mereka tuju tidak seperti bayangan Namiya, tidak seperti restoran restoran yang Namiya lihat di televisi. Setelah perpisahan penuh air mata akhir nya di sini lah Namiya sekarang, di sebuah tempat dengan pencahayaan yang minim dengan dua pria bertubuh besar dengan kaos hitam pas badan berdiri menjaga pintu. "Iya ini memang restoran yang akan kita tuju, beda nya dengan restoran yang lain, restoran ini hanya buka mulai dari jam 11 malam saja, tapi kita karyawan sudah harus berkumpul sejak jam sembilan malam" ucap Nuri. "Tapi mbak, aku pikir restoran nya buka pagi tutup nya malam, restoran apa yang buka nya malah malam" ucap Namiya. "Sama aja, udah... ayo masuk, mbak kenalin sama madam Lesti pemilik restoran ini" ucap mbak Nuri sambil mencekal lengan Namiya dan menarik nya masuk ke dalam. "Tapi mbak... perasaan ku nggak enak... entah kenapa rasa nya ada yang salah" ucap Namiya sambil beru

  • Simpanan Sembilan Bulan   05 Bapak

    "Tapi mbak...""Lis, mbak insyaallah akan baik baik saja, mbak akan manjaga diri, mbak akan mencari pekerjaan yang lebih baik nanti di jakarta,pekerjaan ini hanya sementara, jika ada kesempatan mbak akan nyari kerja yang lebih baik," ucap Namiya "Ya udah kalau mbak sudah yakin," ucap Nalisa. "Lis, mbak titip adik adik sama kamu ya,kalau nanti mbak udah ketemu kerjaan yang lebih bagus mbak akan nyari kontrakan yang agak besar dan kita semua bisa pindah ke kota, kalian bisa melanjutkan sekolah ke kota" ucap Namiya "Iya Mbak nggak usah khawatir, aku akan jaga mereka berdua." ucap Namiya. "Ini kemarin mbak narik uang 13 juta, dan mbak sisa kan 10 juta sebagai uang darurat kita sepuluh juta, mbak harap uang itu jangan sampai terpakai dulu sampai mbak dapat gaji" ucap Namiya."Akan aku usahakan mbak" jawab Nalisa "Ini mbak ambil ya dua juta buat pegangan mbak ke kota, dua juta buat uang pangkal dan uang seragam Namira masuk SMA, satu juta uang pangkal Nafisa masuk SMP. Satu juta persia

  • Simpanan Sembilan Bulan   04 Kami akan Pergi

    "Tapi juragan Namiya masih kecil dia baru saja naik kelas tiga SMA." ucap bude Lilis "Benar juragan, dia masih di bawah umur, juragan bisa kena masalah menikahi gadis di bawah umur" ucap kang Dirman. "Alah... Apa sih yang nggak bisa kalau pakai uang, nikah siri itu gampang, tinggal baca ijab qabul, kasih mahar dan kasih amplop buat penghulu, udah selesai" ucap juragan Kasman dengan arogan. "Saya menginginkan gadis itu, jiwa muda saya bergelora saat melihat nya, jadi bagaimana dek Miya, kamu mau kan jadi istri ke empat mas, mas janji akan membahagiakan kan kamu lahir bathin, mas ini masih sangat perkasa dan uang mas sangat banyak, mas bisa memberikan apapun buat kamu" ucap juragan Kasman. Rasa jijik di hati Miya membuat perut nya melilit... Mual... Ingin muntah... Panggilan mas yang di selipkan oleh juragan Kasman pada diri nya membuat Namiya ingin muntah. "Tidak perlu kek... Kami akan segera pindah, hari ini juga" sebuah suara menjawab ucapan juragan Kasman. Tiga gadi

  • Simpanan Sembilan Bulan   03 Istri ke Empat

    "Tok... Tok... Tok..." pintu rumah di ketuk dengan keras dari luar, Namiya yang sedang memasak untuk makan siang ketiga adik nya beranjak menuju pintu depan.Sudah dua minggu sejak kepergian ibu, Namiya merasa tubuh nya masih belum pulih dari rasa kehilangan. Memang mereka sudah kembali ke sekolah, Miya kelas 3 SMA, Nalisa kelas 2 SMA, Namira kelas 3 SMP dan si bungsu Nafisa kelas enam SD.Awalnya Namiya berniat untuk berhenti sekolah dan mencari kerja, tapi kedatangan pihak jasa rahardja ke rumah nya merubah segala nya. Namiya yang datang ke kantor jasa rahardja bersama bude Lilis tetangga yang selalu membantu keluarga mereka, pulang dengan membawa uang dengan nominal yang sangat besar bagi Namiya. Lima puluh juta yang di masukkan ke dalan rekening yang baru saja di buat dengan menggunakan uang bude Lilis sebagai uang pangkal.Tangan Namiya bergetar."Bude sebenarnya mau mengucapkan selamat nduk atas uang nya, tapi bude sadar uang sebanyak ini tidak sebanding dengan kehilangan k

  • Simpanan Sembilan Bulan   02 Ibu pergi

    Pekik tangis keempat gadis itu memancing perhatian para tetangga, satu persatu para tetangga datang, bahkan bude sumi berlari ke rumah pak RT setelah mendengar kabar buruk tersebut.Keempat gadis itu hanya bisa menangis tak lagi bisa mengontrol emosi mereka, beberapa tetangga wanita mencoba menenangkan para gadis tersebut.Pak polisi akhir nya menjelaskan pada pak RT kronologi kejadian kecelakaan yang menimpa bus yang di tumpangi ibu, menurut polisi tidak ada satu pun penumpang yang selamat, karena jurang nya lumayan dalam, bahkan proses evakuasi nya aja memakan waktu berjam jam .Jenazah ibu akan segera di antar kan setelah proses investigasi selesai.Semua tetangga bersiap menyambut kepulangan jenazah ibu, begitu lah tradisi di kampung mereka, jika ada kabar duka seperti ini seluruh warga bahu membahu membantu seluruh proses tanpa di minta.Rumah di bersihkan, sebuah kasur di gelar di tengah ruangan. Kursi kursi plastik dan tenda juga di gelar di depan rumah untuk tempat duduk para

DMCA.com Protection Status