“Aku juga nggak sabar, sayang.”“Untuk itu kamu harus benar-benar jaga kondisi badan dan kandunganmu dengan baik, jangan sampai kelelahan atau apa aja yang dapat membahayakan kehamilanmu. Jika nanti aku berada di kantor atau di luar negara ini, kamu nggak boleh diam aja kalau memang ada yang kamu inginkan telepon aku dengan segera!”“Tentu sayang, aku pasti akan menghubungi Bang Anton.”“Kamu juga musti makan makanan yang bergizi dan buah-buahan segar setiap harinya, nanti aku minta pembantu rumah ini selalu menyiapkannya setiap kali waktu makan tiba. Begitu pula dengan buah-buahan segar di rumah ini harus selalu ada!” tutur Anton yang menginginkan Yurika dan kandungannya benar-benar terjaga kesehatannya selama masa kehamilan hingga melahirkan nanti.“Iya Bang, biar aku aja yang nyuruh Bi Ana menyiapkannya nanti. Sayang nggak perlu kuatir, jika nanti Bang Anton berada di kantor atau di luar negeri.”Perhatian yang diberikan Anton pada Yurika sejak hari saat istrinya itu positif hamil
Akan tetapi Bi Ratni tiba-tiba saja urungkan niatnya menutup kamar itu, di saat matanya tak sengaja tertuju pada bagian tubuh sensitif Roy yang tertutup selimut terlihat menonjol. Seketika itu juga badan Bi Ratni terasa panas dingin, gairahnya muncul terlebih saat ia mengingat saat bersama Diana mengintip Roy bercinta dengan Bi Surti di dalam kamar itu.Pikiran Bi Ratni jadi tak karuan, gairahnya semakin lama semakin tak kuasa ia bendung sementara ia masih tak tahu apa yang musti ia lakukan. Setelah berusaha keras untuk menenangkan dirinya, Bi Ratni pun melangkah menuju kamarnya.Bi Ratni berusaha kembali berbaring dan tak mengingat-ingat hal yang dapat memperparah keadaan tubuhnya yang tengah dilanda gairah, akan tetapi semakin ia berusaha penjamkan mata justru bayangan percintaan Roy dengan Bi Surti beberapa waktu yang lalu semakin jelas dan membuat dirinya gelisah.Bi Ratni membuka kembali kedua kelopak matanya pandangannya ia tuju pada Diana dan Bi Surti yang masih tertidur pulas,
“Mas Roy udah sering ya gituan sama Bi Surti?” sontak saja Roy terperanjat kaget hingga tubuhnya yang lagi telungkup langsung bangkit duduk di samping Bi Ratni.“Bi Ratni ngomong apa?” Roy berusaha untuk menutupi dengan pertanyaan singkatnya.“Hemmm, Mas Roy kan udah janji tadi nggak bakalan tersinggung. Aku nanya seperti itu, karena aku dan Diana pernah melihat Mas Roy dan Bi Surti bercinta di kamar ini tengah malam beberapa waktu yang lalu.” Roy hanya tundukan kepalanya tak tahu harus bicara apa ada perasaan malu, kaget dan semuanya bercampur aduk sementara Bi Ratni hanya tersenyum saja menunggu jawaban dari Roy.“Jadi Bi Ratni dan Diana melihat kami melakukan malam itu?” Bi Ratni hanya menggangguk.“Baiklah aku akan jujur, Bi. Aku dan Bi Surti emang udah sering ngelakuinnya, itu berawal sejak aku memergoki Bi Surti di dalam kamar mandi tengah dilanda gairah dan melakukan hal yang mungkin aja ia anggap dapat merendam semua itu. Karena aku kasihan melihatnya, aku pun membantunya untu
Seperti halnya yang dirasakan Angel dan Bi Surti, Bi Ratni juga merasakan dan mengakui jika Roy benar-benar tangguh dan luar biasa di ranjang. Berkali-kali ia mencapai titik puncak yang boleh dikatakan tidak pernah sedahsyat itu saat bercinta dengan mantan suaminya dulu, saking bahagiannya Bi Ratni sempat meneteskan air mata.Cukup lama pergumulan mereka di ranjang di sela-sela hujan lebat dan sesekali terdengar petir itu, hingga akhirnya pertahanan Roy roboh jua ditandai dengan sekujur tubuhnya mengejang untuk beberapa saat lalu terkulai lemas menimpa tubuh Bi Ratni.Kedua tubuh mereka basah bukan karena terkena siraman air hujan yang lebat di luar atau pula karena atap kamar itu bocor, melainkan karena kucuran keringat keduanya yang berpacu meraih titik puncak percintaan di atas ranjang.Saat tubuh Roy sudah mulai agak stabil, ia berusaha bangkit dari tubuh Bi Ratni yang ia himpit. Ketika ia memandang wajah Bi Ratni, Roy pun terkejut dan lekas-lekas duduk.“Kenapa Bi Ratni menangis?
“Tuan Bi... Tuan Anton pulang.” Jawab Diana. “Hah?! Tuan Anton pulang? Bukankah dia janjinya akan pulang ke sini dua minggu lagi?” makin terkejut Bi Surti mendengarnya. “Ya nggak tahu Bi, buktinya Tuan Anton memang pulang dan sekarang mungkin udah berada di ruangan depan.” ujar Diana. “Ya udah, biar aku yang menghampirinya kamu lanjutin masaknya.” Ulas Bi Surti, Diana hanya mengangguk. Setibanya Bi Surti di ruangan depan memang benar adanya yang dikatakan Diana jika Anton telah tiba di ruangan depan itu, Bi Surti segera menghampiri majikannya itu. “Loh, bukannya Tuan akan pulang dua minggu lagi?” tanya Bi Surti sembari menyapa. “Iya Bi, tapi karena minggu-minggu depan jadwal kerjaku sangat sibuk aku memutuskan untuk pulang sekarang. Oh ya, Angel masuk kantor hari ini Bi?” jawab Anton sembari balik bertanya. “Iya Tuan, Nyonya pagi-pagi sekali tadi berangkat ke kantornya.” Jawab Bi Surti lalu menghampiri Pak
Sekitar lima menit Roy berada di dalam kamar tamu membantu Diana, tiba-tiba pintu kamar tamu itu dikunci Anton dari luar. Mengetahui hal itu baik Roy maupun Diana terkejut, mereka secara serentak menghampiri pintu kamar.“Tuan.. Tuan.. Tolong buka pintunya!” panggil Roy dari dalam sembari mengedor-gedor pintu kamar tamu itu.Meskipun Anton mendengar jelas Roy memanggil dari dalam kamar akan tetapi dirinya seperti berpura-pura tuli, bahkan saat ini ia tengah melangkah menuju teras rumah. Hampir bersamaan dengan Anton tiba di teras rumah mewah itu, Angel pun tiba di halaman mengendarai sendiri mobil BMW nya.Wajah dingin kembali ditunjukan Angel mulai dari turun dari mobilnya hingga menuju teras rumah di mana di sana Anton seperti sengaja menunggunya datang, saat Angel telah berpapasan Anton pun menghadang langkahnya.“Nggak salah kalau aku ketika pulang dulu langsung nggak suka akan kamu menerima Roy bekerja di rumah ini.” ujar Anton membuat Angel hentikan langkahnya dengan tatapan taj
“Apa yang terjadi sebenarnya Diana? Coba jelaskan, aku benar-benar nggak ngerti permasalahannya,” pinta Bi Surti.“Begini Bi, ketika Mas Roy dipanggil dan diminta untuk menolongku membersihkan kamar itu Tuan mengunci pintu dari luar. Kami berdua sempat beberapa kali mengedor-ngedor minta dibukakan pintu kamar itu, namun Tuan Anton tak mengubrisnya hingga Nyonya datang lalu membukakannya.” Jelas Diana.“Keterlaluan sekali dia, berarti Tuan Anton memang sengaja menjebak kalian berdua di dalam kamar itu. Kenapa kalian diam aja saat Nyonya datang? Kalian kan bisa jelasin sama Nyonya hal yang sebenarnya.” Ujar Bi Surti.“Udah dijelasin sama Mas Roy, Bi. Akan tetapi Nyonya diam aja, malahan nggak acuh sama sekali hingga Mas Roy menarik tanganku mengejar Nyonya sampai ke bawah tangga menuju lantai atas. Mas Roy kemudian bilang jika Nyonya nggak percaya dengan yang ia jelaskan tadi, cukup dia aja yang pergi dari rumah ini dan memohon agar aku nggak ikutan diusir.” Tutur Diana masih diiringi i
Roy lekas-lekas berdiri dan menyandang ranselnya, dengan langkah tak tentu arah ia berjalan menyusuri trotoar jalan raya itu. Setelah lebih 1 jam berjalan dan beberapa kali menyeberangi jalan raya, tiba lah dia di depan sebuah jembatan.Melihat kawasannya, sepertinya Roy tengah memasuki salah satu kawasan kumuh di Ibu Kota itu. Di bawah jembatan itu di sisi kanan dan kiri terdapat jalan kecil dan di tengah-tengahnya sungai penuh sampah, di pinggir jalan kecil itu tepatnya di bawah jembatan yang cukup besar terdapat beberapa hunian asal-asalan. Ada yang bersekat terpal, ada pula yang hanya bersekat karton saja.Saat itu hari sudah mulai gelap, cahaya matahari senja yang tadi menerangi kini berganti dengan lampu-lampu jalan. Roy kembali bingung harus melanjutkan perjalanannya atau berhenti dan menginap di bawah jembatan itu, ia duduk di pinggir jalan kecil itu dengan tatapan hampa ke arah sungai yang permukaannya sebagian besar tertutup sampah.Meskipun kawasan kumuh akan tetapi di samp
“Ya, aku juga nggak nyangka kalau Papi akan mendesakku untuk berumah tangga dengan segera. Aku bingung dan nggak tahu harus bagaimana untuk mencari solusinya, saat ini hanya cara itulah yang aku temukan agar Papi nggak ngotot menjodohkan aku dengan putra sahabatnya itu.” tutur Viola yang juga berbicara dengan tarikan napas berat.“Aku belum bisa memberi keputusannya sekarang, Viola. Beri aku waktu untuk berfikir, siapa tahu saja nanti aku temui jalan ke luarnya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain,” ujar Roy.“Iya Mas, aku ngerti. Aku akan beri waktu pada Mas Roy, moga aja nanti dapat solusi yang lebih baik.” Ulas Viola.Setelah makan malam bareng itu selesai, Viola mengantar Roy ke kediamannya lalu setelah itu kembali ke rumahnya. Meskipun malam itu Viola tak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya berkaitan dengan usulan Puspa agar Roy mau berpura-pura menjadi pria lain yang berprofesi sebagai CEO sebuah perusahaan atau juga pengusaha kaya raya, namun Viola cukup merasa lega k
“Tidak ada salahnya kalau Bi Viola mau mencoba sembari meyakinkan Mas Roy dengan semua yang sedang Bu Viola alami saat ini, siapa tahu saja Mas Roy bisa ngerti dan mau melakukannya demi mencegah terjadinya perjodohan Ibu dengan putra sahabat Papa Bu Viola itu,” Puspa kembali memberi saran.“Aku akan pikirkan dulu karena aku merasa nggak mudah memberi tahu yang sedang aku hadapi ini pada Mas Roy, begitu pula untuk menyakinkannya agar dia mau berpura-pura menjadi pria lain.” Ulas Viola.“Ya Bu, itu semua demi kelanjutan hubungan kalian berdua.” Ujar Puspa, Viola mengangguk dan tersenyum.Acara makan siang bareng itu disudahi dengan ke luarnya mereka dari dalam restoran lalu Puspa kembali ke kantor sementara Viola pulang ke rumahnya karena memang hari ini dia tak masuk kerja, itu sengaja ia lakukan untuk menenangkan pikirannya atas permasalahan yang sedang ia hadapi.Malam itu cuaca mendung, meskipun hujan lebat tak turun namun gerimis yang turun cukup dapat membasahi tubuh jika tak mema
Puspa menghampiri Viola di salah satu meja di dalam ruangan restoran tempat mereka janji bertemu dan makan siang bareng itu, rupanya atasan Puspa di kantor itu sudah tiba di sana lebih dulu.“Bu Viola udah lama tiba dan menunggu di sini?” sapa Puspa setelah dipersilahkan atasannya itu untuk duduk.“Kurang lebih 10 menit yang lalu, nih aku udah pesan minuman. Oh ya, apa menu makan siang yang Bu Puspa inginkan? Silahkan Bu Puspa pesan!” ulas Viola.“Terserah Bu Viola aja, saya ikut aja dengan yang Bu Viola pesan.” Jawab Puspa diiringi senyum ramah dan hormatnya sebagai bawahan.Setelah memesan menu dan diantar oleh pelayan restoran ke meja itu, mereka pun segera menikmatinya diselingi obrolan.“Kira-kira ada hal penting apa yang ingin Bu Viola sampaikan, hingga siang ini Bu Viola ngajak ketemuan dan makan bareng?” tanya Puspa.“Hemmm, sebenarnya ini nggak ada kaitannya dengan urusan kantor melainkan masalah pribadi yang ingin aku curhatin sama Bu Puspa.” Jawab Viola diiringi senyumnya,
Setelah beberapa menit obrolan Roy dan Puspa diakhiri, Roy pun mencoba untuk menghubungi Viola. Panggilan pertama tidak diangkat oleh Viola, kemudian Roy kembali melakukan panggilan melalui ponselnya.“Hallo, Assalamu alaikum Mas.” Sapa Viola setelah mengangkat panggilan Roy.“Waalaikum salam.” Jawab Roy.“Apa kabar Mas? Maaf ya, aku belum sempat hubungi Mas Roy duluan karena tadi ada perlu.” Ulas Viola yang memang jika ingin ngobrol dengan Roy melalui ponsel, dia yang selalu duluan menghubungi.“Alhamdulilah baik, kamu sendiri gimana? Soalnya tadi aku dengar dari Bu Puspa, kamu pulang lebih awal dari kantor tadi siang. Kamu sakit ya?” jawab Roy sembari balik bertanya.“Iya Mas, tadi aku tiba-tiba aja kurang enak badan makanya aku pamit pulang duluan pada Puspa.”“Kamu udah periksa ke dokter?” tanya Roy lagi.“Udah, tapi lewat telpon aja dan barusan aku dari apotik nebus obatnya.” Jawab Viola yang sebenarnya dia sama sekali tidak sakit dan menelpon dokter serta ke apotik, jika tadi di
Panggilan melalui ponsel itupun langsung diputuskan oleh Pak Husein, Viola terdengar menarik napas yang begitu berat sembari pandangannya masih ia tujukan ke layar ponsel miliknya itu.“Sepertinya kali ini Papa sangat serius ingin menjodohkan aku dengan anak temannya itu. Oh Tuhan, apa yang mesti aku lakukan? Aku tentu aja nggak mau dijodohkan dengannya dan lebih memilih Mas Roy, tapi setelah aku berusaha meyakinkan Papa tentang Mas Roy tetap nggak berhasil. Huuuf...!” Viola berbicara sendiri di ruangan kerjanya itu.“Papa memberi waktu beberapa hari ke depan untuk mencari sosok pria calon suami yang tentu saja sesuai dengan keinginannya, kalau tidak berhasil aku pasti akan diminta Papa untuk terbang ke Qatar dan tentu saja akan dipertemukan dengan putra sahabatnya itu.” kali ini Viola hanya bergumam dalam hati, wajahnya terlihat murung dan pikirannya benar-benar kacau.Waktu jam istirahat siang tiba, biasanya Viola langsung ke luar ruangan dan pergi makan siang di salah satu restoran
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h