“Apa yang terjadi sebenarnya Diana? Coba jelaskan, aku benar-benar nggak ngerti permasalahannya,” pinta Bi Surti.“Begini Bi, ketika Mas Roy dipanggil dan diminta untuk menolongku membersihkan kamar itu Tuan mengunci pintu dari luar. Kami berdua sempat beberapa kali mengedor-ngedor minta dibukakan pintu kamar itu, namun Tuan Anton tak mengubrisnya hingga Nyonya datang lalu membukakannya.” Jelas Diana.“Keterlaluan sekali dia, berarti Tuan Anton memang sengaja menjebak kalian berdua di dalam kamar itu. Kenapa kalian diam aja saat Nyonya datang? Kalian kan bisa jelasin sama Nyonya hal yang sebenarnya.” Ujar Bi Surti.“Udah dijelasin sama Mas Roy, Bi. Akan tetapi Nyonya diam aja, malahan nggak acuh sama sekali hingga Mas Roy menarik tanganku mengejar Nyonya sampai ke bawah tangga menuju lantai atas. Mas Roy kemudian bilang jika Nyonya nggak percaya dengan yang ia jelaskan tadi, cukup dia aja yang pergi dari rumah ini dan memohon agar aku nggak ikutan diusir.” Tutur Diana masih diiringi i
Roy lekas-lekas berdiri dan menyandang ranselnya, dengan langkah tak tentu arah ia berjalan menyusuri trotoar jalan raya itu. Setelah lebih 1 jam berjalan dan beberapa kali menyeberangi jalan raya, tiba lah dia di depan sebuah jembatan.Melihat kawasannya, sepertinya Roy tengah memasuki salah satu kawasan kumuh di Ibu Kota itu. Di bawah jembatan itu di sisi kanan dan kiri terdapat jalan kecil dan di tengah-tengahnya sungai penuh sampah, di pinggir jalan kecil itu tepatnya di bawah jembatan yang cukup besar terdapat beberapa hunian asal-asalan. Ada yang bersekat terpal, ada pula yang hanya bersekat karton saja.Saat itu hari sudah mulai gelap, cahaya matahari senja yang tadi menerangi kini berganti dengan lampu-lampu jalan. Roy kembali bingung harus melanjutkan perjalanannya atau berhenti dan menginap di bawah jembatan itu, ia duduk di pinggir jalan kecil itu dengan tatapan hampa ke arah sungai yang permukaannya sebagian besar tertutup sampah.Meskipun kawasan kumuh akan tetapi di samp
Matahari pagi menyinari seluruh kawasan Kota Jakarta tak terkecuali kawasan kumuh di bawah jembatan tempat Roy masih tertidur pulas,seorang wanita diperkiraan masih berusia 19 tahun nampak mondar-mandir di depan bangunan yang bersekat sebagian terpal dan karton.Di sebelah bangunan bersekat terpal dan karton tampak seorang pria yang tidur beralaskan karton dan berbantalkan ransel berisikan pakaian, wanita yang tadinya ragu untuk dengan mondar-mandir di depan bangunan bersekat terpal dan karton yang ternyata miliknya itu akhirnya memberanikan diri juga menghampiri.“Bang..! Bangun Bang..! Udah siang.” Serunya sembari mengoyang-goyang kaki pria yang tengah tertidur pulas berbantal ransel pakaian itu.Setelah beberapa kali dibangunkan oleh wanita berusia 19 tahunan itu dengan seruan dan tindakan yang sama mengoyang-goyangkan salah satu kaki, akhirnya pria itu pun bangun dan duduk.“Hoammm..! Rupanya udah siang.” Pria itu menguap dan mengucek-ngucek kedua matanya.“Iya Bang udah siang, ma
“Emangnya berapa yang kamu dapatkan setiap kali melayani pelangganmu itu?” tanya Roy lagi.“Ya, nggak menentu Bang. Paling kecil Rp. 50.000,- paling besar sih selama ini ak dapatin sekitar Rp. 500.000,- itu pun mungkin karena dia orang kaya dan ngajak aku main juga bukan di sini tapi di hotel.” Jawab Vina.“Yang tadi malam hanya ngasih kamu Rp. 50.000,- ya?”“Iya Bang.” Jawab Vina singkat, Roy yang tadinya lahap sekali menyantap sarapannya terlihat sulit mengunyah dan menelan.“Kenapa Bang? Bang Roy jadi nggak selera ya, setelah tahu jika lontong sayur itu aku beli dengan uang hasil menjual tubuhku?” sambung Vina yang ternyata melihat perubahan sikap Roy itu.“Oh, nggak Vin. Serius aku sama sekali nggak merasa begitu, aku hanya nggak sampai hati menerima sarapan yang kamu beli ini makanya aku seperti nggak berselera lagi. Kalau masalah yang kamu lakukan itu, jika ada yang mengatakan kamu termasuk golongan orang-orang kotor berarti kita satu golongan. Karena aku sendiri nggaklah suci,
Sedangkan pagi itu Diana yang memang bertugas membersihkan seluruh ruangan rumah mewah itu termasuk kamar yang kemarin di tempati Roy, nampak terkejut melihat di bawah tempat tidur terselip dompet dan di atas meja terdapat ponsel Roy.“Wah, berarti Mas Roy ke luar dari rumah ini kemarin tanpa membawa dompet dan ponselnya. Waduh, gimana sebaiknya dompet dan ponsel Mas Roy yang tertinggal ini aku beri tahu Nyonya atau Bi Surti dan Bi Ratni dulu?” gumam Diana yang kini memengang dompet Roy di tangan kanannya, sementara ponsel di tangan kirinya.Setelah menimang-nimang, akhirnya Diana memutuskan untuk menemui Bi Surti yang saat itu berada di dapur.“Lagi ngapain Bi?” sapa Diana.“Ini, bersih-bersih sesudah masak sarapan buat Nyonya dan Tuan. Kerjaanmu udah selesai ya, Diana?” tanya dan sapa balik Bi Surti.“Belum Bi, aku ke sini karena tadi sewaktu bersihin kamar yang Mas Roy tempati aku temuin ini.” jawab Diana sembari memperlihatkan dompet dan ponsel milik Roy di kedua tangannya.“Loh,
“Satu lagi yang perlu kamu tahu, gaji jadi kuli angkat nggak menentu tergantung banyaknya barang yang kita angkat dari mobil ke toko begitu pula sebaliknya. Waktu kerja biasanya pagi sekitar jam setengah 6, lalu malam nggak menentu antara jam 10 hingga jam 1 dini hari tergantung mobil barang kapan datangnya.” Jelas Deni.“Oke Bang, kapan pun itu aku akan siap.”“Sip deh kalau gitu mulai hari ini kamu gabung dengan kita-kita.” Ujar Deni memastikan.“Makasih Bang.” Ucap Roy gembira.“Nah, sekarang kamu boleh kalau ingin kembali ke tempat tinggalmu nanti sekitar jam 9 malam kamu datang ke sini kita tunggu mobil-mobil barang yang datang. Untuk pagi ini kerjaan udah nggak ada, karena tadi kami kerja mulai jam 6 dan baru aja selesai.” Ujar Deni.“Oke Bang, kalau gitu aku pamit dulu nanti jam setengah 9 malam ke sini gabung dengan Bang Deni dan yang lainnya. Sekali lagi makasih ya Bang, udah menerima aku ikut kerja bareng kalian di sini.” Ucap Roy, Deni menggangguk dan tersenyum ramah.Roy d
Pagi minggu itu Kota Jakarta sangat cerah, sepeninggalnya Anton menuju bandara guna kembali ke Malaysia dengan membawa seluruh pakaiannya dari rumah Angel. Mereka telah resmi bercerai, meskipun sebelumnya baik kedua orang tua Angel maupun Anton sama-sama menentang keinginan mereka untuk mengakhiri rumah tangga.Namun karena Angel dan Anton sangat serius serta menganggap perceraian merupakan jalan terbaik, maka mau tidak mau kedua orang tua mereka pun menyetujui. Bagi Angel setelah resmi bercerai dengan Anton, membuatnya tenang dan merasa lebih nyaman.Sementara bagi Anton perceraiannya dengan Angel itu membuatnya lega tak merasa ada beban serta was-was lagi akan kedua orang tuanya yang tentu tak menginginkan Anton memiliki dua orang istri, meskipun saat ini Anton belum memberi tahu perihal ia telah menikah dengan Siska namun nanti tidak akan menjadi permasalahan bagi kedua orang tuanya saat ia mengatakan telah menikah kembali dengan seorang wanita yang berasal dan tinggal di Malaysia.
“Baik Nyonya, tunggu sebentar akan saya ambilkan.” Ucap Bi Surti.“Oh ya Bi, sekalian suruh Diana ke sini siapa tahu dari dia aku akan dapat petunjuk juga tentang Roy!”“Baik Nyonya.” Habis berucap Bi Surti pun buru-buru ke kamarnya lalu menemui Diana.Setelah ponsel Roy berada di tangannya, Angel pun memeriksanya kalau saja ada panggilan atau pesan terbaru dari nomor seseorang yang berada di kawasan Kota Jakarta itu. Namun setelah diamati selain nomor kontak Adik Roy di kampung tidak ada nomor kontak lain yang dihubungi Roy terakhir kali sebelum ia meninggalkan rumah itu, Angel pun makin resah dan kuatir akan keadaan Roy saat ini.“Roy benar-benar nggak bilang sama kamu akan pergi ke mana dari rumah ini, Diana?” tanya Angel.“Nggak ada, Nyonya. Setelah Mas Roy bicara sama Nyonya sewaktu Nyonya akan ke kamar di lantai atas, Mas Roy langsung pergi begtu saja.” jawab Diana.“Apa sebaiknya aku hubungi saja nomor Adiknya ini, mencari tahu tentang Roy?” gumam Angel dalam hati.Surti untuk
“Kurang lebih 2 tahun,” jawab Roy.“Dia pastinya sangat cantik hingga kamu begitu sayang padanya,” ujar Alice dari nada bicaranya terkesan ada rasa cemburu.“Bagiku dia bukan cantik semata, tapi juga baik dan pengertian serta mau menerimaku apa adanya,” ulas Roy.“Menerimamu apa adanya, maksudnya gimana?” tanya Alice tak faham.“Begini, aku ini hanya seorang karyawan biasa saja sementara dia adalah CEO sekaligus atasanku di perusahaan pariwisata itu,” jawab Roy jujur apa adanya.“Apa?! Kekasihmu itu atasanmu sendiri?” Alice terkejut, Roy menanggapinya dengan mengangguk dan tersenyum.“Kok bisa? Lalu bagaimana ceritanya hingga terjalin hubungan di antara kalian berdua?” Alice penasaran.“Aku juga nggak menyangka dan hal itu terjalin begitu saja seiring dengan waktu,” jawab Roy berusaha untuk terlihat bahagia tanpa beban yang saat ini tengah mengusik hati dan pikirannya.“Sebenarnya aku tak pantas untuk ia jadikan kekasih,” sambung Roy dan hal itu membuat Alice nampak kerutkan keningnya
“Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya bisa menemani jalan dan membawamu ke tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di pulau ini, tapi untuk menemanimu tidur di kamar ini aku nggak bisa karena aku telah memiliki kekasih,” jawab Roy yang terpaksa jujur karena dia sudah tak tahu bagaimana cara mencari alasan untuk menolak.“Oh, kamu udah punya kekasih rupanya? Ah, jika malam ini aja kamu tidur bareng aku di sini, aku rasa kekasihmu itu nggak akan tahu atau juga curiga.” Ujar Alice yang ternyata juga tak peduli dengan kejujuran Roy yang mengatakan dirinya telah memiliki kekasih.“Dia mungkin saja nggak akan tahu atau pula curiga, tapi aku nggak mau menghianati cintanya karena aku sangat menyanyanginya,” kali ini Roy cukup tegas, hingga beberapa saat dalam keadaan setengah mabuk Alice nampak tercengang mendengarnya.Karena tak ada reaksi apa-apalagi dari Alice, Roy kemudian pamit dan meninggalkan kamar itu setelah menyelimuti tubuh Alice dengan selimut. Sampai Roy ke luar dan menutup
Alice benar-benar merasa surprise dengan semua itu, rasa penasarannya ingin mengelilingi seluruh kawasan Pulau Bali pun terpenuhi.“Apa di sini ada night club, Roy?” tanya Alice ketika ia merasa puas berkeliling.“Ada beberapa buah night club di pulau ini, emangnya kamu mau ke sana?” jawab Roy lalu balik bertanya.“Ya, aku mau happy-happy di sana melewati malam ini hingga nanti kembali ke hotel. Kamu bisa antarkan aku ke night club paling besar dan ramai di sini?” pinta Alice.Roy yang maklum jika hampir seluruh turis yang berkunjung ke pulau itu hobi ke night club di saat malam, maka Roy memenuhi permintaan Alice dengan mengarahkan mobil yang ia kemudi itu ke salah satu night club terbesar di Bali.Yang namanya night club tentu tak asing lagi jika di dalamnya terdapat berbagai jenis minuman, mulai dari minuman berkadar alkohol rendah hingga tinggi. Di sana juga terdapat music room, biasa pula digunakan untuk berdansa dan melantai bagi para pengunjung.Suasana di dalam ruangan night c
“Mungkin karena aku baru pertama kali berkunjung ke sini dan juga tadi siang aku ikut dalam rombongan para turis yang kamu jemput serta antar, aku merasa nyaman dengan cara kamu mengemudi makanya aku meminta kamu,” jelas Alice, Roy hanya menanggapi dengan senyum ramahnya.“Gimana kalau kita jalan sekarang, Roy?” sambung Alice.“Oke, mari!” jawab Roy, mereka pun sama-sama berdiri lalu Roy mengajak Alice menuju mobil yang tadi ditunjukan oleh Ardi di depan lobi hotel itu.Roy dan Alice menghampiri sebuah mobil jenis Pajero Sport yang di parkir di depan lobi hotel itu, setelah mereka naik mobil yang dikemudikan oleh Roy itupun bergerak menuju jalan raya meninggalkan halaman dan kawasan hotel mewah itu.Mobil yang dikemudikan Roy sengaja dilajukan santai, tujuannya agar Alice dapat menikmati panorama di sisi kanan dan kiri jalan raya yang dihiasi lampu-lampu. Memang sangat berbeda suasana jalan raya ketika malam di bandingkan siang hari, kebanyakan dari pengendara sengaja melaju perlahan
“Hemmm, iya Non makanya hotel kami ini sangat senang bekerja sama dengan kantor perusahaan pariwisata tempat Roy bekerja itu dan kerja sama itu udah terjalin sejak lama dan saya pribadi telah juga telah lama kenal dengan Roy sebagai salah seorang karyawan di perusahaan pariwisata itu,” tutur Ardi.“Berapapun biayanya nanti aku akan bayar, aku cukup terkesima dengan keindahan pulau ini dan ingin tahu lebih banyak lagi kawasan-kawasan lainnya dan dinikmati keindahannya di malam hari,” ujar Alice gembira sekaligus penasaran.“Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, wajahnya begitu ceria dan makin cantik. “Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, waja
Itulah nilai plus seorang Viola, selain berwajah cantik dan berprofesi sebagai CEO, dia juga gadis yang rajin beribadah. Roy benar-benar pria yang beruntung dapat mengambil tempat di hati gadis itu sebagai salah satunya pria yang di cintai, selama ini sudah banyak pria yang ingin dekat dengan Viola akan tetapi semua itu hanya sebatas sahabat biasa saja.Tapi masalahnya sekarang, apakah Viola akan tetap mencintai dan menganggap Roy sebagai kekasihnya jika Roy menceritakan tentang masa lalunya itu? Dan bagaimana pula dengan rencana Pak Husein akan menjodohkan Viola dengan Rehan dalam waktu dekat ini?****Sore itu ketika Roy mengantar para turis ke sebuah hotel dan kebetulan itu adalah trip terakhir tugas Roy di lapangan dan akan kembali ke kantor lalu pulang ke kediamannya, tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya ketika hendak naik ke atas mobil operasional.“Roy tunggu dulu..!” panggil pria itu, Roy pun hentikan langkah dan membalikan tubuhnya.“Eh, Bang Ardi rupannya. Ada apa Bang
“Ya, aku ingat kita memang pernah membicarakan itu. Lantas gimana dengan rencana kita itu, Hamid? Apakah Rehan akan setuju jika dijodohkan dengan Viola? Soalnya waktu itu kamu bilang Rehan belum memberi jawaban ketika kamu tanyakan,” tanya Pak Husein.“Hemmm, benar Husein karena Rehan telah memberi jawaban jika dia bersedia untuk dijodohkan dengan Viola makanya aku mengajak kamu ketemuan dan membicarakannya lagi,” tutur Pak Hamid diiringi senyumnya.“Wah, baguslah jika Rehan udah memberi jawaban dan setuju,” ujar Pak Husein senang.“Lalu gimana dengan Viola sendiri? Apakah dia bersedia dijodohkan dengan Rehan?” Pak Hamid balik bertanya.“Viola memang belum aku tanya apakah dia bersedia atau nggak jika dijodohkan dengan Rehan, tapi kamu nggak usah kuatir belum lama ini aku telpon dia dan menanyakan apakah dia udah menemukan pria yang akan ia jadikan calon suami, soalnya dulu juga pernah aku tanyakan begitu, dia meminta diberi waktu.” Jawab Pak Husein.“Lalu Viola jawab apa ketika kamu
Namun Pak Hamid bahkan Pak Husein sendiri belum tahu jika Viola tidak ada perasaan apa-apa pada Rehan sejak bertemu minggu lalu, sosok Rehan bagi Viola tak ubahnya sebagai kenalan biasa dan tak ada yang spesial ia dilihat di diri Rehan selain pemuda yang kaya raya semata.****Malam itu cuaca mendung, tak lama gerimis pun turun. Roy yang duduk di teras di temani segelas kopi hangat dan sebungkus rokok, nampak bermenung dengan tatapan kosong ke arah gerimis yang semakin lama semakin rapat turun membasahi halaman kediamannya itu.Sepertinya perasaan pria tampan itu tidak sedang baik-baik saja hingga membawanya larut dalam lamunan, jika masalah pekerjaan yang ia lakukan di lapangan sampai dengan hari ini belum pernah dijumpai baik itu pada para turis maupun pada kantor tempat ia bekerja.Tiba-tiba saja Roy tersentak dari lamunannya ketika ponsel yang ia letakan di atas meja di antara gelas kopi dan rokoknya berbunyi, Roy pikir yang melakukan panggilan itu adalah Viola, ternyata setelah i
“Loh kok gitu?” Bi Surti ikut merasa kecewa.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Moga saja Mas Roy segera mendapatkan solusinya atas semua yang sedang ia hadapi sekarang,” ucap Bi Surti.“Moga saja Bi, akupun berharap begitu.” ulas Angel.****Malam itu di Qatar tepatnya di kediaman Pak Hamid, di ruangan tengah nampak Pak Hamid, Bu Qoira dan Rehan duduk. Tak biasanya Rehan ikut duduk bersama kedua orang tuannya itu, setelah makan malam bareng Rehan biasanya duduk di teras sejenak lalu pergi jalan ke luar dan pulang sekitar jam 11 malam.“Tumben, kamu duduk baren