“Kamu benar-benar nggak punya perasaan, selalu menganggap semua yang kamu lakukan selama ini hal biasa-biasa saja! Baiklah, jika selama ini aku selalu menahan untuk tidak mengatakannya sekarang akan aku katakan jika aku nggak sanggup lagi membina rumah tangga ini dengan sikap Mas yang seenaknya aja pergi dan kembali ke rumah ini!” raut wajah Angel menunjukan keseriusan dari ucapannya.“Oh, jadi kamu ingin rumah tangga ini diakhiri? Baik, aku akan urus semua itu tapi bukan sekarang paling lambat 2 bulan lagi aku akan kembali ke sini.”“Kenapa nggak sekarang aja?”“Seperti yang aku katakan tadi hari ini aku harus terbang ke Malaysia karena besok pagi ada tamu penting yang datang dari vietnam, singapura dan lainnya. Sementara untuk menyelesaikan hal yang kamu anggap sebagai permasalahan dalam rumah tangga itu nggaklah mudah, kita harus membicarakan hal itu dengan kedua orang tua kita dulu baru memutuskan segala sesuatunya.” Tutur Anton.“Oke, aku akan tunggu!” setelah mendengar ucapan An
“Aku juga heran Tante dengan sikap Om Anton, dikit aja bertengkar ngambek nggak pulang ke rumah. Padahal jika dia mau bicara secara baik-baik dan meredam egonya, ketegangan dan keributan nggak akan berlanjut. Ya kan, Tante?”“Itulah sifat asli Dia yang sebenarnya, makanya aku udah nggak tahan lagi. Saat dia kembali nanti ke rumah, aku akan beberkan semuanya pada Papa dan Mama tentang sikap dan perlakuannya selama ini. Kamu tentunya nggak akan bisa aku minta sebagai saksi nantinya karena kamu terbilang baru kerja di rumahku tapi Bi Surti, Bi Ratni dan Diana udah cukup bagiku untuk menguatkan semua yang akan aku beberkan nanti.” Angel merasa sangat yakin bahwa apa yang akan ia jelaskan nanti, akan menjadi alasan yang kuat untuk mengakhiri rumah tangganya dengan Anton.Jalan raya menuju puncak saat itu terbilang lancar meskipun ada kemacetan, itu hanya di beberapa ruas jalan tertentu saja. Lebih kurang 2 jam perjalanan, Angel dan Roy pun tiba di lokasi yang dituju.Angel langsung menyewa
“Aku juga nggak tahu, Roy. Kan aku emang nggak pernah pacaran, selesai kuliah langsung disuruh kerja sama Papa lalu dijodohin.” Angel berucap sembari tersenyum.“Sulit juga menjalin hubungan itu ya, Tante?”“Bagi yang benar-benar dewasa pemikirannya, katanya sih nggak sulit juga. Malahan dengan pacaran mereka bisa mengenal lebih dekat lagi, dan dari situ mereka bisa memantapkan diri untuk berumah tangga.” Angel menuturkan semua itu berdasarkan cerita beberapa temannya yang kini juga telah berumah tangga.Obrolan mereka pun terhenti saat mendengar ada seseorang memencet bel di lantai dasar vila itu, Angel meminta Roy untuk duduk saja di tempat sementara ia turun dan membukakan pintu.“Maaf Bu, kami datang membawa menu makan siang ini.” tutur salah seorang dari 3 wanita yang berdiri di depan pintu masuk vila itu.“Oh, silahkan taruh saja di sana!” ujar Angel menujuk sebuah meja yang ada di ruang tengah lantai dasar vila itu.“Permisi.” ucap mereka berbarengan lalu membawa masuk menu-men
Setelah makan siang dan duduk sejenak, Anton membawa Yurika ke dokter kandungan yang tak jauh dari ke diamannya di kota itu. Nampak sekali di wajah Anton jika dia berharap jika Yurika benar-benar hamil setelah diperiksa dokter nantinya, dan begitu pula Yurika berharap yang sama.Tiba di tempat yang dituju, Yurika langsung saja diperiksa dokter spesialis kandungan. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Yurika dan dokter itu ke luar dari ruangannya menghampiri Anton yang tampak gelisah di ruang tunggu.“Bagaimana dok, apakah istriku hamil?” tanya Anton, saat dokter ke luar lebih dulu dari ruangan pemeriksaan.“Hemmm, selamat ya Pak. Istri anda memang hamil, dan usia kandungannya saat ini sudah 2 minggu. Tolong jaga istrinya dengan baik, jangan sampai terlalu kelelahan agar kandungannya tetap sehat dan terjaga!”“Tentu saja, terima kasih dok.” ucap Anton dengan gembiranya sembari menyalami dokter spesialis kandungan itu.“Sama-sama, Pak.” dokter itu tersenyum kemudian kembali masuk k
“Tapi kan jika ingin berselancar sebelumnya kita kan dilengkapi alat pengaman?”“Iya benar, Tante. Bagi yang pemula dan nggak bisa berenang, selain dipandu juga dilengkapi rompi pelampung.” jelas Roy.“Tapi jarang ya, cewek-cewek yang suka berselancar?”“Nggak juga, Tante. Buktinya di desaku banyak juga cewek-cewek yang berselancar. Apalagi kawasan pantai dikunjungi wanita-wanita bule, mereka selain suka berjemur juga suka berselancar.”“Susah dan lama nggak sih Roy belajarnya?”“Nggak lama juga Tante, yang lama itu mempersiapkan mental jika seseorang itu merasa takut akan ketinggian gulungan ombak.”“Ya udah jika suatu saat kita jalan-jalan ke pantai yang ombaknya besar dan tinggi cocok untuk berselancar, kamu ajari aku ya Roy?”“Beres Tante.”“Nah, berhubung hari udah malam dan hawanya udah semakin dingin di sini kita berselancarnya di kasur aja yuk?” tutur Angel dengan tawa nakalnya, membuat Roy terkejut lalu ikut tertawa.Vila yang disewa Angel sesuai dengan harga sewanya yang mah
Tapi entah kenapa sejak kejadian yang ia sendiri tak pernah merencanakannya terjadi di kamar mandi waktu itu, Angel menjadi sosok wanita yang kerap dilanda hausnya kehangatan bercinta di ranjang dengan pria muda dari Desa Nelayan itu. Padahal sampai saat ini tak ada perasaan spesialnya terhadap Roy, selain hubungan majikan dan bawahan di rumah mewahnya itu.Kenyataan itu tak dapat ia pungkiri, Roy sosok yang mampu memenuhi nafkah batin yang selama ini tak pernah ia dapatkan dan raih dari Anton. Meskipun sebagai suami-istri mereka tentunya sudah sering melakukan hubungan badan, namun tak pernah Angel rasakan sedahsyat bercinta dengan Roy yang mampu mengantarkannya ke puncak berkali-kali dalam sekali berhubungan.*****Dalam perjalanan pulang dari puncak Bogor ke rumahnya di Jakarta, Angel mengajak Roy berhenti sejenak di sebuah pondok makanan khas daerah. Di pondok itu mereka dapat duduk bersila dan selonjoran sambil menikmati menu-menu yang tersedia di sana, seperti bakso, mie ayam, c
“Iya Diana, tapi kita juga nggak bisa desak Nyonya untuk menepati janjinya itu. Soalnya sekarang di samping Nyonya sibuk dengan urusan kantor, ia juga tengah bermasalah dengan Tuan Anton. Sebaiknya kita tunggu aja, jika memang Nyonya berniat ngajak kita jalan-jalan pasti suatu waktu ia tepati.” tutur Bi Surti.“Minggu besok aku akan ajak kalian ke pantai!” tiba-tiba terdengar seruan seseorang yang baru saja menghampiri mereka dari ruang tengah.“Eh, Nyonya! Kirain Nyonya masih di kamar, kata Mas Roy tadi Nyonya langsung istirahat begitu pulang.” ujar Bi Surti.“Iya, tadi aku memang langsung ke kamar untuk istirahat tapi nggak bisa merem juga walaupun tadi aku udah coba rebahan.”“Nyonya kecapean, ya? Aku pijitin ya, Nyonya?” tawar Diana.“Nggak usah, Diana. Badanku nggak pegal-pegal amat kok, buatin teh hangat Bi!” pinta Angel pada Bi Surti.“Baik, Nyonya.” Bi Surti pun berdiri dari duduknya menuju dapur membuatkan segelas teh hangat untuk majikannya, sementara Angel ikut duduk bergab
“Dalam menjalin hubungan itu musti ada rasa saling percaya, terkecuali Lu ama Ronal pacaran hanya karena iseng-iseng aja!”“Gue udah sering ingin berhubungan serius dengan cowok, Gue berusaha untuk setia namun buktinya selama ini gue selalu gagal dan kecewa bahkan patah hati. Makanya gue sulit sampai sekarang bisa serius jalin hubungan dengan cowok-cowok, termasuk juga Ronal.” tutur Rena menjelaskan tentang masa lalunya.“Nggak semua cowok begitu, Ren. Lu nggak boleh juga nuding Ronal, kalau lu sendiri belum melihat dan memergokinya selingkuh. Kalau lu begini terus mana mungkin akan dapat cowok yang baik dan benar-benar serius!”“Entahlah Rit, gue lagi nggak ingin mikirin itu. Sekarang gue jalani aja hidup ini, yang penting bisa buat gue happy. Lu nggak jalan dengan cowok lu?”“Nggak Ren, kami hanya jalan kalau besoknya libur kerja aja. Kalau kangen paling kami chat atau telpon-telponan.” jawab Rita yang memang jauh berbeda cara berpacaran dibandingan Rena, meskipun dia satu tempat ke
“Hemmm, kan emang perjanjiannya sejak awal begitu.” ulas Alice.“Perjanjian apa? Aku merasa nggak pernah buat perjanjian soal honor berkaitan dengan menemani kamu jalan,” ujar Roy heran.“Aku dan Pak Ardi yang berjanji, jika nanti kamu mau menemaniku jalan ke kawasan wisata pulau ini aku akan memberi honor.” Jelas Alice.“Wah, serius aku nggak tahu jika kamu dan Bang Ardi berjanji begitu. Aku bersedia menemani kamu jalan karena Bang Ardi yang meminta, aku akan bilang sama Bang Ardi nanti agar uang yang kamu berikan itu diserahkan lagi sama kamu.” Ujar Roy yang memang tak pernah berharap honor sepesepun atas kesediaannya menemani Alice.“Nggak Roy, aku harap kamu mau menerimanya karena aku udah terlanjur berjanji sama Pak Ardi dan mohon jangan kamu menolak atau meminta Pak Ardi untuk mengembalikannya sama aku. Anggap aja itu sebagai ucapan terima kasihku atas kesediaanmu menemani selama aku di sini,” pinta Alice.Roy tak dapat berkata apa-apa lagi atau kembali menolak, dia tak ingin me
Sepeninggalnya Alice kembali ke hotel tempat ia menginap, Puspa pun menghubungi Roy melalui ponselnya.“Hallo Bu Puspa,” sapa Roy setelah mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo juga Mas, masih di lapangankan?” tanya Puspa.“Iya, kan waktu istirahat siang belum masuk. Emang ada apa Bu?” jawab Roy balik bertanya.“Barusan ada bule datang menemuiku, namanya Alice. Mas Roy kenalkan?” tanya Puspa.“Ya, dia menginap di hotel tempat Bang Ardi kerja.” jawab Roy, dalam hatinya mulai merasa tak enak dan terkejut mendengar jika Alice mendatangi kantor menemui Puspa.“Dia minta Mas menemuinya karena ada hal penting yang akan disampaikannya, Mas bersediakan?” jelas Puspa sembari meminta kesediaan Roy.“Iya Bu, nanti jam istirahat siang aku akan menemui.” Karena yang meminta itu Puspa dan berkaitan dengan urusan kantor maka dengan berat hati Roy bersedia.“Oke deh kalau begitu, silahkan Mas Roy lanjutkan kerjaannya.” Ulas Puspa.“Iya Bu, terima kasih.” Ucap Roy, lalu percakapan mereka melalui sa
Di sebuah meja makan malam itu di Qatar, Pak Husein dan Bu Astrid bercakap-cakap sembari menikmati makan malam mereka.“Bagaimana cara kita menyampaikan perihal Viola yang menolak dijodohkan dengan Rehan pada kedua orang tuanya, Pi?” tanya Bu Astrid.“Itulah yang membuatku pusing karena mereka terlalu berharap perjodohan itu akan terlaksana,” jawab Pak Husein dengan raut wajah yang risau.“Tapi kita nggak boleh diam aja, apapun itu harus kita beri tahu mereka agar nanti masalahnya nggak semakin rumit,” Bu Astrid menyarankan.“Ya, aku cari waktu yang tepat untuk menyampaikannya pada mereka.” ulas Pak Husein tak bersemangat.“Papa dan Mama sepertinya memang nggak ingin Viola berpisah dengan mereka makanya mereka ngotot membela penolakan Viola yang akan kita jodohkan dengan Rehan,” ujar Bu Astrid.“Aku sampai nggak kepikiran jika Papa dan Mama akan menyangkut pautkan dengan masa lalu kita hingga kita nggak berkutik dibuatnya, tapi aku tetap nggak akan setuju jika Viola memilih Roy untuk
“Ada yang perlu aku bantu Non Alice?” tanya Ardi saat bule cantik berambut pirang itu menghampirinya di ruangan manajer hotel itu.“Sepertinya Roy marah sama aku, beberapa kali aku telpon nggak diangkatnya,” jawab Alice.“Loh, emangnya ada masalah apa sampai Roy nggak mau mengangkat telpon dari Non?” tanya Ardi lagi.“Mungkin karena kejadian malam itu,” ulas Alice merasa ragu untuk menjelaskan lebih rinci.“Kejadian? Kejadian apa?” Ardi penasaran.“Malam itu aku ngajak Roy jalan dan pulang ke hotel ini lewat dari jam 11 malam, sebelum kembali ke sini kami singgah dulu di night club dan karena cukup banyak minum membuat kami setengah mabuk. Saat itulah setiba di kamar kami hampir saja berhubungan badan, Roy kemudian pergi dengan raut wajah kesal karena aku memang aku yang memancingnya untuk melakukan hubungan badan itu.” jelas Alice.“Wah, kok sampai kamu kepikiran untuk melakukan hubungan badan dengannya?” Ardi terkejut.“Aku juga nggak tahu kenapa setiap kali aku jalan dengan Roy, ak
“Husein...!” Opa yang sejak tadi hanya diam mendengar tiba-tiba membentak.Pak Husein seketika itu juga terkejut, ia tak menyangka jika Opa akan membentaknya setelah berbicara lantang pada Viola, ia hanya berani menatap Opa sejenak lalu alihkan pandangan pada Bu Astrid.“Apa kamu lupa dulu sewaktu kedua orang tuamu menjodohkan kamu dengan wanita di Qatar sana? Kamu juga menolak dan bersikeras untuk memilih Astrid jadi istrimu. Waktu itu Astrid baru saja menyelesaikan kuliahnya dan hanya bekerja membantuku mengelola sebuah hotel,” sambung Opa, Pak Husein dan Bu Astrid hanya diam.“Kedua orang tuamu nggak merestui hubungan kalian dan tetap bersikeras pula agar kamu menikah dengan wanita pilihan mereka yang memiliki beberapa perusahaan itu, mereka sempat pula meremehkan Astrid dan juga kami dan hal itu membuat aku sangat tersinggung hingga tak menyetujui pula Astrid menjalin hubungan denganmu. Namun kamu tetap bersikukuh untuk menyakinkan kedua orang tuamu itu termasuk kami dan akhirnya
“Iya Pi, besok kita udah harus kembali ke Qatar. Tapi apa nggak sebaiknya kita tunggu Viola pulang dari kantor agar pembicaraan kita nantinya lebih jelas arahnya dan kita juga bisa langsung mengetahui tanggapan dari Viola?” ujar Bu Astrid.“Ya kita tunggu Viola pulang dari kantor dulu baru kita bicara sama Papa dan Mama, menurut Mami apakah Viola nggak akan menolak jika kita jodohkan dengan Rehan?” ulas Pak Husein yang ternyata tak sepenuhnya yakin jika putrinya itu bersedia dijodohkan dengan Rehan.“Kita dengar saja nanti bagaimana tanggapan Viola ketika kita menyampaikan keinginan kita itu di hadapan Papa dan Mama,” ujar Bu Astrid.“Ini adalah kesempatan baik karena Hamid bilang Rehan sendiri yang berkeinginan untuk dijodohkan dengan Viola, dulunya dia nggak merespon saat Hamid mengusulkan perjodohan itu,” tutur Pak Husein.“Oh, jadi dulunya Papi dan Bang Hamid udah pernah bicara soal keinginan menjodohkan Viola dengan Rehan? Kok aku nggak dikasih tahu?” ujar Bu Astrid terkejut.“Iy
“Sebaiknya mulai saat ini aku nggak lagi menerima ajakan Alice, jangankan menemaninya jalan bertemu pun kalau bisa jangan sampai terjadi lagi.” gumam Roy yang membuat keputusan tidak akan jalan bahkan bertemu dengan bule cantik berambut pirang itu.Sementara siang itu setelah Viola dan kedua orang tuanya mengantar Rehan sekeluarga ke bandara untuk kembali ke Qatar lebih dulu, Viola yang tiba di rumah pamit pada Papi dan Maminya untuk ke kantor karena sudah dua hari ini ia tidak masuk demi menghormati Rehan dan kedua orang tuanya.“Loh, kan sekarang udah siang dan sebentar lagi waktunya istirahat kerja. Apa nggak sebaiknya besok pagi aja kamu ke kantornya?” ujar Bu Astrid.“Udah dua hari aku nggak masuk Mi, aku rasa di kantor udah banyak kerjaan yang menumpuk yang musti aku tangani.” Tutur Viola.“Oh ya udah kalau gitu, berangkatlah tapi hati-hati di jalan nggak usah terburu-buru!” ujar Bu Astrid, Viola menggangguk dan setelah mencium tangan kedua orang tuanya itu, Viola pun menuju ke
Makanya sampai saat ini sosok Viola sangat berarti dalam hidupnya, CEO muda berparas sangat cantik itu juga mampu menghadirkan rasa cinta di hatinya yang selama ini seakan mati rasa dan tak pernah percaya akan cinta dari seorang wanita.Dalam lamunannya itu juga hadir sosok Rehan yang saat ini tentu masih bersama kekasihnya itu, hal itu membuat ia tiba-tiba saja terlihat cemberut karena siapapun prianya pasti tidak akan rela jika ada pria lain yang saat ini sedang mendekati kekasihnya terlebih pria itu menjadi pilihan kedua orang tua kekasihnya untuk mereka jodohkan.“Roy, kamu kenapa diam aja?” tanya Alice membuat Roy tersentak dari lamunannya.“Oh, nggak kenapa-kenapa kok,” jawab Roy.“Kalau kamu udah mulai bosan di sini, yuk kita jalan lagi!” ajak Alice.“Oke, yuk.” Ulas Roy yang tak ingin kembali mengingat masalah Rehan yang sekarang bersama Viola di rumah Opa.Beberapa menit berkeliling di seputar kawasan tempat wisata malam hari di Pulau Bali itu, Alice kembali mengajak Roy ke n
“Hemmm, mungkin itu karena kamu emang baru pertama kali ke sini makanya begitu.” ulas Roy.“Emang setiap orang yang baru pertama kali berkunjung ke sini akan merasakan hal yang sama ya, seperti hal aku merasa betah dan ingin di sini lebih lama lagi?” tanya Alice.“Ya nggak tahu sih, aku hanya nebak aja. Tapi emang kebanyakan dari para pengunjung yang baru datang ke sini akan merasa betah dan ingin kembali ke sini lagi,” jawab Roy.Setelah makan malam Roy dan Alice memang ke luar dari dalam restoran itu, akan tetapi Alice masih ingin menikmati panorama laut dari atas perbukitan itu, makanya mereka memutuskan untuk tetap berada di sana yang kali ini mereka duduk lebih dekat ke tebing bukit di mana di sana juga tersedia tempat duduk untuk bersantai.Alice benar-benar takjub akan pemandangan pantai di kala malam dilihat dari atas perbukitan itu, meskipun malam bukan berarti tak dapat memandang lepas ke tengah lautan, di sana banyak sekali terlihat pancaran lampu dari kapal kecil dan perah