"Tok... Tok... Tok..." pintu rumah di ketuk dengan keras dari luar, Namiya yang sedang memasak untuk makan siang ketiga adik nya beranjak menuju pintu depan.
Sudah dua minggu sejak kepergian ibu, Namiya merasa tubuh nya masih belum pulih dari rasa kehilangan. Memang mereka sudah kembali ke sekolah, Miya kelas 3 SMA, Nalisa kelas 2 SMA, Namira kelas 3 SMP dan si bungsu Nafisa kelas enam SD. Awalnya Namiya berniat untuk berhenti sekolah dan mencari kerja, tapi kedatangan pihak jasa rahardja ke rumah nya merubah segala nya. Namiya yang datang ke kantor jasa rahardja bersama bude Lilis tetangga yang selalu membantu keluarga mereka, pulang dengan membawa uang dengan nominal yang sangat besar bagi Namiya. Lima puluh juta yang di masukkan ke dalan rekening yang baru saja di buat dengan menggunakan uang bude Lilis sebagai uang pangkal. Tangan Namiya bergetar. "Bude sebenarnya mau mengucapkan selamat nduk atas uang nya, tapi bude sadar uang sebanyak ini tidak sebanding dengan kehilangan kalian, tapi setidak nya dengan uang ini kalian masih bisa bernafas lega setidak nya sampai kamu tamat SMA dan bisa mencari pekerjaan demi adik adik mu ndak" ucap bude Lilis. "Makasih bude, udah menemani Namiya seharian ini, nanti Miya kasih ya bude sejuta sebagai uang bensin udah ngantar Miya." ucap Namiya. "Nggak bude nggak mau, itu uang kalian, kalian anak piatu, bude tidak mau memakan uang kalian, bude membantu kalian ikhlas, tanpa mengharapkan apapun." ucap bude Lilis. "Makasih ya bude" ucap Namiya dengan mata berkaca kaca. "Tapi kamu harus menyiapkan uang di rumah, takut nya ibu kamu punya utang dan orang nagih ke rumah, sekalian kamu datang ke warung nya mbok sumi, tanyain apa ibu punya hutang di sana?" ucap bude Lilis mengingatkan. "Baik bude" ucap Namiya. "Ayo kita ke ke ATM bude akan ngajarin kamu cara narik uang di ATM, kamu jangan ambil banyak banyak dulu, cukup ambil satu juta dua ratus saja, satu juta buat pegangan kalian dan dua ratus untuk mengembalikan uang bude yang di pakai buat bikin rekening" ucap bude Lilis. "Baik bude." *** Namiya menarik pintu sebelum rumah nya roboh karena keras nya gedoran dari luar. Saat pintu terbuka terlihat kang Dirman berdiri seperti raksasa di depan rumah di belakang nya ada dua preman yang selalu mengikuti kang Dirman kemana pun dia pergi. Bude Lilis yang tinggal di sebelum berlari menuju rumah Namiya saat mendengar gedoran sekeras itu. "Kang Dirman" ucap Namiya. Karena kematian sang ibu Namiya sungguh lupa dengan penyebab kenapa ibu harus pergi dengan bus malam itu, ibu akan pergi meminjam uang ke kota entah pada siapa untuk menutupi hutang yang buat oleh bapak agar rumah mereka tidak di sita juragan Kasman. Dan melihat kang Dirman di depan rumah nya Namiya akhir nya ingat kembali, tenggang waktu uang di berikan oleh kan Dirman adalah tiga minggu dan ini sudah minggu ke tiga. "Dirman apa apaan ini?" bude Lilis menegur kang Dirman dengan keras. "Maaf mbak yu, saya hanya menjalankan tugas, Burhan berhutang pada juragan Kasman sebelum dia minggat, saya hanya menagih utang ke sini" ucap kang Dirman. "Hutang? Berapa banyak?" tanya bude Lilis. "Hutang nya 100 juta dan bunga nya 50 juta dengan sertifikat rumah sebagai jaminan, tiga minggu yang lalu saya datang mengingatkan tentang hutang itu dan sekarang saya datang untuk menagih" ucap kang Dirman "Astagfirullah hal'adzim" ucap bude Lilis sambil menutup mulut nya, Namiya hanya menunduk ketakutan. "Tapi kenapa kalian nagih ke sini? Kenapa nggak nyari Burhan saja dan tagih dia" ucap bude Lilis. "Itu lah masalahnya mbak yu, Burhan hilang, dia minggat dari kontrakan bini muda nya, dan sekarang tidak tau ada di mana" ucap kang Dirman. Bude Lilis menatap Namiya yang menunduk dengan mata berkaca kaca. "Nduk..." ucap bude Lilis Namiya hanya menggelengkan kepala dengan lemah. Kemana dia harus pergi, mereka memang masih punya banyak simpanan dari uang asuransi ibu, tapi tidak akan cukup membayar utang pada juragan Kasman, yang nilai nya tiga kali lipat. Jalan satu satu nya hanya menyerahkan rumah sederhana mereka pada juragan Kasman. Dan mereka akan pindah ke kontrakan. "Dirman kamu orang kampung ini, kamu pasti tau kan bagaimana kondisi anak anak saat ini, apa tidak ada kelonggaran dari juragan Kasman buat mereka, ibu mereka baru saja meninggal" ucap bude Lilis. "Mbak yu, bukan nya aku tidak mau memberi kelonggaran tapi ini perintah juragan Kasman. " ucap Kang Dirman. "Masih belum juga Dirman? Kenapa lama sekali" sebuah suara berat memanggil kang Dirman, dengan cepat kang Dirman membalikkan tubuh, di lihat nya pria enam puluh tahun yang sudah menjadi bos nya sejak dua puluh tahun yang lalu itu berdiri di belakang nya. "Maaf juragan, iya saya sudah menyampaikan pada anak nya Burhan juragan, jadi Miya apa keputusan mu, mau membayar hutang bapak mu atau menyerah kan rumah ini pada juragan Kasman sebagai penebus hutang" tanya kang Dirman. Namiya mengangkat wajah nya menatap kang Dirman, bude Lilis dan terakhir juragan Kasman. Sebelum Miya membuka mulut nya untuk mengatakan sesuatu, suara juragan Kasman sudah lebih dahulu terdengar di sana. "Atau pilihan terakhir jadi istri ke empat saya dan saya akan mengembalikan rumah ini pada kamu sebagai mas kawin, saya bahkan akan membangunkan rumah baru yang lebih besar lagi di tanah ini buat kamu dan adik adik mu" ucapan juragan Kasman sontak mengejutkan kang Dirman dan Bude Lilis. Bude Lilis menatap juragan Kasman dengan perasaan jijik, pria tua dengan tiga istri dan banyak simpanan, tapi masih mengincar anak bau kencur seperti Namiya yang payudara nya saja masih belum tumbuh sempurna. Namiya tak kalah kaget, rasa jijik membuat nya hampir muntah, juragan Kasman menatap nya dengan pandanga menjijikan, dia menatap Miya seakan Miya adalah barang yang akan segera dia beli. Pandangan juragan Kasman pada Namiya seperti Namiya itu telanjang bulat, padahal Namiya menggunakan pakaian tertutup dengan hijab instans yang menutupi rambut lebat nya. "Tapi juragan Namiya masih kecil dia baru saja naik kelas tiga SMA." ucap bude Lilis "Benar juragan, dia masih di bawah umur, juragan bisa kena masalah menikahi gadis di bawah umur" ucap kang Dirman. "Alah... Apa sih yang nggak bisa kalau pakai uang, nikah siri itu gampang, tinggal baca ijab qabul, kasih mahar dan kasih amplop buat penghulu, udah selesai" ucap juragan Kasman dengan arogan. ***"Tapi juragan Namiya masih kecil dia baru saja naik kelas tiga SMA." ucap bude Lilis "Benar juragan, dia masih di bawah umur, juragan bisa kena masalah menikahi gadis di bawah umur" ucap kang Dirman. "Alah... Apa sih yang nggak bisa kalau pakai uang, nikah siri itu gampang, tinggal baca ijab qabul, kasih mahar dan kasih amplop buat penghulu, udah selesai" ucap juragan Kasman dengan arogan. "Saya menginginkan gadis itu, jiwa muda saya bergelora saat melihat nya, jadi bagaimana dek Miya, kamu mau kan jadi istri ke empat mas, mas janji akan membahagiakan kan kamu lahir bathin, mas ini masih sangat perkasa dan uang mas sangat banyak, mas bisa memberikan apapun buat kamu" ucap juragan Kasman. Rasa jijik di hati Miya membuat perut nya melilit... Mual... Ingin muntah... Panggilan mas yang di selipkan oleh juragan Kasman pada diri nya membuat Namiya ingin muntah. "Tidak perlu kek... Kami akan segera pindah, hari ini juga" sebuah suara menjawab ucapan juragan Kasman. Tiga gadi
"Tapi mbak...""Lis, mbak insyaallah akan baik baik saja, mbak akan manjaga diri, mbak akan mencari pekerjaan yang lebih baik nanti di jakarta,pekerjaan ini hanya sementara, jika ada kesempatan mbak akan nyari kerja yang lebih baik," ucap Namiya "Ya udah kalau mbak sudah yakin," ucap Nalisa. "Lis, mbak titip adik adik sama kamu ya,kalau nanti mbak udah ketemu kerjaan yang lebih bagus mbak akan nyari kontrakan yang agak besar dan kita semua bisa pindah ke kota, kalian bisa melanjutkan sekolah ke kota" ucap Namiya "Iya Mbak nggak usah khawatir, aku akan jaga mereka berdua." ucap Namiya. "Ini kemarin mbak narik uang 13 juta, dan mbak sisa kan 10 juta sebagai uang darurat kita sepuluh juta, mbak harap uang itu jangan sampai terpakai dulu sampai mbak dapat gaji" ucap Namiya."Akan aku usahakan mbak" jawab Nalisa "Ini mbak ambil ya dua juta buat pegangan mbak ke kota, dua juta buat uang pangkal dan uang seragam Namira masuk SMA, satu juta uang pangkal Nafisa masuk SMP. Satu juta persia
"Mbak Nuri yakin ini restoran?" tanya Namiya dengan suara bergetar, tampilan bangunan yang mereka tuju tidak seperti bayangan Namiya, tidak seperti restoran restoran yang Namiya lihat di televisi. Setelah perpisahan penuh air mata akhir nya di sini lah Namiya sekarang, di sebuah tempat dengan pencahayaan yang minim dengan dua pria bertubuh besar dengan kaos hitam pas badan berdiri menjaga pintu. "Iya ini memang restoran yang akan kita tuju, beda nya dengan restoran yang lain, restoran ini hanya buka mulai dari jam 11 malam saja, tapi kita karyawan sudah harus berkumpul sejak jam sembilan malam" ucap Nuri. "Tapi mbak, aku pikir restoran nya buka pagi tutup nya malam, restoran apa yang buka nya malah malam" ucap Namiya. "Sama aja, udah... ayo masuk, mbak kenalin sama madam Lesti pemilik restoran ini" ucap mbak Nuri sambil mencekal lengan Namiya dan menarik nya masuk ke dalam. "Tapi mbak... perasaan ku nggak enak... entah kenapa rasa nya ada yang salah" ucap Namiya sambil beru
Namiya dan gadis bernama Putri yang di kurung di kamar yang sama di dandani oleh dua orang gadis di bawah pengawasan oleh wanita seperti bos yang di panggil madam tersebut.Namiya dan Putri tidak bisa berontak karena selain ada sosok madam tersebut juga ada dua bodyguard bertubuh besar yang mendampingi madam itu.Di depan kedua bodyguard itu Namiya dan Putri di telanjangi dan di pakaian kan pakaian baru, sebuah gaun pendek setengah paha nyaris transparan berwarna merah menyala buat Namiya dan hitam pekat buat Putri.Saat pakaian nya di lucuti di hadapan dua pria tanpa ekskresi tersebut rasa nya harga diri Namiya sudah hancur seluruh nya.Setelah selesai kedua gadis itu di seret oleh kedua pria tersebut Namiya dan Putri hanya bisa melangkah terseok mengikuti pria pria tersebut.Namiya dan Putri dia bawa ke sebuah ruangan tertutup, di sana sudah ada lika gadis lain yang menggunakan pakaian kurang bahan yang sama seperti mereka berdua.Walaupun ada tujuh gadis di dalan ruang tersebut tap
"Dokter maaf apa boleh saya meminjam telepon saya harus menghubungi adik adik saya, mereka pasti sangat cemas..." tanya Namiya pada dokter di depan nya."Tentu saja..." ucap Dokter tersebut sambil menyerahkan ponsel nya pada Namiya setelah dia membuka kan kunci layar nya Namiya menekan dua belas nomor di ponsel tersebut, dua belas nomor yang dia ingat dan hapal di luar kepala, nomor ponsel adik adik nya di kampung. Saat Namiya membawa ponsel nya ke telinga di mendengar nada sambung hingga pada nada keempat panggil nya akhirnya di angkat oleh salah satu adik nya di kampung."Hallo siapa ini?" tanya sebuah suara dari seberang, dari gaya bicara dan suara nya Namiya sangat tau kalau itu adalah adik ke tiga nya Namira, si tombol yang gampang marah."Mira... Ini mbak" ucap Namiya lirih."Astagfirullah mbak... Mbak kemana aja...? Aku sudah menghubungi mbak dari dua hari yang lalu, Setelah mbak menelpon kami setelah bilang sampai di ibukota ponsel mbak nggak bisa lagi di hubungi," ucap Nami
"Bik... Bibik mau balik ke rumah sakit lagi menjaga anak itu?" Tanya seorang wanita cantik berusia pertengahan tiga puluhan menyapa bibik yang seperti nya akan segera berangkat. "Iya nyonya, kasihan anak itu di rumah sakit sendirian, apa lagi nyonya dan tuan memberikan dia kamar VIP, dia akan sendirian saja di dalam ruangan itu" ucap Bibik "Bagaimana keadaan anak itu bik?" Tanya sang Nyonya "Nyonya Moana tenang saja, semua sudah baik baik saja, kondisi Namiya juga sudah baik baik saja secara fisik, tapi tidak mental nya" ucap Bibik dengan nada sendu. "Jadi nama nya Namiya, nama yang indah,tapi apa maksud bibik? Apa dia mengalami PTSD setelah kecelakaan itu, astaga apa yang sudah kami lakukan" ucap wanita cantik bernama Moana tersebut. "Bukan nyonya, bukan kecelakaan itu yang membuat nya trauma, dia malah merasa sangat bersyukur telah di tabrak oleh mobil nyonya dan tuan, kejadian sebelum sebelum itu lah yang membuat nya trauma" ucap bibik. "Bibik ayo duduk dulu ceritakan ap
Allarick menatap Moana yang tertidur lelap di sisi nya, wanita yang dullu ceria dan energik kini kuyu dan kehilangan rona nya akibat kanker yang menjangkiti tubuh nya dua tahun terakhir. Walaupun saat ini sel kanker nya bisa di bilang sudah berhasil di bunuh tapi efek panjang pengobatan nya meninggalkan beksa yang terlihat jelas.Rambut yang nyaris botak, kulit kusam dan bersisik, tubuh kurus lemah dan sinar mata yang meredup tapi tidak sedikit pun cinta allarick berkurang pada Moana, malah melihat perjuangan wanita nya, cinta Allarick semakin besar saja dari waktu ke waktu.Allarick mencintai hati dan jiwa Moana, kecantikan fisik bagi Allarick bisa di cari, dengan perawatan puluhan hingga ratusan juta kecantikan fisik Moana bisa di kembalikan dengan mudah.Allarick merasa permintaan Moana tadi sore sangat berat, menikah lagi adalah hal yang tidak pernah ada dalam rencana hidup Allarick, dia sudah merasa cukup bersama Moana, tapi entah ide dari mana sejak satu bulan terakhir Moana se
"Assalamualaikum..." Moana mendorong pintu rawat Vip di mana Namiya di rawat."Waalaikumsalam" jawab Namiya dan bik Marni dari dalam ruangan.Jika Namiya terlihat heran dengan kedatangan Moana yang tidak dia kenal, tidak begitu dengan bik Marni, wanita empat puluh tahunan itu lansung berdiri dan menyapa Moana."Nyonya... Nyonya datang""Bik Marni..." Jawab Moana sambil tersenyum dan melangkah masuk."Bagaimana kabar nya dek Namiya?" Tanya Moana sambil melangkah masuk dengan langkah kecil."Nyonya datang sama siapa? Bukan nya nyonya lagi sakit?" Tanya Bik Marni sambil berjalan mendekati Moana dan merangkul lengan nya untuk membantu nya berjalan."Saya ingin ketemu sama dek Namiya bik, saya punya hutang maaf sama dek Namiya karena udah menabrak nya sampai dek Namiya di rawat di rumah sakit. Karena itu lah saya datang sekarang" ucap Moana."Neng Miya, ini nyonya Moana, majikan bibik yang bibik ceritakan sama neng Miya kemarin" ucap bibik memperkenalkan Namiya pada Moana."Nyonya... Kenap
Enam bulan berlalu begitu saja, seperti yang Namiya janjikan pada diri nya sendiri, dia akan pergi, sejauh mungkin untuk menghilang dari kehidupan yang kelam sebagai simpanan.Istri kedua yang tersembunyi. Enam bulan terakhir Namiya menghabiskan waktu mengumpulkan jutaan kenangan indah bersama sang suami, saat suami nya bersama diri nya.Namiya tau saat ini Moana sendiri sudah sangat berat hidup memiliki madu, Walaupun dia sendiri yang membawa madu itu ke rumah nya.Dahulu, saat Namiya hamil tidak sekali pun Moana memanggil Allarick yang harus nya bersama diri nya pulang ke rumah nya.Dahulu saat jatah Allarick pulang ke rumah Namiya, Moana tidak pernah memanggil Allarick untuk pulang ke rumah nya.Tapi sekarang, saat Allarick pulang ke rumah Namiya, Moana sering menelpon Allarick menyuruh nya buat pulang ke rumah nya dengan berbagai alasan.Dan alasan nya selalu tentang Niscalla. Entah Niscalla rewel lah, Niscalla nggak mau tidur lah, bahkan dia pernah mengatakan Niscalla yang baik
"Mom, aku ini bukan istri mas Al yang sebenarnya, aku ini istri yang di beli oleh mbak Moana untuk suami nya, bayaran ku adalah nafkah bulanan dan mahar berupa rumah untuk ketiga adik ku" Ucap Namiya "Dan aku di beli untuk mengandung anak buat mereka, saat ini tugas ku sudah selesai Mom, aku bersyukur mereka merelakan Arunika untuk ku, aku sudah puas walaupun hanya memiliki salah satu anak ku dan kehilangan anak ku yang lain untuk selama nya""Mom, aku dilema, di satu sisi aku ingin pergi karena aku tidak sanggup menjadi yang kedua, di sisi lain lain aku tidak bisa pergi meninggalkan adik adik ku yang masib kecil dan usaha restoran kami yang sedang naik"Ucap Namiya dengan mata menerawang "Kamu ingin pergi? Meninggal kan putra mommy? Apa kamu tidak mencintai nya?" tanya mommy Noura "Cinta... Bagaimana mungkin aku tidak mencintai nya mom, dia pria pertama yang menyentuh ku dan menghujani ku dengan cinta yang besar" "Aku jatuh cinta pada pria milik orang lain mommy" ucap Namiya "Da
Namiya terbangun dari tidur nya saat merasakan pelukan hangat seorang pria di belakang nya.Saat Namiya membuka mata dia melihat Allarick tertidur belakang nya dan memeluk nya dengan erat.Namiya terkejut, tapi dengan cepat dia menetralisir keterkejutan nya. Namiya menatap jam yang ada di atas nakas dan sudah menunjuk pukul setengah sepuluh malam.Namiya memang ketiduran sejak jam delapan tadi, Setelah Arunika tertidur di ikutan tertidur hingga tidak menyadari kedatangan sang suami.Namiya menatap Arunika di ranjang bayi nya yang masih pulas, biarpun baru satu minggu sejak mereka tinggal di rumah mommy Noura tapi Namiya merasa sangat nyaman di sana.Mommy dan opa nya mas Allarick mencintai Namiya dan Arunika, mereka bahkan juga terlihat menyayangi adik adik nya Namiya. Mommy Noura dan opa terlihat sangat bersyukur memiliki Namiya dan adik adik nya sebagai bagian dari keluarga mereka.Keluarga kesepian yang hanya tentang mereka berdua pada awal nya.Tapi sekarang sangat ramai dengan
Mommy Noura berjalan bersama pria yang terlihat sangat tua, tapi masih gesit dan cekatan. Dia berjalan sendiri tanpa kursi roda, dia memegang sebuah tongkat jalan dari kayu jati, terlihat kuat dan mewah. Pria itu adalah ayah nya mommy Noura, kakek Allarick dari pihak ibu nya. Mereka keluar dari kamar inap Moana dan menyeberang ke kamar inap Namiya, hari ini kedua ibu baru itu akan pulang, Moana akan di jemput ayah dan ibu tiri Allarick. Sedangkan Namiya dia hanya bersama adik adik nya saja, saat Mommy Noura membuka pintu dia melihat Nalisa sedang memasukkan barang barang Namiya dan Arunika ke dalam tas pakaian berwana hitam berukuran sedang. Dan Namiya duduk di ranjang menggendong Arunika yang sedari tadi menangis, Namiya juga mendengar suara tangisan Niscalla dari kamar samping. Kedua anak itu terlihat masih sama sama gelisah, seakan tau jika hari adalah kebersamaan terakhir mereka, lalu mereka akan berpisah selama nya. "Kalian udah siap siap?" Mommy Noura berjalan masuk
Namiya menatap dua bayi laki laki dan perempuan yang di letakkan di atas dada nya yang penuh keringat, kedua bayi itu seakan mengetahui jika di letak kan di sumber nutrisi nya.Mulut mereka bergerak gerak mencari mengikuti insting mereka.Allarick yang berdiri di samping nya nyaris menangis melihat kedua buah hati nya berhasil di keluarkan dengan selamat. Melihat langsung sang istri bertaruh nyawa di ruang persalinan membuat perasaan Allarick bercampur aduk tak karuan.Dulu dia pernah melihat Moana bertaruh nyawa melawan kanker, dan sekarang dia di paksa keadaan melihat Namiya bertaruh nyawa membawa ka bahagian untuk diri nya."Maafkan mas ya, udah bikin kamu kayak gini" ucap Allarick sambil mengecup ubun ubun Namiya dengan penuh perasaan yang membuncah tak terkira.Namiya tersenyum dan menggeleng."Bayi nya kita pindah kan dulu ya" ucap dokter Lusi pada mereka berdua."Kamu bisa mengazankan mereka sekarang, ayo ikut tante" ucap dokter Lusi."Tapi ibun nya anak anak..." Allarick seaka
Sesampai nya di klinik, Namiya di dorong ke dalam ruang bersalin menggunakan brankar. Dokter Lusi yang sudah di hubungi oleh mommy Noura sendiri yang menyambut kedatangan mereka ke klinik pribadi nya. Memang hanya mommy Noura dan Allarick saja yang ke rumah sakit,Sedangkan Nalisa di perintah kan menjaga Sesampai dalam ruang persalinan hal pertama yang di lakukan oleh dokter Lusi adalah memeriksa bukaan nya Namiya. "Bagaimana Lus?" tanya mommy Noura pada sang sahabat. "Belum ada bukaan, Tapi karena ketuban sudah pecah, kita akan mencoba cara tradisional dahulu," ucap Dokter Lusi. "Tradisional?" tanya Mommy Noura dengan kening berkerut. "Kita akan memancing kontraksi dengan stimulasi puting, Allarick bisa membantu melakukan nya, istimulasi puting termasuk salah satu cara terbaik memancing kontraksi, itu adalah induksi terbaik saat kontraksi tidak kunjungi datang" ucap dokter Lusi. "Baiklah Allarick akan melakukan nya, kamu kasih petunjuk aja sama Allarick bagaimana m
Namiya masuk ke rumah nya dengan langkah kecil, walaupun kehamilan nya sudah memasuki bulan ke sembilan tapi dia masih aktif di restoran nya yang sudah sangat ramai setiap hari nya. Omset harian nya pun di luar perkiraan Namiya, rasa yang ontentik, tempat yang strategis dan pelayanan yang ramah membuat para pelanggan datang berulang ke restoran mereka. Restoran mereka mulai terkenal sebagai restoran khas indonesia dengan rasa nya yang sangat medok. Restoran itu di beri nama "Kemangi". Selama mengelola restoran Namiya seakan menemukan pasion dalam hidup nya, hal itu menjadi salah satu sumber kebahagiaan dalam hidup nya. "Mbak udah pulang?" saat sampai di rumah dia di sambut oleh ketiga adik nya yang sedang sibuk di ruang tengah dengan tumpukan buku di depan nya. Namiya senang sekarang ketiga adik nya begitu semangat untuk sekolah. Impian untuk kuliah yang dulu hanya sebatas khayalan sekarang tak lagi hanya angan angan. Mereka sudah bisa bermimpi untuk kuliah nanti nya. Nal
"Terima kasih ya mas... Mbak... Untuk dua hari ini, pengajian dua hari yang lalu dan soft opening hari ini pasti sangat melelahkan," Namiya berdiri di depan staff restoran nya yang memiliki usia di atas diri nya."Soft opening sudah berjalan dengan lancar hari ini, dan mulai besok kita akan memulai perjuangan yang sesungguh nya, semoga restoran kita bisa di nikmati pelanggan dan memiliki banyak pengunjung setiap hari nya""Seperti yang saya bilang sebelum nya, selain kita harus mempertahankan cita rasa yang kita miliki, satu hal lagi yang terpenting adalah service kita pada pelanggan, kita harus memperlakukan pelanggan kita dengan baik," ucap Namiya."Baik buk...""Kalau gitu untuk hari ini kalian pulang lebih awal, beristirahat yang cukup bersiap untuk menyambut hari baru kota esok hari, oh iya... Itu ada sedikit bingkisan, bawa pulang dan makan bersama keluarga di rumah" ucap Namiya."Terima kasih buk... Kami pamit..." ucap para staff yang satu persatu berlalu meninggal menuju ruang
"Aku mau cerita sama mommy" ucap Namiya sambil mengunyah capcai ayam buatan sang mertua dengan lahap. "Cerita apa?" tanya mommy Noura sambil menatap fokus pada sang menantu. "Kemarin malam mas Al tanya sama Miya mom, dia tanya apa Miya menginginkan salah satu anak kami dalam pengasuhan Miya kelak" ucap Namiya dengan mata berbinar "Oh ya? Benar dia tanya begitu? Apa kamu yang memancing duluan atau dia yang ingat begitu saja?" "Mas Al ingat begitu aja Mom, mas Al bilang gini sama aku jika tuhan memang adil, tuhan memberi dua anak untuk dua ibu jika aku menginginkan" "Terus kamu bilang apa?" Tanya mommy Noura "Aku bilang aku menginginkan" ucap Namiya dengan mata berbinar. "Jadi kamu akan memiliki salah satu anak?" Tanya mommy Noura yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Namiya. "Alhamdulillah nak... Akhir nya sejarah tidak terulang lagi di keluarga itu, keluarga yang telah menciptakan ibu tanpa anak, walaupun kamu harus menyerahkan salah satu anak mu, darah daging mu sendiri p