Seperti halnya yang dirasakan Angel dan Bi Surti, Bi Ratni juga merasakan dan mengakui jika Roy benar-benar tangguh dan luar biasa di ranjang. Berkali-kali ia mencapai titik puncak yang boleh dikatakan tidak pernah sedahsyat itu saat bercinta dengan mantan suaminya dulu, saking bahagiannya Bi Ratni sempat meneteskan air mata.Cukup lama pergumulan mereka di ranjang di sela-sela hujan lebat dan sesekali terdengar petir itu, hingga akhirnya pertahanan Roy roboh jua ditandai dengan sekujur tubuhnya mengejang untuk beberapa saat lalu terkulai lemas menimpa tubuh Bi Ratni.Kedua tubuh mereka basah bukan karena terkena siraman air hujan yang lebat di luar atau pula karena atap kamar itu bocor, melainkan karena kucuran keringat keduanya yang berpacu meraih titik puncak percintaan di atas ranjang.Saat tubuh Roy sudah mulai agak stabil, ia berusaha bangkit dari tubuh Bi Ratni yang ia himpit. Ketika ia memandang wajah Bi Ratni, Roy pun terkejut dan lekas-lekas duduk.“Kenapa Bi Ratni menangis?
“Tuan Bi... Tuan Anton pulang.” Jawab Diana. “Hah?! Tuan Anton pulang? Bukankah dia janjinya akan pulang ke sini dua minggu lagi?” makin terkejut Bi Surti mendengarnya. “Ya nggak tahu Bi, buktinya Tuan Anton memang pulang dan sekarang mungkin udah berada di ruangan depan.” ujar Diana. “Ya udah, biar aku yang menghampirinya kamu lanjutin masaknya.” Ulas Bi Surti, Diana hanya mengangguk. Setibanya Bi Surti di ruangan depan memang benar adanya yang dikatakan Diana jika Anton telah tiba di ruangan depan itu, Bi Surti segera menghampiri majikannya itu. “Loh, bukannya Tuan akan pulang dua minggu lagi?” tanya Bi Surti sembari menyapa. “Iya Bi, tapi karena minggu-minggu depan jadwal kerjaku sangat sibuk aku memutuskan untuk pulang sekarang. Oh ya, Angel masuk kantor hari ini Bi?” jawab Anton sembari balik bertanya. “Iya Tuan, Nyonya pagi-pagi sekali tadi berangkat ke kantornya.” Jawab Bi Surti lalu menghampiri Pak
Sekitar lima menit Roy berada di dalam kamar tamu membantu Diana, tiba-tiba pintu kamar tamu itu dikunci Anton dari luar. Mengetahui hal itu baik Roy maupun Diana terkejut, mereka secara serentak menghampiri pintu kamar.“Tuan.. Tuan.. Tolong buka pintunya!” panggil Roy dari dalam sembari mengedor-gedor pintu kamar tamu itu.Meskipun Anton mendengar jelas Roy memanggil dari dalam kamar akan tetapi dirinya seperti berpura-pura tuli, bahkan saat ini ia tengah melangkah menuju teras rumah. Hampir bersamaan dengan Anton tiba di teras rumah mewah itu, Angel pun tiba di halaman mengendarai sendiri mobil BMW nya.Wajah dingin kembali ditunjukan Angel mulai dari turun dari mobilnya hingga menuju teras rumah di mana di sana Anton seperti sengaja menunggunya datang, saat Angel telah berpapasan Anton pun menghadang langkahnya.“Nggak salah kalau aku ketika pulang dulu langsung nggak suka akan kamu menerima Roy bekerja di rumah ini.” ujar Anton membuat Angel hentikan langkahnya dengan tatapan taj
“Apa yang terjadi sebenarnya Diana? Coba jelaskan, aku benar-benar nggak ngerti permasalahannya,” pinta Bi Surti.“Begini Bi, ketika Mas Roy dipanggil dan diminta untuk menolongku membersihkan kamar itu Tuan mengunci pintu dari luar. Kami berdua sempat beberapa kali mengedor-ngedor minta dibukakan pintu kamar itu, namun Tuan Anton tak mengubrisnya hingga Nyonya datang lalu membukakannya.” Jelas Diana.“Keterlaluan sekali dia, berarti Tuan Anton memang sengaja menjebak kalian berdua di dalam kamar itu. Kenapa kalian diam aja saat Nyonya datang? Kalian kan bisa jelasin sama Nyonya hal yang sebenarnya.” Ujar Bi Surti.“Udah dijelasin sama Mas Roy, Bi. Akan tetapi Nyonya diam aja, malahan nggak acuh sama sekali hingga Mas Roy menarik tanganku mengejar Nyonya sampai ke bawah tangga menuju lantai atas. Mas Roy kemudian bilang jika Nyonya nggak percaya dengan yang ia jelaskan tadi, cukup dia aja yang pergi dari rumah ini dan memohon agar aku nggak ikutan diusir.” Tutur Diana masih diiringi i
Roy lekas-lekas berdiri dan menyandang ranselnya, dengan langkah tak tentu arah ia berjalan menyusuri trotoar jalan raya itu. Setelah lebih 1 jam berjalan dan beberapa kali menyeberangi jalan raya, tiba lah dia di depan sebuah jembatan.Melihat kawasannya, sepertinya Roy tengah memasuki salah satu kawasan kumuh di Ibu Kota itu. Di bawah jembatan itu di sisi kanan dan kiri terdapat jalan kecil dan di tengah-tengahnya sungai penuh sampah, di pinggir jalan kecil itu tepatnya di bawah jembatan yang cukup besar terdapat beberapa hunian asal-asalan. Ada yang bersekat terpal, ada pula yang hanya bersekat karton saja.Saat itu hari sudah mulai gelap, cahaya matahari senja yang tadi menerangi kini berganti dengan lampu-lampu jalan. Roy kembali bingung harus melanjutkan perjalanannya atau berhenti dan menginap di bawah jembatan itu, ia duduk di pinggir jalan kecil itu dengan tatapan hampa ke arah sungai yang permukaannya sebagian besar tertutup sampah.Meskipun kawasan kumuh akan tetapi di samp
Matahari pagi menyinari seluruh kawasan Kota Jakarta tak terkecuali kawasan kumuh di bawah jembatan tempat Roy masih tertidur pulas,seorang wanita diperkiraan masih berusia 19 tahun nampak mondar-mandir di depan bangunan yang bersekat sebagian terpal dan karton.Di sebelah bangunan bersekat terpal dan karton tampak seorang pria yang tidur beralaskan karton dan berbantalkan ransel berisikan pakaian, wanita yang tadinya ragu untuk dengan mondar-mandir di depan bangunan bersekat terpal dan karton yang ternyata miliknya itu akhirnya memberanikan diri juga menghampiri.“Bang..! Bangun Bang..! Udah siang.” Serunya sembari mengoyang-goyang kaki pria yang tengah tertidur pulas berbantal ransel pakaian itu.Setelah beberapa kali dibangunkan oleh wanita berusia 19 tahunan itu dengan seruan dan tindakan yang sama mengoyang-goyangkan salah satu kaki, akhirnya pria itu pun bangun dan duduk.“Hoammm..! Rupanya udah siang.” Pria itu menguap dan mengucek-ngucek kedua matanya.“Iya Bang udah siang, ma
“Emangnya berapa yang kamu dapatkan setiap kali melayani pelangganmu itu?” tanya Roy lagi.“Ya, nggak menentu Bang. Paling kecil Rp. 50.000,- paling besar sih selama ini ak dapatin sekitar Rp. 500.000,- itu pun mungkin karena dia orang kaya dan ngajak aku main juga bukan di sini tapi di hotel.” Jawab Vina.“Yang tadi malam hanya ngasih kamu Rp. 50.000,- ya?”“Iya Bang.” Jawab Vina singkat, Roy yang tadinya lahap sekali menyantap sarapannya terlihat sulit mengunyah dan menelan.“Kenapa Bang? Bang Roy jadi nggak selera ya, setelah tahu jika lontong sayur itu aku beli dengan uang hasil menjual tubuhku?” sambung Vina yang ternyata melihat perubahan sikap Roy itu.“Oh, nggak Vin. Serius aku sama sekali nggak merasa begitu, aku hanya nggak sampai hati menerima sarapan yang kamu beli ini makanya aku seperti nggak berselera lagi. Kalau masalah yang kamu lakukan itu, jika ada yang mengatakan kamu termasuk golongan orang-orang kotor berarti kita satu golongan. Karena aku sendiri nggaklah suci,
Sedangkan pagi itu Diana yang memang bertugas membersihkan seluruh ruangan rumah mewah itu termasuk kamar yang kemarin di tempati Roy, nampak terkejut melihat di bawah tempat tidur terselip dompet dan di atas meja terdapat ponsel Roy.“Wah, berarti Mas Roy ke luar dari rumah ini kemarin tanpa membawa dompet dan ponselnya. Waduh, gimana sebaiknya dompet dan ponsel Mas Roy yang tertinggal ini aku beri tahu Nyonya atau Bi Surti dan Bi Ratni dulu?” gumam Diana yang kini memengang dompet Roy di tangan kanannya, sementara ponsel di tangan kirinya.Setelah menimang-nimang, akhirnya Diana memutuskan untuk menemui Bi Surti yang saat itu berada di dapur.“Lagi ngapain Bi?” sapa Diana.“Ini, bersih-bersih sesudah masak sarapan buat Nyonya dan Tuan. Kerjaanmu udah selesai ya, Diana?” tanya dan sapa balik Bi Surti.“Belum Bi, aku ke sini karena tadi sewaktu bersihin kamar yang Mas Roy tempati aku temuin ini.” jawab Diana sembari memperlihatkan dompet dan ponsel milik Roy di kedua tangannya.“Loh,
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h
“Viola..!” panggil Roy, Viola yang baru ke luar dari salah satu ruangan dan akan berjalan menuju lift seketika hentikan langkah dan membalikan badannya.“Eh, Bang Roy.” Ulasnya sembari tersenyum.“Ngapain kamu ke sini Viola? Apa Oma dan Opa pengen nginap di salah satu hotel di pulau ini sembari liburan? Kalau emang benar biar aku aja yang mengantar mereka ke manapun mereka mau,” tanya dan tawar Roy.“Hemmm, nggak kok Bang. Aku ke sini ingin bertemu dengan temanku,” jawab Viola.“Siapa temannya? Dan apa kamu udah ketemu dengannya?” tanya Roy lagi.“Udah Bang, kata temanku Bang Roy selalu sibuk tugas di luar mengantar para turis yang baru datang ke pulau ini?” Viola balik bertanya.“Iya, sebentar lagi aku akan ke luar mengantar mereka. Tadi karena aku melihat kamu ke luar dari salah satu ruangan kantor ini, makanya aku menghampiri kamu.” Jawab Roy.“Oh ya, temanku juga bilang bahwa selama Bang Roy kerja di sini pendapatan perusahaan ini meningkat drastis karena ramainya para pengunjung
“Orang tuaku tinggal di Qatar, Mama asli Jawa dan Papa orang Qatar.” Jawab Viola.“Oh gitu? Pantas aja wajahmu blasteran timur tengah, aku tadinya malah sempat berfikir kamu itu turis yang liburan ke pulau ini.” ujar Roy.“Hemmm, bukan Mas aja yang bilang gitu dulu juga banyak yang menyangka kalau aku ini turis. Terkecuali di lingkungan tempat tinggalku bareng Oma dan Opa, di sana mereka semua udah tahu kalau aku asli orang Indonesia dan tinggal di pulau ini.” tutur Viola diiringi senyumnya.“Jadi dari kecil kamu tinggal bareng Oma Opamu di sini?” tanya Roy lagi.“Nggak Mas, aku menetap di sini setelah aku menamatkan S2 ku di Qatar. Aku ingin tinggal bareng Oma dan Opa, sementara kedua adikku memilih tinggal di Qatar bersama Mama dan Papa.” Jelas Viola.“Oh, jadi kamu lulusan S2 di Qatar? Lalu di sini kamu kerja atau di rumah aja?” kembali Roy bertanya karena penasaran melihat megahnya rumah yang ditempati Viola.“Aku kerja Mas.” Jawab Viola singkat.“Kerja di mana?”“Aku memiliki seb
”Loh, kenapa buru-buru? Masuklah dulu, ntar lagi baru kita jalan.” Kembali Viola menawarkan Roy masuk ke dalam rumah megah miliknya itu.Karena tak enak kembali menolak, akhirnya Roy memenuhi ajakan Viola untuk masuk ke rumah meskipun Roy merasa sangat sungkan.Roy bukannya tak pernah melihat bangunan mewah dan megah, sejak ia datang ke Jakarta ia pun langsung ditawari dan tinggal di rumah mewah milik Angel. Begitu pula rumah milik Cindy serta hotel berbintang tempat ia bekerja sebelumnya, akan tetapi rumah milik Viola benar-benar lebih megah dan jauh lebih mewah kesannya hingga ia terlihat sungkan dan gerogi ketika melangkah masuk ke dalam rumah itu.Tak lama setelah Roy dipersilahkan duduk di kursi tamu yang juga super mewah, Viola yang tadi mohon diri ke ruangan tegah kembali ke ruangan tamu itu dengan pria dan seorang wanita yang usianya lebih dari 70 tahunan akan tetapi mereka berdua belum tampak tua sesuai dengan usia mereka.“Perkenalkan ini Opa dan Omaku, Mas.” Ujar Viola memp
Bahkan Roy mendapatkan bonus di luar gaji yang ia terima di bulan pertama itu, semua itu bukan saja perintah Viola melainkan juga karena prestasi yang ditunjukan Roy sebagai karyawan yang bertugas sebagai pemandu para pengunjung untuk memakai jasa pelayanan perusahaan pariwisata itu.****Malam itu setelah magrib, Roy yang berada di tempat tinggal yang disediakan itu nampak menelpon seseorang dengan ponselnya.“Hallo Mas Roy,” sapa seorang wanita setelah mengangkat panggilan di ponsel Roy.“Hallo juga Viola, gimana kabarmu?” balas dan tanya Roy.“Alhamdulillah baik, Mas Roy sendiri gimana?” Viola balik bertanya.“Alhamdulillah baik juga,” ucap Roy.“Oh ya Viola, kamu ada acara nggak malam ini?” sambung Roy.“Acara? Kayaknya nggak ada tuh, emangnya kenapa Mas?” jawab dan Viola balik bertanya.“Aku mau traktir kamu makan malam karena aku tadi pagi menerima gaji pertamaku, gimana kamu mau kan?” harap Roy.“Wah.. Yang baru aja nerima ngaji pertama, nggak usahlah repot-repot ngetraktirku s
Sebuah gedung perkantoran bertingkat 5 melebar seperti bangunan hotel, mobil yang dikemudikan Viola pun berhenti. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus, Viola mengajak Roy untuk turun dan masuk ke dalam gedung perkantoran yang megah itu.“Bukankah ini perusahaan pariwisata yang dikenal terbesar di Pulau Bali ini?” tanya Roy setelah melihat merek perusahaan tertera besar di tengah-tengah bangunan megah itu di antara tepatnya di lantai 3.“Hemmm, ya. Aku ingin memasukan Mas Roy bekerja di kantor ini,” jawab Viola diiringi senyumnya.“Wah.. Yang benar aja Viola? Mana mungkin aku diterima bekerja di perusahaan semegah ini,” Roy merasa tak yakin.“Kita coba aja dulu masuk dan menanyakannya pada bagian personalia kantor perusahaan ini, siapa tahu Mas diterima.” Ujar Viola kembali diiringi senyumnya.Setelah naik lift tepatnya di lantai paling atas, Roy diajak ke sebuah ruangan yang di pintunya tertera Kepala Bagian Personalia.“Mas tunggu di sini biar aku yang masuk menanyaka