"Tapi mbak..."
"Lis, mbak insyaallah akan baik baik saja, mbak akan manjaga diri, mbak akan mencari pekerjaan yang lebih baik nanti di jakarta,pekerjaan ini hanya sementara, jika ada kesempatan mbak akan nyari kerja yang lebih baik," ucap Namiya "Ya udah kalau mbak sudah yakin," ucap Nalisa. "Lis, mbak titip adik adik sama kamu ya,kalau nanti mbak udah ketemu kerjaan yang lebih bagus mbak akan nyari kontrakan yang agak besar dan kita semua bisa pindah ke kota, kalian bisa melanjutkan sekolah ke kota" ucap Namiya "Iya Mbak nggak usah khawatir, aku akan jaga mereka berdua." ucap Namiya. "Ini kemarin mbak narik uang 13 juta, dan mbak sisa kan 10 juta sebagai uang darurat kita sepuluh juta, mbak harap uang itu jangan sampai terpakai dulu sampai mbak dapat gaji" ucap Namiya. "Akan aku usahakan mbak" jawab Nalisa "Ini mbak ambil ya dua juta buat pegangan mbak ke kota, dua juta buat uang pangkal dan uang seragam Namira masuk SMA, satu juta uang pangkal Nafisa masuk SMP. Satu juta persiapkan kalian buat beli buku buku dan sisa nya buat pegangan kalau mbak belum punya uang buat bayar kontrakan kita bulan dalan serta uang buat makan dan jajan kalian" ucap Namiya "Baik mbak" ucap Nalisa sambil mengumpul kan uang yang di serahkan oleh Namiya "Dan ini kartu ATM kita, kalau benar gaji mbak tiga juta sebulan, nanti setiap gajian mbak akan ngirim uang ke sini dua juta, satu juta buat pegangan mbak di kota. "Ini akan jadi uang makan kalian selama di sini, kalau bersisa bisa buat tabungan kita pindah ke kota" ucap Namiya sambil menyerahkan kartu ATM berwarna biru ke tangan Nalisa. "Baik mbak" jawab Nalisa dengan mata berkaca kaca. "Kamu pintar pintar ya Lis mengatur keuangan, mbak,mbak harap kita bisa segera punya tabungan untuk modal kita nyewa rumah di kota, Mbak rasa nya nggak nyaman kalau kita berjauhan" ucap Namiya. "Tok... Tok... Tok..." saat kedua gadis itu sedang bicara pintu rumah kontrakan mereka di ketuk. "Siapa ya mbak?" tanya Nalisa. "Mbak nggak tau, mungkin mbak Nuri, kemarin kata nya mbak Nuri minta KTP mbak" ucap Namiya "Emang nya KTP mbak udah di ambil dari kantor lurah?" tanya Nalisa "Belum" jawab gadis yang sudah berusia 18 tahun beberapa minggu yang lalu itu. "Jadi di mana?" "Mbak janji mau jemput KTP nya nanti siang" ucap Namiya sambil berdiri untuk membuka pintu. Nalisa mengumpulkan uang yang di letakkan berkelompok kelompok di atas meja oleh Nalisa tadi. Saat pintu terbuka mata Nalisa dan namiya terbelalak melihat siapa yang berdiri di depan pintu. "Bapak" ucap mereka berdua dengan ekspresi tidak percaya. "Tenyata benar kalian punya banyak uang dari asuransi jiwa ibu kalian, tau begini bapak akan pulang lebih cepat" mata pria setengah baya itu tidak menunjukkan sorot rindu pada anak anak nya tapi memperlihatkan keserakahan pada tumpukan uang di atas meja. "Lis... Uang nya" pekik Namiya sambil berusaha mendorong bapak yang memaksa untuk masuk ke rumah. Nalisa dengan cepat mengumpulkan uang yang dia bisa, Sedangkan Namiya dengan tubuh kecil nya mencoba menahan bapak, tapi tentu saja tenaga laki laki itu lebih kuat. Dia mendorong Namiya hingga terjatuh ke lantai dan melangkah mendekati Nalisa, karena kehilangan akal Nalisa menggulung tubuh nya di atas uang tersebut. "Berikan uang nya, bapak itu suami ibu bapak jauh lebih berhak dari pada kalian untuk memiliki uang ini, berikan..." ucap bapak sambil menarik tubuh Nalisa untuk berdiri. Nalisa terpekik kesakitan dengan cengkeraman tangan bapak. "Tolong... Tolong.... Tolong... Maling....." teriak Nalisa dengan keras. "Tolong... Tolong...." Namiya yang meringkuk kesakitan karena kaki nya yang terkilir juga ikut berteriak. Mendengar teriakan itu bapak panik, dia dengan cepat mengumpulkan beberapa uang yang berserakan sebelum lari meninggalkan rumah kontrakan anak anak nya itu. Teriakan kedua gadis itu memancing orang orang berdatangan untuk mencari tau maling mana yang begitu berani beraksi di tengah hari bolong. *** "Baru kali ini aku melihat seorang ayah sejahat bapak kalian" ucap bude Lilis sembari menempelkan obat di keling Nalisa yang berdarah dan bekas cakaran di tangan Nalisa akibat melindungi uang milik mereka yang akan di rampas sang ayah. "Au... Sakit mak..." Namiya menangis saat mak lili mengurut kaki nya yang sudah sangat bengkak padahal baru satu jam yang lalu kaki terkilir setelah di dorong oleh sang ayah. "Sabar ya neng, mak tau itu sakit tapi kamu harus tahan biar kamu nggak lama lama sakit nya" Ucap mak Lili sambil mengusap kaki Namiya Peluh memercik di kening Namiya, panas dan sakit membuat tubuh basah oleh keringat. "Mbak jadi takut ninggalin kalian di sini, bapak bisa datang kapan saja, dan menggangu kalian, tapi di sini mbak nggak tau mau kerja apa" keluh Namiya dengan kening khawatir. Namiya tidak bisa membayangkan Jika dia tidak ada Ayah nya datang lagi untuk menggangu adik adik nya yang tanpa perlindungan. "Berapa banyak uang yang ayah kalian ambil dari kalian?" tanya bude Lilis "Hampir tiga juta bude, itu uang buat masuk SMA dan SMP buat Namira dan Nafisa." jawab Nalisa. "Astagfirullah hal'adzim" ucap Bude Lilis dengan nada penuh amarah. "Jadi gimana rencana mbak jadi nya?" tanya Nalisa "Setelah kalian selesai ujian akhir dan kenaikan kelas ayo kita pindah saja ke kota, mbak akan berangkat duluan dan mencari kontrakan murah buat kita, kalian lanjutkan saja sekolah di kota" ucap Namiya "Tapi bagaimana dengan kontrakan kita mbak? Ujian kenaikan kelas dan penerimaan rapor dua bulan lagi sedangkan kontrakan kita habis bulan ini, bulan depan kita harus bayar lagi" ucap Nalisa "Mbak akan bicara sama buk hajjah agar bisa bayar kontrakan nya buat dua bulan saja" ucap Namiya. "Baiklah mbak, semoga buk hajjah ngizinin ya mbak" ucap Nalisa. "Insyaallah buk hajjah akan mengerti nak, biar bude temani kamu buat ngomong sama buk hajjah" ucap bude Lilis. "Terima kasih ya bude... Sejak ibu meninggalkan kami satu tahun yang lalu bude sudah menjadi ibu kedua bagi kami, bude selalu menjaga kami walaupun kami sudah pindah. Terima kasih banyak bude" ucap Namiya. "Sama sama nak, Dua bulan ini kamu bisa mencari tempat tinggal dan sekolah di kota buat adil adik kamu, di sini biar bude yang jaga mereka, kamu nggak usah mikirin mereka, nggak akan Bude biarkan ayah kalian mendekati adik adik mu?" ucap bude lilis. "Makasih banyak bude, aku sangat bahagia bisa memiliki bude di saat tersulit kami, Aku nitip adik adik ya bude" Ucap Namiya dengan suara bergetar menahan tangis. ***"Mbak Nuri yakin ini restoran?" tanya Namiya dengan suara bergetar, tampilan bangunan yang mereka tuju tidak seperti bayangan Namiya, tidak seperti restoran restoran yang Namiya lihat di televisi. Setelah perpisahan penuh air mata akhir nya di sini lah Namiya sekarang, di sebuah tempat dengan pencahayaan yang minim dengan dua pria bertubuh besar dengan kaos hitam pas badan berdiri menjaga pintu. "Iya ini memang restoran yang akan kita tuju, beda nya dengan restoran yang lain, restoran ini hanya buka mulai dari jam 11 malam saja, tapi kita karyawan sudah harus berkumpul sejak jam sembilan malam" ucap Nuri. "Tapi mbak, aku pikir restoran nya buka pagi tutup nya malam, restoran apa yang buka nya malah malam" ucap Namiya. "Sama aja, udah... ayo masuk, mbak kenalin sama madam Lesti pemilik restoran ini" ucap mbak Nuri sambil mencekal lengan Namiya dan menarik nya masuk ke dalam. "Tapi mbak... perasaan ku nggak enak... entah kenapa rasa nya ada yang salah" ucap Namiya sambil beru
Namiya dan gadis bernama Putri yang di kurung di kamar yang sama di dandani oleh dua orang gadis di bawah pengawasan oleh wanita seperti bos yang di panggil madam tersebut.Namiya dan Putri tidak bisa berontak karena selain ada sosok madam tersebut juga ada dua bodyguard bertubuh besar yang mendampingi madam itu.Di depan kedua bodyguard itu Namiya dan Putri di telanjangi dan di pakaian kan pakaian baru, sebuah gaun pendek setengah paha nyaris transparan berwarna merah menyala buat Namiya dan hitam pekat buat Putri.Saat pakaian nya di lucuti di hadapan dua pria tanpa ekskresi tersebut rasa nya harga diri Namiya sudah hancur seluruh nya.Setelah selesai kedua gadis itu di seret oleh kedua pria tersebut Namiya dan Putri hanya bisa melangkah terseok mengikuti pria pria tersebut.Namiya dan Putri dia bawa ke sebuah ruangan tertutup, di sana sudah ada lika gadis lain yang menggunakan pakaian kurang bahan yang sama seperti mereka berdua.Walaupun ada tujuh gadis di dalan ruang tersebut tap
"Dokter maaf apa boleh saya meminjam telepon saya harus menghubungi adik adik saya, mereka pasti sangat cemas..." tanya Namiya pada dokter di depan nya."Tentu saja..." ucap Dokter tersebut sambil menyerahkan ponsel nya pada Namiya setelah dia membuka kan kunci layar nya Namiya menekan dua belas nomor di ponsel tersebut, dua belas nomor yang dia ingat dan hapal di luar kepala, nomor ponsel adik adik nya di kampung. Saat Namiya membawa ponsel nya ke telinga di mendengar nada sambung hingga pada nada keempat panggil nya akhirnya di angkat oleh salah satu adik nya di kampung."Hallo siapa ini?" tanya sebuah suara dari seberang, dari gaya bicara dan suara nya Namiya sangat tau kalau itu adalah adik ke tiga nya Namira, si tombol yang gampang marah."Mira... Ini mbak" ucap Namiya lirih."Astagfirullah mbak... Mbak kemana aja...? Aku sudah menghubungi mbak dari dua hari yang lalu, Setelah mbak menelpon kami setelah bilang sampai di ibukota ponsel mbak nggak bisa lagi di hubungi," ucap Nami
"Bik... Bibik mau balik ke rumah sakit lagi menjaga anak itu?" Tanya seorang wanita cantik berusia pertengahan tiga puluhan menyapa bibik yang seperti nya akan segera berangkat. "Iya nyonya, kasihan anak itu di rumah sakit sendirian, apa lagi nyonya dan tuan memberikan dia kamar VIP, dia akan sendirian saja di dalam ruangan itu" ucap Bibik "Bagaimana keadaan anak itu bik?" Tanya sang Nyonya "Nyonya Moana tenang saja, semua sudah baik baik saja, kondisi Namiya juga sudah baik baik saja secara fisik, tapi tidak mental nya" ucap Bibik dengan nada sendu. "Jadi nama nya Namiya, nama yang indah,tapi apa maksud bibik? Apa dia mengalami PTSD setelah kecelakaan itu, astaga apa yang sudah kami lakukan" ucap wanita cantik bernama Moana tersebut. "Bukan nyonya, bukan kecelakaan itu yang membuat nya trauma, dia malah merasa sangat bersyukur telah di tabrak oleh mobil nyonya dan tuan, kejadian sebelum sebelum itu lah yang membuat nya trauma" ucap bibik. "Bibik ayo duduk dulu ceritakan ap
Allarick menatap Moana yang tertidur lelap di sisi nya, wanita yang dullu ceria dan energik kini kuyu dan kehilangan rona nya akibat kanker yang menjangkiti tubuh nya dua tahun terakhir. Walaupun saat ini sel kanker nya bisa di bilang sudah berhasil di bunuh tapi efek panjang pengobatan nya meninggalkan beksa yang terlihat jelas.Rambut yang nyaris botak, kulit kusam dan bersisik, tubuh kurus lemah dan sinar mata yang meredup tapi tidak sedikit pun cinta allarick berkurang pada Moana, malah melihat perjuangan wanita nya, cinta Allarick semakin besar saja dari waktu ke waktu.Allarick mencintai hati dan jiwa Moana, kecantikan fisik bagi Allarick bisa di cari, dengan perawatan puluhan hingga ratusan juta kecantikan fisik Moana bisa di kembalikan dengan mudah.Allarick merasa permintaan Moana tadi sore sangat berat, menikah lagi adalah hal yang tidak pernah ada dalam rencana hidup Allarick, dia sudah merasa cukup bersama Moana, tapi entah ide dari mana sejak satu bulan terakhir Moana se
"Assalamualaikum..." Moana mendorong pintu rawat Vip di mana Namiya di rawat."Waalaikumsalam" jawab Namiya dan bik Marni dari dalam ruangan.Jika Namiya terlihat heran dengan kedatangan Moana yang tidak dia kenal, tidak begitu dengan bik Marni, wanita empat puluh tahunan itu lansung berdiri dan menyapa Moana."Nyonya... Nyonya datang""Bik Marni..." Jawab Moana sambil tersenyum dan melangkah masuk."Bagaimana kabar nya dek Namiya?" Tanya Moana sambil melangkah masuk dengan langkah kecil."Nyonya datang sama siapa? Bukan nya nyonya lagi sakit?" Tanya Bik Marni sambil berjalan mendekati Moana dan merangkul lengan nya untuk membantu nya berjalan."Saya ingin ketemu sama dek Namiya bik, saya punya hutang maaf sama dek Namiya karena udah menabrak nya sampai dek Namiya di rawat di rumah sakit. Karena itu lah saya datang sekarang" ucap Moana."Neng Miya, ini nyonya Moana, majikan bibik yang bibik ceritakan sama neng Miya kemarin" ucap bibik memperkenalkan Namiya pada Moana."Nyonya... Kenap
"Maaf nyonya saya lancang masuk kembali, tapi ini ada telpon dari kampung nya neng Miya, dari adik kedua nya" ucap Bibik dengan wajah cemas.Ekpresif Namiya berubah saat mendengar jika ada telpon dari kampung nya, dia memang memberikan nomor bibik pada Nalisa saat itu.Namiya menerima ponsel pintar itu dari bik Marni dengan tangan bergetar, perasaan nya langsung tidak enak. Dia takut terjadi apa apa dengan ketiga adik nya."Hallo assalamualaikum..." sapa Namiya dengan suara bergetar."Waalaikumsalam mbak..." bukan suara Nalisa dan Namira yang dia dengar tapi suara si bungsu Nafisa yang berbicara sambil berbisik bisik."Nafisa ini kamu? Ada apa dek... Tumben kamu yang nelpon mbak?" tanya Namiya. "Mbak... Bapak datang lagi... Fisa takut mbak... Bapak jahat... Bapak marah marah sama mbak Mira dan mbak Lisa... Fisa takut mbak..." ucap gadis kecil itu dengan suara bergetar menahan tangis."Datang lagi.... Kalian sudah di pulang? Bukan nya kemarin masih di rumah sakit?" tanya Namiya. "Bar
"Mas Allarick ingin anak nya masih bernasab pada nya, karena itu mas Allarick akan menikahi kamu sebagai istri kedua nya" ucap Moana."Apa mbak? Menikah?""Itu syarat dari mas Allarick dek... Bagaimana pendapat kamu?" tanya Moana sambil menggenggam tangan Namiya."Aku jadi istri kedua mbak? Jadi pelakor yang merusak rumah tangga orang lain? Seperti wanita itu? Wanita yang masuk dalam pernikahan bapak dan ibu? Dan jadi duri dalam daging di pernikahan mereka, yang menghancurkan sebuah keluarga?" tanya Namiya."Nggak dek.. Nggak seperti itu, nggak selama nya jadi istri kedua itu disebut pelakor... Nggak dek... Nggak kayak gitu konsep nya" ucap Moana saaat melihat kecemasan di wajah Namiya.Moana sadar konsep istri kedua dalam kepala Namiya memiliki konotasi negatif, karena trauma yang dia rasakan dalam rumah nya sendiri."Bagaimana kalau mbak bilang pernikahan kalian hanya formalitas, setelah anak kami lahir kalian akan berpisah" ucap Moana."Apa aku akan di sebut pelakor mbak?" Tanya Na
Enam bulan berlalu begitu saja, seperti yang Namiya janjikan pada diri nya sendiri, dia akan pergi, sejauh mungkin untuk menghilang dari kehidupan yang kelam sebagai simpanan.Istri kedua yang tersembunyi. Enam bulan terakhir Namiya menghabiskan waktu mengumpulkan jutaan kenangan indah bersama sang suami, saat suami nya bersama diri nya.Namiya tau saat ini Moana sendiri sudah sangat berat hidup memiliki madu, Walaupun dia sendiri yang membawa madu itu ke rumah nya.Dahulu, saat Namiya hamil tidak sekali pun Moana memanggil Allarick yang harus nya bersama diri nya pulang ke rumah nya.Dahulu saat jatah Allarick pulang ke rumah Namiya, Moana tidak pernah memanggil Allarick untuk pulang ke rumah nya.Tapi sekarang, saat Allarick pulang ke rumah Namiya, Moana sering menelpon Allarick menyuruh nya buat pulang ke rumah nya dengan berbagai alasan.Dan alasan nya selalu tentang Niscalla. Entah Niscalla rewel lah, Niscalla nggak mau tidur lah, bahkan dia pernah mengatakan Niscalla yang baik
"Mom, aku ini bukan istri mas Al yang sebenarnya, aku ini istri yang di beli oleh mbak Moana untuk suami nya, bayaran ku adalah nafkah bulanan dan mahar berupa rumah untuk ketiga adik ku" Ucap Namiya "Dan aku di beli untuk mengandung anak buat mereka, saat ini tugas ku sudah selesai Mom, aku bersyukur mereka merelakan Arunika untuk ku, aku sudah puas walaupun hanya memiliki salah satu anak ku dan kehilangan anak ku yang lain untuk selama nya""Mom, aku dilema, di satu sisi aku ingin pergi karena aku tidak sanggup menjadi yang kedua, di sisi lain lain aku tidak bisa pergi meninggalkan adik adik ku yang masib kecil dan usaha restoran kami yang sedang naik"Ucap Namiya dengan mata menerawang "Kamu ingin pergi? Meninggal kan putra mommy? Apa kamu tidak mencintai nya?" tanya mommy Noura "Cinta... Bagaimana mungkin aku tidak mencintai nya mom, dia pria pertama yang menyentuh ku dan menghujani ku dengan cinta yang besar" "Aku jatuh cinta pada pria milik orang lain mommy" ucap Namiya "Da
Namiya terbangun dari tidur nya saat merasakan pelukan hangat seorang pria di belakang nya.Saat Namiya membuka mata dia melihat Allarick tertidur belakang nya dan memeluk nya dengan erat.Namiya terkejut, tapi dengan cepat dia menetralisir keterkejutan nya. Namiya menatap jam yang ada di atas nakas dan sudah menunjuk pukul setengah sepuluh malam.Namiya memang ketiduran sejak jam delapan tadi, Setelah Arunika tertidur di ikutan tertidur hingga tidak menyadari kedatangan sang suami.Namiya menatap Arunika di ranjang bayi nya yang masih pulas, biarpun baru satu minggu sejak mereka tinggal di rumah mommy Noura tapi Namiya merasa sangat nyaman di sana.Mommy dan opa nya mas Allarick mencintai Namiya dan Arunika, mereka bahkan juga terlihat menyayangi adik adik nya Namiya. Mommy Noura dan opa terlihat sangat bersyukur memiliki Namiya dan adik adik nya sebagai bagian dari keluarga mereka.Keluarga kesepian yang hanya tentang mereka berdua pada awal nya.Tapi sekarang sangat ramai dengan
Mommy Noura berjalan bersama pria yang terlihat sangat tua, tapi masih gesit dan cekatan. Dia berjalan sendiri tanpa kursi roda, dia memegang sebuah tongkat jalan dari kayu jati, terlihat kuat dan mewah. Pria itu adalah ayah nya mommy Noura, kakek Allarick dari pihak ibu nya. Mereka keluar dari kamar inap Moana dan menyeberang ke kamar inap Namiya, hari ini kedua ibu baru itu akan pulang, Moana akan di jemput ayah dan ibu tiri Allarick. Sedangkan Namiya dia hanya bersama adik adik nya saja, saat Mommy Noura membuka pintu dia melihat Nalisa sedang memasukkan barang barang Namiya dan Arunika ke dalam tas pakaian berwana hitam berukuran sedang. Dan Namiya duduk di ranjang menggendong Arunika yang sedari tadi menangis, Namiya juga mendengar suara tangisan Niscalla dari kamar samping. Kedua anak itu terlihat masih sama sama gelisah, seakan tau jika hari adalah kebersamaan terakhir mereka, lalu mereka akan berpisah selama nya. "Kalian udah siap siap?" Mommy Noura berjalan masuk
Namiya menatap dua bayi laki laki dan perempuan yang di letakkan di atas dada nya yang penuh keringat, kedua bayi itu seakan mengetahui jika di letak kan di sumber nutrisi nya.Mulut mereka bergerak gerak mencari mengikuti insting mereka.Allarick yang berdiri di samping nya nyaris menangis melihat kedua buah hati nya berhasil di keluarkan dengan selamat. Melihat langsung sang istri bertaruh nyawa di ruang persalinan membuat perasaan Allarick bercampur aduk tak karuan.Dulu dia pernah melihat Moana bertaruh nyawa melawan kanker, dan sekarang dia di paksa keadaan melihat Namiya bertaruh nyawa membawa ka bahagian untuk diri nya."Maafkan mas ya, udah bikin kamu kayak gini" ucap Allarick sambil mengecup ubun ubun Namiya dengan penuh perasaan yang membuncah tak terkira.Namiya tersenyum dan menggeleng."Bayi nya kita pindah kan dulu ya" ucap dokter Lusi pada mereka berdua."Kamu bisa mengazankan mereka sekarang, ayo ikut tante" ucap dokter Lusi."Tapi ibun nya anak anak..." Allarick seaka
Sesampai nya di klinik, Namiya di dorong ke dalam ruang bersalin menggunakan brankar. Dokter Lusi yang sudah di hubungi oleh mommy Noura sendiri yang menyambut kedatangan mereka ke klinik pribadi nya. Memang hanya mommy Noura dan Allarick saja yang ke rumah sakit,Sedangkan Nalisa di perintah kan menjaga Sesampai dalam ruang persalinan hal pertama yang di lakukan oleh dokter Lusi adalah memeriksa bukaan nya Namiya. "Bagaimana Lus?" tanya mommy Noura pada sang sahabat. "Belum ada bukaan, Tapi karena ketuban sudah pecah, kita akan mencoba cara tradisional dahulu," ucap Dokter Lusi. "Tradisional?" tanya Mommy Noura dengan kening berkerut. "Kita akan memancing kontraksi dengan stimulasi puting, Allarick bisa membantu melakukan nya, istimulasi puting termasuk salah satu cara terbaik memancing kontraksi, itu adalah induksi terbaik saat kontraksi tidak kunjungi datang" ucap dokter Lusi. "Baiklah Allarick akan melakukan nya, kamu kasih petunjuk aja sama Allarick bagaimana m
Namiya masuk ke rumah nya dengan langkah kecil, walaupun kehamilan nya sudah memasuki bulan ke sembilan tapi dia masih aktif di restoran nya yang sudah sangat ramai setiap hari nya. Omset harian nya pun di luar perkiraan Namiya, rasa yang ontentik, tempat yang strategis dan pelayanan yang ramah membuat para pelanggan datang berulang ke restoran mereka. Restoran mereka mulai terkenal sebagai restoran khas indonesia dengan rasa nya yang sangat medok. Restoran itu di beri nama "Kemangi". Selama mengelola restoran Namiya seakan menemukan pasion dalam hidup nya, hal itu menjadi salah satu sumber kebahagiaan dalam hidup nya. "Mbak udah pulang?" saat sampai di rumah dia di sambut oleh ketiga adik nya yang sedang sibuk di ruang tengah dengan tumpukan buku di depan nya. Namiya senang sekarang ketiga adik nya begitu semangat untuk sekolah. Impian untuk kuliah yang dulu hanya sebatas khayalan sekarang tak lagi hanya angan angan. Mereka sudah bisa bermimpi untuk kuliah nanti nya. Nal
"Terima kasih ya mas... Mbak... Untuk dua hari ini, pengajian dua hari yang lalu dan soft opening hari ini pasti sangat melelahkan," Namiya berdiri di depan staff restoran nya yang memiliki usia di atas diri nya."Soft opening sudah berjalan dengan lancar hari ini, dan mulai besok kita akan memulai perjuangan yang sesungguh nya, semoga restoran kita bisa di nikmati pelanggan dan memiliki banyak pengunjung setiap hari nya""Seperti yang saya bilang sebelum nya, selain kita harus mempertahankan cita rasa yang kita miliki, satu hal lagi yang terpenting adalah service kita pada pelanggan, kita harus memperlakukan pelanggan kita dengan baik," ucap Namiya."Baik buk...""Kalau gitu untuk hari ini kalian pulang lebih awal, beristirahat yang cukup bersiap untuk menyambut hari baru kota esok hari, oh iya... Itu ada sedikit bingkisan, bawa pulang dan makan bersama keluarga di rumah" ucap Namiya."Terima kasih buk... Kami pamit..." ucap para staff yang satu persatu berlalu meninggal menuju ruang
"Aku mau cerita sama mommy" ucap Namiya sambil mengunyah capcai ayam buatan sang mertua dengan lahap. "Cerita apa?" tanya mommy Noura sambil menatap fokus pada sang menantu. "Kemarin malam mas Al tanya sama Miya mom, dia tanya apa Miya menginginkan salah satu anak kami dalam pengasuhan Miya kelak" ucap Namiya dengan mata berbinar "Oh ya? Benar dia tanya begitu? Apa kamu yang memancing duluan atau dia yang ingat begitu saja?" "Mas Al ingat begitu aja Mom, mas Al bilang gini sama aku jika tuhan memang adil, tuhan memberi dua anak untuk dua ibu jika aku menginginkan" "Terus kamu bilang apa?" Tanya mommy Noura "Aku bilang aku menginginkan" ucap Namiya dengan mata berbinar. "Jadi kamu akan memiliki salah satu anak?" Tanya mommy Noura yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Namiya. "Alhamdulillah nak... Akhir nya sejarah tidak terulang lagi di keluarga itu, keluarga yang telah menciptakan ibu tanpa anak, walaupun kamu harus menyerahkan salah satu anak mu, darah daging mu sendiri p