Setelah makan siang dan duduk sejenak, Anton membawa Yurika ke dokter kandungan yang tak jauh dari ke diamannya di kota itu. Nampak sekali di wajah Anton jika dia berharap jika Yurika benar-benar hamil setelah diperiksa dokter nantinya, dan begitu pula Yurika berharap yang sama.Tiba di tempat yang dituju, Yurika langsung saja diperiksa dokter spesialis kandungan. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Yurika dan dokter itu ke luar dari ruangannya menghampiri Anton yang tampak gelisah di ruang tunggu.“Bagaimana dok, apakah istriku hamil?” tanya Anton, saat dokter ke luar lebih dulu dari ruangan pemeriksaan.“Hemmm, selamat ya Pak. Istri anda memang hamil, dan usia kandungannya saat ini sudah 2 minggu. Tolong jaga istrinya dengan baik, jangan sampai terlalu kelelahan agar kandungannya tetap sehat dan terjaga!”“Tentu saja, terima kasih dok.” ucap Anton dengan gembiranya sembari menyalami dokter spesialis kandungan itu.“Sama-sama, Pak.” dokter itu tersenyum kemudian kembali masuk k
“Tapi kan jika ingin berselancar sebelumnya kita kan dilengkapi alat pengaman?”“Iya benar, Tante. Bagi yang pemula dan nggak bisa berenang, selain dipandu juga dilengkapi rompi pelampung.” jelas Roy.“Tapi jarang ya, cewek-cewek yang suka berselancar?”“Nggak juga, Tante. Buktinya di desaku banyak juga cewek-cewek yang berselancar. Apalagi kawasan pantai dikunjungi wanita-wanita bule, mereka selain suka berjemur juga suka berselancar.”“Susah dan lama nggak sih Roy belajarnya?”“Nggak lama juga Tante, yang lama itu mempersiapkan mental jika seseorang itu merasa takut akan ketinggian gulungan ombak.”“Ya udah jika suatu saat kita jalan-jalan ke pantai yang ombaknya besar dan tinggi cocok untuk berselancar, kamu ajari aku ya Roy?”“Beres Tante.”“Nah, berhubung hari udah malam dan hawanya udah semakin dingin di sini kita berselancarnya di kasur aja yuk?” tutur Angel dengan tawa nakalnya, membuat Roy terkejut lalu ikut tertawa.Vila yang disewa Angel sesuai dengan harga sewanya yang mah
Tapi entah kenapa sejak kejadian yang ia sendiri tak pernah merencanakannya terjadi di kamar mandi waktu itu, Angel menjadi sosok wanita yang kerap dilanda hausnya kehangatan bercinta di ranjang dengan pria muda dari Desa Nelayan itu. Padahal sampai saat ini tak ada perasaan spesialnya terhadap Roy, selain hubungan majikan dan bawahan di rumah mewahnya itu.Kenyataan itu tak dapat ia pungkiri, Roy sosok yang mampu memenuhi nafkah batin yang selama ini tak pernah ia dapatkan dan raih dari Anton. Meskipun sebagai suami-istri mereka tentunya sudah sering melakukan hubungan badan, namun tak pernah Angel rasakan sedahsyat bercinta dengan Roy yang mampu mengantarkannya ke puncak berkali-kali dalam sekali berhubungan.*****Dalam perjalanan pulang dari puncak Bogor ke rumahnya di Jakarta, Angel mengajak Roy berhenti sejenak di sebuah pondok makanan khas daerah. Di pondok itu mereka dapat duduk bersila dan selonjoran sambil menikmati menu-menu yang tersedia di sana, seperti bakso, mie ayam, c
“Iya Diana, tapi kita juga nggak bisa desak Nyonya untuk menepati janjinya itu. Soalnya sekarang di samping Nyonya sibuk dengan urusan kantor, ia juga tengah bermasalah dengan Tuan Anton. Sebaiknya kita tunggu aja, jika memang Nyonya berniat ngajak kita jalan-jalan pasti suatu waktu ia tepati.” tutur Bi Surti.“Minggu besok aku akan ajak kalian ke pantai!” tiba-tiba terdengar seruan seseorang yang baru saja menghampiri mereka dari ruang tengah.“Eh, Nyonya! Kirain Nyonya masih di kamar, kata Mas Roy tadi Nyonya langsung istirahat begitu pulang.” ujar Bi Surti.“Iya, tadi aku memang langsung ke kamar untuk istirahat tapi nggak bisa merem juga walaupun tadi aku udah coba rebahan.”“Nyonya kecapean, ya? Aku pijitin ya, Nyonya?” tawar Diana.“Nggak usah, Diana. Badanku nggak pegal-pegal amat kok, buatin teh hangat Bi!” pinta Angel pada Bi Surti.“Baik, Nyonya.” Bi Surti pun berdiri dari duduknya menuju dapur membuatkan segelas teh hangat untuk majikannya, sementara Angel ikut duduk bergab
“Dalam menjalin hubungan itu musti ada rasa saling percaya, terkecuali Lu ama Ronal pacaran hanya karena iseng-iseng aja!”“Gue udah sering ingin berhubungan serius dengan cowok, Gue berusaha untuk setia namun buktinya selama ini gue selalu gagal dan kecewa bahkan patah hati. Makanya gue sulit sampai sekarang bisa serius jalin hubungan dengan cowok-cowok, termasuk juga Ronal.” tutur Rena menjelaskan tentang masa lalunya.“Nggak semua cowok begitu, Ren. Lu nggak boleh juga nuding Ronal, kalau lu sendiri belum melihat dan memergokinya selingkuh. Kalau lu begini terus mana mungkin akan dapat cowok yang baik dan benar-benar serius!”“Entahlah Rit, gue lagi nggak ingin mikirin itu. Sekarang gue jalani aja hidup ini, yang penting bisa buat gue happy. Lu nggak jalan dengan cowok lu?”“Nggak Ren, kami hanya jalan kalau besoknya libur kerja aja. Kalau kangen paling kami chat atau telpon-telponan.” jawab Rita yang memang jauh berbeda cara berpacaran dibandingan Rena, meskipun dia satu tempat ke
“Kamu pengennya dilayani seperti apa, Ron?”“Hemmm, terserah Mbak aku ngikut aja.”“Ya soalnya pelangganku kadang mereka mengusulkan sesuatu berkaitan dengan pelayanan di ranjang.” ujar Lusi diiringi senyumannya.“Kalau aku sih, justru suka bertindak duluan seperti ini nih!” Ronal langsung memeluk tubuh Lusi dengan erat lalu jemari tangannya bergerak liar ke bagian tubuh yang sensitif.“Ih, kamu nakal juga ya Ron!” Lusi kaget karena tak menyangka kalau Ronal se agresif itu.Ronal hanya tertawa kecil, ia kembali melancarkan serangan yang membuat gairah muncul dengan cepat menjalar keseluruh tubuh. Lusi beberapa kali sempat dibuat menggelinjang, sebelum akhirnya tubuhnya direbahkan Ronal ke ranjang kamar hotel itu.Hawa dingin yang tadi berasal dari ac yang dinyalakan, lama kelamaan sudah tak terasa lagi bahkan kamar itu terasa panas akan gelora gairah yang seperti membakar tubuh membuat mereka berkeringat.Sebagai wanita pangilan yang sarat pengalaman dalam melayani pria-pria hidung be
“Nah, di tempat Om kerja itu ada nggak cewek-cewek yang mau diajak kencan?”“Ya ada lah, setiap daerah juga ada! Hanya mungkin nggak sebebas di sini, di sana boleh dikatakan jika ingin kencan musti sembunyi-sembunyi dan bila udah benar-benar dinyatakan aman baru deh gituan,” Om Fredi menuturkan pengalamannya bercinta dengan wanita lain saat ia bekerja diluar daerah.“Wah, susah juga ya Om kalau mau kencan?”“Iya, tapi serunya loh.”“Maksud Om seru gimana?”“Ya, karena nggak mudah ngajak cewek-cewek di luar daerah untuk kencan di hotel. Kami sering sembunyi-sembunyi lakuin itu, terkadang kalau ke pepet kami ngelakuinnya di dalam mobil.” Om Fredi tersenyum mengingat kegeliaannya bercinta dengan wanita di luar kota.“He..! He..! He..! Om nekad juga ya?” Rena sampai dibuat ketawa mendengar cerita dari Om Fredi.“Mau gimana lagi, begitu rasa pengen begituan udah nggak bisa dibendung lagi makanya di tempat yang tak lazim juga dijabani.” Om Fredi ikut tertawa.Hasrat yang sulit dibendung ter
“Ya bolehlah Tante, silahkan aja! Tante pilih mana yang Tante suka.” Roy menghentikan sejenak mengipas-ngipas ikan yang baru ia taruh di atas pemanggangan, dia menyodorkan wadah yang berisi ikan-ikan panggang yang telah mateng itu pada Angel untuk dipilih.Angel memilih seekor ikan lele berukuran cukup besar, lalu ia cicipi dengan sesekali meneguk minuman botol yang ditaruh di sebelah tempat ia duduk.“Gimana Tante, apa ikannya udah sempurna matang dipanggang?” tanya Roy.“Udah Roy, rasanya super lezat! Ditambah lagi dinikmati di pinggir pantai ini.” Roy kembali tersenyum melihat Angel yang begitu lahapnya mengudap lele panggang.Tak berselang lama kembali Roy mengangkat ikan-ikan di atas pemanggangan itu dan menaruhnya ke dalam wadah kemudian ia mengambil ikan-ikan baru dan meletakannya di atas pemanggangan, ikan-ikan itu merupakan ikan-ikan terakhir yang akan ia panggang.Beberapa menit kemudian ikan-ikan di atas pemanggangan itu kembali matang, setelah menaruhnya ke dalam wadah Ro
“Ya, aku juga nggak nyangka kalau Papi akan mendesakku untuk berumah tangga dengan segera. Aku bingung dan nggak tahu harus bagaimana untuk mencari solusinya, saat ini hanya cara itulah yang aku temukan agar Papi nggak ngotot menjodohkan aku dengan putra sahabatnya itu.” tutur Viola yang juga berbicara dengan tarikan napas berat.“Aku belum bisa memberi keputusannya sekarang, Viola. Beri aku waktu untuk berfikir, siapa tahu saja nanti aku temui jalan ke luarnya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain,” ujar Roy.“Iya Mas, aku ngerti. Aku akan beri waktu pada Mas Roy, moga aja nanti dapat solusi yang lebih baik.” Ulas Viola.Setelah makan malam bareng itu selesai, Viola mengantar Roy ke kediamannya lalu setelah itu kembali ke rumahnya. Meskipun malam itu Viola tak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya berkaitan dengan usulan Puspa agar Roy mau berpura-pura menjadi pria lain yang berprofesi sebagai CEO sebuah perusahaan atau juga pengusaha kaya raya, namun Viola cukup merasa lega k
“Tidak ada salahnya kalau Bi Viola mau mencoba sembari meyakinkan Mas Roy dengan semua yang sedang Bu Viola alami saat ini, siapa tahu saja Mas Roy bisa ngerti dan mau melakukannya demi mencegah terjadinya perjodohan Ibu dengan putra sahabat Papa Bu Viola itu,” Puspa kembali memberi saran.“Aku akan pikirkan dulu karena aku merasa nggak mudah memberi tahu yang sedang aku hadapi ini pada Mas Roy, begitu pula untuk menyakinkannya agar dia mau berpura-pura menjadi pria lain.” Ulas Viola.“Ya Bu, itu semua demi kelanjutan hubungan kalian berdua.” Ujar Puspa, Viola mengangguk dan tersenyum.Acara makan siang bareng itu disudahi dengan ke luarnya mereka dari dalam restoran lalu Puspa kembali ke kantor sementara Viola pulang ke rumahnya karena memang hari ini dia tak masuk kerja, itu sengaja ia lakukan untuk menenangkan pikirannya atas permasalahan yang sedang ia hadapi.Malam itu cuaca mendung, meskipun hujan lebat tak turun namun gerimis yang turun cukup dapat membasahi tubuh jika tak mema
Puspa menghampiri Viola di salah satu meja di dalam ruangan restoran tempat mereka janji bertemu dan makan siang bareng itu, rupanya atasan Puspa di kantor itu sudah tiba di sana lebih dulu.“Bu Viola udah lama tiba dan menunggu di sini?” sapa Puspa setelah dipersilahkan atasannya itu untuk duduk.“Kurang lebih 10 menit yang lalu, nih aku udah pesan minuman. Oh ya, apa menu makan siang yang Bu Puspa inginkan? Silahkan Bu Puspa pesan!” ulas Viola.“Terserah Bu Viola aja, saya ikut aja dengan yang Bu Viola pesan.” Jawab Puspa diiringi senyum ramah dan hormatnya sebagai bawahan.Setelah memesan menu dan diantar oleh pelayan restoran ke meja itu, mereka pun segera menikmatinya diselingi obrolan.“Kira-kira ada hal penting apa yang ingin Bu Viola sampaikan, hingga siang ini Bu Viola ngajak ketemuan dan makan bareng?” tanya Puspa.“Hemmm, sebenarnya ini nggak ada kaitannya dengan urusan kantor melainkan masalah pribadi yang ingin aku curhatin sama Bu Puspa.” Jawab Viola diiringi senyumnya,
Setelah beberapa menit obrolan Roy dan Puspa diakhiri, Roy pun mencoba untuk menghubungi Viola. Panggilan pertama tidak diangkat oleh Viola, kemudian Roy kembali melakukan panggilan melalui ponselnya.“Hallo, Assalamu alaikum Mas.” Sapa Viola setelah mengangkat panggilan Roy.“Waalaikum salam.” Jawab Roy.“Apa kabar Mas? Maaf ya, aku belum sempat hubungi Mas Roy duluan karena tadi ada perlu.” Ulas Viola yang memang jika ingin ngobrol dengan Roy melalui ponsel, dia yang selalu duluan menghubungi.“Alhamdulilah baik, kamu sendiri gimana? Soalnya tadi aku dengar dari Bu Puspa, kamu pulang lebih awal dari kantor tadi siang. Kamu sakit ya?” jawab Roy sembari balik bertanya.“Iya Mas, tadi aku tiba-tiba aja kurang enak badan makanya aku pamit pulang duluan pada Puspa.”“Kamu udah periksa ke dokter?” tanya Roy lagi.“Udah, tapi lewat telpon aja dan barusan aku dari apotik nebus obatnya.” Jawab Viola yang sebenarnya dia sama sekali tidak sakit dan menelpon dokter serta ke apotik, jika tadi di
Panggilan melalui ponsel itupun langsung diputuskan oleh Pak Husein, Viola terdengar menarik napas yang begitu berat sembari pandangannya masih ia tujukan ke layar ponsel miliknya itu.“Sepertinya kali ini Papa sangat serius ingin menjodohkan aku dengan anak temannya itu. Oh Tuhan, apa yang mesti aku lakukan? Aku tentu aja nggak mau dijodohkan dengannya dan lebih memilih Mas Roy, tapi setelah aku berusaha meyakinkan Papa tentang Mas Roy tetap nggak berhasil. Huuuf...!” Viola berbicara sendiri di ruangan kerjanya itu.“Papa memberi waktu beberapa hari ke depan untuk mencari sosok pria calon suami yang tentu saja sesuai dengan keinginannya, kalau tidak berhasil aku pasti akan diminta Papa untuk terbang ke Qatar dan tentu saja akan dipertemukan dengan putra sahabatnya itu.” kali ini Viola hanya bergumam dalam hati, wajahnya terlihat murung dan pikirannya benar-benar kacau.Waktu jam istirahat siang tiba, biasanya Viola langsung ke luar ruangan dan pergi makan siang di salah satu restoran
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h