"Bik... Bibik mau balik ke rumah sakit lagi menjaga anak itu?" Tanya seorang wanita cantik berusia pertengahan tiga puluhan menyapa bibik yang seperti nya akan segera berangkat. "Iya nyonya, kasihan anak itu di rumah sakit sendirian, apa lagi nyonya dan tuan memberikan dia kamar VIP, dia akan sendirian saja di dalam ruangan itu" ucap Bibik "Bagaimana keadaan anak itu bik?" Tanya sang Nyonya "Nyonya Moana tenang saja, semua sudah baik baik saja, kondisi Namiya juga sudah baik baik saja secara fisik, tapi tidak mental nya" ucap Bibik dengan nada sendu. "Jadi nama nya Namiya, nama yang indah,tapi apa maksud bibik? Apa dia mengalami PTSD setelah kecelakaan itu, astaga apa yang sudah kami lakukan" ucap wanita cantik bernama Moana tersebut. "Bukan nyonya, bukan kecelakaan itu yang membuat nya trauma, dia malah merasa sangat bersyukur telah di tabrak oleh mobil nyonya dan tuan, kejadian sebelum sebelum itu lah yang membuat nya trauma" ucap bibik. "Bibik ayo duduk dulu ceritakan ap
Allarick menatap Moana yang tertidur lelap di sisi nya, wanita yang dullu ceria dan energik kini kuyu dan kehilangan rona nya akibat kanker yang menjangkiti tubuh nya dua tahun terakhir. Walaupun saat ini sel kanker nya bisa di bilang sudah berhasil di bunuh tapi efek panjang pengobatan nya meninggalkan beksa yang terlihat jelas.Rambut yang nyaris botak, kulit kusam dan bersisik, tubuh kurus lemah dan sinar mata yang meredup tapi tidak sedikit pun cinta allarick berkurang pada Moana, malah melihat perjuangan wanita nya, cinta Allarick semakin besar saja dari waktu ke waktu.Allarick mencintai hati dan jiwa Moana, kecantikan fisik bagi Allarick bisa di cari, dengan perawatan puluhan hingga ratusan juta kecantikan fisik Moana bisa di kembalikan dengan mudah.Allarick merasa permintaan Moana tadi sore sangat berat, menikah lagi adalah hal yang tidak pernah ada dalam rencana hidup Allarick, dia sudah merasa cukup bersama Moana, tapi entah ide dari mana sejak satu bulan terakhir Moana se
"Assalamualaikum..." Moana mendorong pintu rawat Vip di mana Namiya di rawat."Waalaikumsalam" jawab Namiya dan bik Marni dari dalam ruangan.Jika Namiya terlihat heran dengan kedatangan Moana yang tidak dia kenal, tidak begitu dengan bik Marni, wanita empat puluh tahunan itu lansung berdiri dan menyapa Moana."Nyonya... Nyonya datang""Bik Marni..." Jawab Moana sambil tersenyum dan melangkah masuk."Bagaimana kabar nya dek Namiya?" Tanya Moana sambil melangkah masuk dengan langkah kecil."Nyonya datang sama siapa? Bukan nya nyonya lagi sakit?" Tanya Bik Marni sambil berjalan mendekati Moana dan merangkul lengan nya untuk membantu nya berjalan."Saya ingin ketemu sama dek Namiya bik, saya punya hutang maaf sama dek Namiya karena udah menabrak nya sampai dek Namiya di rawat di rumah sakit. Karena itu lah saya datang sekarang" ucap Moana."Neng Miya, ini nyonya Moana, majikan bibik yang bibik ceritakan sama neng Miya kemarin" ucap bibik memperkenalkan Namiya pada Moana."Nyonya... Kenap
"Maaf nyonya saya lancang masuk kembali, tapi ini ada telpon dari kampung nya neng Miya, dari adik kedua nya" ucap Bibik dengan wajah cemas.Ekpresif Namiya berubah saat mendengar jika ada telpon dari kampung nya, dia memang memberikan nomor bibik pada Nalisa saat itu.Namiya menerima ponsel pintar itu dari bik Marni dengan tangan bergetar, perasaan nya langsung tidak enak. Dia takut terjadi apa apa dengan ketiga adik nya."Hallo assalamualaikum..." sapa Namiya dengan suara bergetar."Waalaikumsalam mbak..." bukan suara Nalisa dan Namira yang dia dengar tapi suara si bungsu Nafisa yang berbicara sambil berbisik bisik."Nafisa ini kamu? Ada apa dek... Tumben kamu yang nelpon mbak?" tanya Namiya. "Mbak... Bapak datang lagi... Fisa takut mbak... Bapak jahat... Bapak marah marah sama mbak Mira dan mbak Lisa... Fisa takut mbak..." ucap gadis kecil itu dengan suara bergetar menahan tangis."Datang lagi.... Kalian sudah di pulang? Bukan nya kemarin masih di rumah sakit?" tanya Namiya. "Bar
"Mas Allarick ingin anak nya masih bernasab pada nya, karena itu mas Allarick akan menikahi kamu sebagai istri kedua nya" ucap Moana."Apa mbak? Menikah?""Itu syarat dari mas Allarick dek... Bagaimana pendapat kamu?" tanya Moana sambil menggenggam tangan Namiya."Aku jadi istri kedua mbak? Jadi pelakor yang merusak rumah tangga orang lain? Seperti wanita itu? Wanita yang masuk dalam pernikahan bapak dan ibu? Dan jadi duri dalam daging di pernikahan mereka, yang menghancurkan sebuah keluarga?" tanya Namiya."Nggak dek.. Nggak seperti itu, nggak selama nya jadi istri kedua itu disebut pelakor... Nggak dek... Nggak kayak gitu konsep nya" ucap Moana saaat melihat kecemasan di wajah Namiya.Moana sadar konsep istri kedua dalam kepala Namiya memiliki konotasi negatif, karena trauma yang dia rasakan dalam rumah nya sendiri."Bagaimana kalau mbak bilang pernikahan kalian hanya formalitas, setelah anak kami lahir kalian akan berpisah" ucap Moana."Apa aku akan di sebut pelakor mbak?" Tanya Na
"Saya terima nikah dan kawin nya Namiya Anggraini binti Burhan dengan mahar satu unit rumah di bayar tunai" suara Allarick terdengar bergetar, setelah salah untuk kedua kali nya akhir nya ijab Qabul pun syah pada percobaan ketiga.Pernikahan sederhana itu di ada kan di rumah yang sudah di belikan oleh Allarick untuk MNamiya, sebuah cluster minimalis berlantai dua dengan empat kamar tidur, dapur luas dan sebuah kolam renang minimalis.Namiya sangat bersyukur, walaupun untuk mendapatkan rumah ini dia harus menjual kesucian nya seperti pelacur, tapi setidak nya ketiga adik nya memiliki tempat untuk tinggal.Karena semakin lama adik adik nya di kampung, semakin keselamatan mereka terancam sejak sang ayah memilih kembali ke kampung mereka dan ngontrak di sana bersama anak laki laki nya dan istri baru nya.Yah... Ayah nya memang sudah memiliki seorang anak bersama wanita itu, anak laki laki berusia tiga tahun, anak yang begitu dia diam idamkan. Anak yang dia sembunyikan dari ibu.Pad awal
Allarick duduk di dalam kamar tidur utama di lantai atas mengerjakan sesuatu di laptop nya.Allarick merasa dunia nya menjadi berguncang, tiba tiba saja dia sudah memiliki dua istri dan saat ini berada di rumah istri kedua nya.Samar samar Allarick mendengar tawa di lantai dasar rumah nya, Allarick yang terbiasa hidup dengan tenang bersama Moana merasa sedikit terganggu.Allarick lalu keluar dari kamar dan berjalan turun menuju lantai satu.Di sana di lihat nya gadis yang baru saja menjadi istri nya terlihat menyuruh adik bungsu nya kelurga dari kamar mandi kecil di bagian belakang rumah yang terkoneksi dengan dapur.Namiya menyuruh adik nya itu berhenti berenang dan mandi lalu bersiap siap untuk shalat maghrib."Tuan... Tuan mau bibik bikinin kopi?" sebuah suara menyapa Allarick yang duduk di ujung tangga."Eh... Nggak usah bik... Nanti aja, sebentar lagi adzan magrib saya mau mandi dulu" ucap Allarick.Bik marni yang berjalan keluar dari dapur langsung menyapa Allarick. Bik Marni ya
Namiya mengikuti langkah Allarick menuju kamar utama, setelah makan malam tadi Allarick bilang ingin berbicara pada nya karena itu lah Allarick mengajak nya masuk ke kamar yang akan menjadi kamar utama."Tutup pintu nya" Ucap Allarick pada Namiya dengan patuh gadis itu gadis itu melalukan perintah pria yang baru saja menjadi suami nya tersebut Allarick duduk di sisi ranjang lalu menunjukkan sisi samping nya meminta Namiya untuk ikut duduk."Kita belum pernah berbicara dari hati ke hati sebelum nya, karena sekarang kita sudah menikah, ayo kita berbicara isi hati masing masing, karena sesungguhnya nya saya sangat tidak suka ketidakjujuran, karena itu lah, ayo kita saling jujur untuk memulai hubungan kita" ucap Allarick. "Baik mas" ucap Namiya. "Mungin ini akan menyakitkan hati mu, tapi Saya sesungguhnya menentang pernikahan ini, saya melakukan ini demi kebahagiaan istri saya dan demi impian terbesar dalam hidup nya" ucap Allarick. "Saya tau mas, mbak Moana udah bilang, beliau juga
Allarick mengusap perut Namiya yang menggunung, entah kenapa semakin usia kehamilan nya membesar, semakin Namiya gampang ketiduran.Padahal mereka tadi sedang ngobrol hilir mudik, tiba tiba saja sudah tidak ada tanggapan lagi dari mulut Namiya obrolan obrolan ringan Allarick. "Maafin daddy ya anak anak karena tidak selalu ada buat kalian" ucap Allarick sambil mengusap perut Namiya dengan lembut.Tiba tiba saja sebuah sentakan keras menjawab ucapan Allarick, Allarick terperangah dan menatap perut Namiya dengan ekspresi tidak percaya."Apa itu tadi?" suara serak Namiya terdengar sedikit meringis. Dia mengusap perut nya yang tadi ada bekas tendangan. "Sayang... Seperti nya bayi kita bergerak, dia menendang tangan mas yang mengusap nya" ucap Allarick yang tanpa sadar memanggil Namiya dengan sebutan sayang."Tendangan? Benar kah? Ini pertama kali nya mereka memandang mas," ucap Namiya dengan suara yang terdengar serak."Dokter memang sudah memberi tahukan pada ku saat masuk usia kehamila
"Mas..." Panggil Moana pada sang suami yang sedang menikmati makan nya dengan lahap."Iya kenapa?" Jawab Allarick tanpa menghentikan kunyahan nya."Aku tiba tiba kepikiran sesuatu, tapi kamu jangan marah ya kalau akau bilang" ucap Moana sambil menatap sang suami dengan intens.Mendengar nada serius dalam suara sang istri, Allarick meletakkan sendok nya lalu menghentikan kunyahan nya."Ada apa?" Tanya Allarick dengan lembut."Sebenarnya aku kepikiran saja ucapan mommy tadi siang" ucap Moana"Emang nya mommy bilang apa?" Tanya Allarick"Tentang anak anak" ucap Moana lirih"Tentang anak anak? Ada apa dengan anak anak?" Tanya Allarick."Mommy tadi bertanya,apa kita akan mengambil kedua anak, waktu aku jawab iya, mommy terlihat sedikit keberatan, dia terlihat sangat kasihan pada Namiya, tapi apa yang di ucap kan oleh mommy entah kenapa terngiang ngiang terus di pikiran ku" ucap Moana"Mommy bilang apa?""Mommy bilang ada dua anak dan ada dua ibu kenapa anak nya tidak di bagi saja? Satu bua
"Astaga... Darah? Kamu nggak papa nak, apa yang terjadi?" tanya mommy Noura yang terlihat panik."Aku juga nggak tau," ucap Namiya. "Apa ada yang sakit?" tanya Moana yang tidak kalah panik."Udah berhenti bicara, ayo kita ke segera periksa, naik mobil mommy saja, kebetulan mommy punya kenalan dokter obgyn yang punya klinik tidak jauh dari sini" ucap mommy Noura sambil membantu Namiya berdiri.Moana mengeluarkan tiga lembar uang merah lalu meletakkan di meja sebelum mengikuti mertua dan madu nya itu* * *"Menantu kamu cuma kelelahan Ra, juga sedikit stress dan banyak pikiran, tidak ada hal yang harus di takutkan" ucap wanita seusia Mommy Noura sambil menutup perut Noura yang terbuka setelah mereka melakukan USG untuk melihat kondisi anak di dalam rahim nya."Yah... Hari ini kami memang banyak bepergian, kami melihat lokasi untuk restoran baru nya Namiya, kami juga mampir ke kantor desain interior, jalan jalan di mall" ucap Moana dengan nada bersalah."Lalu stress karena ketemu
"Mom... Tolong maafkan aku, maafkan Mas Al juga, ini bukan salah Namiya, dia bukan gadis yang hadir dalam pernikahan kami, tapi kami yang menyeret dalam rumah tangga kami, dia tidak berniat untuk menjadi wanita kedua" ucap Moana sambil mengusap tangan Namiya yang masih gemetaran. Wajah Mommy Noura perlahan melunak melihat Namiya yang sedang hamil meringkuk ketakutan. "Kamu lagi hamil anak nya Al?" tanya mommy Noura dengan suara yang mulai melunak. "Kamu nggak usah takut, ini Mommy Noura, mommy kandung nya mas Al, mommy suara nya memang besar, tapi mommy baik kok" ucap Moana menenangkan Namiya. "Iya tante aku sedang hamil anak nya Mas Al" ucap Namiya tanpa memandang sang mertua. "Sekarang ceritakan sama mommy apa yang sebenarnya terjadi hingga kamu meminta Al buat nikah lagi" tanya mommy Noura. "Pada awal nya kami hanya ingin Surrogate Mother saja mom, tapi ternyata setiap sel telur yang aku hasil kan, tidak ada yang bisa di buahi karena cacat secara genetik, efek dari rangkaia
"Gimana dek? Kamu suka nggak dengan ruko ini" tanya Moana pada Namiya setelah kedua nya sampai di depan ruko berlantai dua tersebut. "Ruko buat apa ini mbak?" tanya Namiya perang, Kening nya berkerut menatap bangunan di depan nya."Mbak udah dengar dari mas Al, kalau kamu ingin punya usaha restoran dan katering dan sedang mencari tempat yang strategis" ucap Moana. "Ruko nya bagus mbak, indah... Tapi mbak... Aku ingin punya usaha yang sederhana aja mbak? Ruko ini terlalu besar buat aku, lagi pula mbak sudah terlalu baik sama aku selama ini" ucap Namiya. "Dek... Ruko ini sudah kami miliki sangat lama, tapi tidak pernah di gunakan sekali pun, dulu nya ruko ini kami dapatkan saat ada seorang partner bisnis mas Al yang gagal bayar hutang, dia menyerahkan lahan ini buat mas Al sebagai penebus hutang nya" ucap Moana. "Mbak... Jika aku menggunakan gedung milik kalian, besar kemungkin kondisi kita akan ketahuan oleh keluarga besar mas Al..." ucap Namiya. "Jadi itu yang kamu cemaskan? Kamu
"Mas yakin mau ngehabisin ceker nya, bibir mas udah merah banget, pasti pedas sekali ya?" Tanya Namiya saat melihat bibir Allarick yang memerah karena memakan ceker pedas level lima.Padahal Namiya sudah meminta Allarick ambil level tiga saja karena Allarick selama ini tidak terlalu suka makan makanan pedas, Allarick baru mulai sering makan makanan pedas sejak empat bulan terakhir sejak menikah dengan Namiya, karena istri muda nya itu selalu masak masakan nusantara yang berat dan penuh rempah."Ini memang peda, tapi entah kenapa rasa nya sangat enak" ucap Allarick di sela nafas nya yang putus putus karena kepedasan."Kamu kata nya lapar, kenapa tidak makan? malah natap mas kayak gitu" tanya Allarick.Allarick melihat nasi ayam bakar sambal dabu dabu pesanan sang istri masih belum di sentuh oleh pemilik nya itu padahal ceker pedasya tingga setengah."Iya mas" ucap Namiya sambil memasukkan tangan ya ke dalam kobokan. Perlahan Namiya memasukkan satu persatu nasi dengan ayam bakar tersebu
Kehamilan Namiya sudah masuk bulan ke tiga, tapi hal hal aneh yang di alami Allarick masih dia rasakan, padahal dokter bilang kalau hal itu biasa nya hanya dia rasakan saat trimester pertama saja, tapi saat trimester pertama sudah lewat hal hal aneh itu masih di alami oleh Allarick.Hal paling aneh yang dirasakan oleh Allarick dua bulan terakhir adalah dia hanya sakit mual dan pusing saat dia pulang ke rumah Moana tapi saat dia pulang ke rumah Namiya kondisi nya langsung membaik dan nafsu makan nya meningkat.Allarick yang selama ini adalah orang yang paling rasional di paksa menerima hal hal irasional dan di luar nalar.Saat di rumah Namiya Allarick selalu menginginkan makanan makanan aneh di tengah malam."Mas mau kemana?" suara serak Namiya mengagetkan Allarick yang sedang memakai jaket nya."Mas mau ke street food di dekat taman kota" ucap Allarick sambil mengancingkan jaket nya dengan rapat berharap bisa menahan dingin nya angin malam."Ngapain? Ini udah hampir jam setengah dua b
Allarick merasa tubuh nya sangat lemas, makanan apapun yang dia konsumsi tidak pernah bisa bertahan di lambung nya dan langsung keluar kembali. "Mas sebenarnya kenapa? Sudah tiga hari mas seperti ini" ucap Moana sambil mengurut tengkuk Allarick yang menunduk di atas wastafel. "Mas juga nggak ngerti sayang," ucap Allarick, wajah nya yang pucat terlihat mengkerut tak mengerti. "Kita ke dokter aja ya sayang, aku cemas kalau kamu seperti ini" ucap Moana dengan nada setengah memaksa. "Baiklah" ucap Allarick akhir nya.Sudah tiga hari seperti ini membuat Allarick sangat kesusahan, belum lagi dia harus bekerja, tapi kondisi nya membuat dia tidak nyaman."Aku reservasi dulu ya, mas ganti baju dulu, baju ini lengket penuh keringat" Ucap Moana. Allarick mengangguk.Rumah sakit yang mereka tuju tidak terlalu jauh dari rumah mereka, rumah sakit nya tidak terlalu besar, hanya seperti klinik saja."Tidak ada yang salah dengan kondisi bapak, baik lambung, usus maupun hasil tes darah semua nya s
Namiya terbangun dan meraba sisi ranjang nya yang dingin, dan pria yang seharusnya nya ada di sana tidak lagi ada. Namiya menatap sekeliling tapi tetap Tidak terlihat sang suami di sana.Namiya lalu bangun dan menghidupkan lampu tidur di nakas lalu meraih jubah tidur untuk melapisi baju tidur nya sebelum turun dari ranjang dan keluar dari kamar.Saat akan turun dari tangga menuju lantai dua Namiya melihat lampu dapur terlihat menyala terang, Namiya juga mencium aroma enak yang seperti nya aroma mie instan. "Mas ngapain tengah malam begini di dapur?" saat melihat kalau yang di dapur adalah sang suami, Namiya langsung menyapa nya."Mas lapar," jawab Allarick singkat sambil melanjutkan memasak nya. "Tengah malam begini? Tumben? Biasa nya mas membatasi makan di jam delapan malam, tapi ini udah tengah malam, makan mie rebus pula, aneh banget, kalau mas emang lapar kenapa Nggak bangunin aku biar aku bisa masakin sesuatu buat mas Al" ucap Namiya. "Saya memang lagi pengen nya makan mie reb