“Iya, tapi sulit aku ngumpulin sampai segitu karena ada aja yang akan dibeli jika uang masih ada di tangan.” Ujar Roy.“Gimana kalau aku yang bantuin Bang Roy buat ngumpulinnya, setelah itu Abang bisa buka rekening dan simpan di sana setiap minggunya?” tawar Vina.“Ya udah, mulai besok siang setiap ada lebihnya di luar sarapan dan makan malam serta beli rokok aku akan kasih sama kamu buat disimpan. Tapi ingat jika kamu lagi nggak punya uang buat sarapan dan makan malam, kamu pakai aja ya?” tutur Roy.“Iya Bang, tapi selama ini mudah-mudahan aku belum pernah kekurangan uang jika sekedar buat sarapan atau makan malam.” ujar Vina.Selama bekerja menjadi kuli angkat Roy bukan saja terbilang royal pada Vina tapi juga teman-temannya sesama kuli angkat, hingga ia cukup disegani sebagai orang baru dikenal dan tinggal di kawasan itu.Roy tak pernah hitung-hitungan soal tenaga begitu pula dengan bagi hasil pendapatan kerja kelompok para kuli angkat yang di pimpin oleh Deni itu, baginya apa yang
“Hiyaaaaaat..! Wuuuuuus…! Plaaaaaak..! Duuuuuuuk…! Bruuuuuuuk…!” dengan geram kembali Robi menerjang, kali ini Roy tak hanya menghindar saja. Setelah berhasil menghindar terjangan kaki Robi, sebuah tamparan Roy telak mengenai rahang Robi lalu disusul tendangan kaki yang menghujam bagian pinggang membuat tubuh Robi terjajar lalu jatuh tertelungkup.Yogi yang sudah bangkit segera menghampiri Robi dan membantunya untuk berdiri, sementara Roy berdiri dalam posisi siaga akan serangan lawan berikutnya.“Lu jangan senang dulu..! Lu tunggu di sini, Bos kami akan datang dan akan beri pelajaran sama Lu brengsek..!” ujar Robi setelah dibantu berdiri oleh Yogi, mereka lalu naik ke atas sepeda motor dan berlalu pergi.Sepeninggalnya mereka, Vina langsung menghampiri Roy yang berdiri dengan sikap santai sama sekali tak merasa gentar akan ancaman kedua pria yang baru saja berlalu dengan sepeda motor itu.“Aduh Bang, kenapa Bang Roy buat masalah dengan mereka? Aku tadikan udah bilang biarkan aja mere
“Iya Bos, saat kami menagih setoran pada Vina ada seorang cowok yang mengaku temannya membuat perkara Bos. Dia merebut kembali uang setoran yang tadi sempat kami rebut dari tangan Vina karena dia meminta waktu sampai besok sore, cowok itu bahkan menghajar kami berdua.” Jawab Robi.“Hah?! Kalian berdua dihajar sampai babak belur begini? Gob**k, menghadapi satu orang aja kalian kalah!” Yudi memaki dan memarahi mereka berdua.“Kami yang duluan menyerang secara bergantian ingin memberi pelajaran sama cowok itu, akan tetapi kami nggak berdaya dibuatnya. Cowok itu sepertinya memiliki ilmu bela diri, dengan mudahnya ia mengelak serangan dan membuat kami nggak bisa melakukan perlawanan lagi Bos.” Jelas Robi.“Sialan...! Selama ini belum ada yang berani melawan kita di kawasan itu, sekarang ada yang ingin cari gara-gara sama Genk Kapak Merah. Apa dia orang baru di sana hingga dia nggak kenal dengan kalian yang merupakan anggota Genk Kapak Merah ini?” tanya Yudi geram.“Ya Bos, sepertinya cowok
“Oke, aku dan anggotaku nggak akan mengeroyok teman kalian ini. Tapi karena dia telah menghajar anak buahku, aku ingin menantangnya bertarung satu lawan satu. Jika aku menang kawasan ini tetap akan menjadi daerah kekuasaan kami Genk Kapak Merah, sebaliknya jika dia menang kami nggak akan usik dan meminta setoran uang bulanan lagi di kawasan ini. Gimana apa kamu bersedia bertarung denganku?” Yudi akhirnya mengajak Roy untuk bertarung satu lawan satu, mempertaruhkan daerah kekuasaan Genk Kapak Merah atas kawasan di seputaran jembatan itu.“Ya, aku terima tantanganmu dengan syarat jika nanti aku menang kalian nggak boleh lagi datang ke sini untuk meminta jatah bulanan alias pungli itu.” Roy menjawab dan menerima tantangan Yudi.“Roy...!” seru Deni sembari menghampiri, Roy hanya nampak tersenyum.“Apa kamu yakin Roy menerima tantangannya bertarung?” sambung Deni.“Hemmm, Bang Deni tenang aja. Aku menerima tantangannya itu demi memperjuangkan kawasan ini, supaya mereka nggak lagi memaksa w
“Thanks, ya.” ucap Yudi sembari ulurkan tangan.“Maksudnya?” Roy heran dan tak menjabat uluran tangan dari Ketua Genk Kapak Merah itu.“Lu tadi bisa aja matahin leher Gue tapi nggak Lu lakukan, Lu bisa nahan emosi dan itu buat Gue makin salut sama Lu. Andai aja tadi Gue di posisi Lu, Gue nggak yakin bisa menahannya.” Jelas Yudi.“Oh gitu? Mungkin karena terbiasa saat latihan bareng teman-teman di kampung dulunya, nggak boleh saling mencederai apalagi lawan udah nyerah.” Ulas Roy sembari menjabat tangan Yudi yang masih ia ulurkan.“Lu emang petarung sejati, Gue bukan aja ngaku kalah tapi juga respek sama kemampuan bela diri dan sikap Lu. Seperti kesepakatan kita tadi sebelum bertarung, Gue janji nggak akan mengganggu kawasan ini lagi.” puji Yudi dan menepati janjinya, Roy menanggapinya dengan mengangguk diiringi senyumnya ramahnya.“Ayo, kita cabut!” ajak Yudi pada para anak buahnya.Sebelum Yudi berlalu dengan sepeda motornya ia sempat mengangkat tangan kanannya ke arah Roy sebagai ta
“Hemmm, kalau masalah itu nggak perlu kamu pikirin. Sebagian besar biayanya yang nanggung para pemilik toko, sementara para warga palingan nanti menyumbang berupa tenaga dalam mendirikan pos dan merawatnya.” Jawab Deni diiringi senyumannya.“Wah... Aku nggak bisa berkata apa-apalagi Bang, kalian di sini ternyata sangat baik.” Ujar Roy merasa sangat dihargai oleh para warga dan orang-orang yang bekerja serta membuka usaha di kawasan itu.******Hanya memakan waktu 4 hari saja bangunan Pos Pemuda itu pun selesai didirikan berikut kamar mandi serta toiletnya, saat itu pula Roy diminta untuk tinggal di sana karena di dalam pos itu dibuatkan sebuah kamar lengkap dengan tempat tidurnya.Saat Roy pindah dari tempat tinggalnya yang semula berupa bangunan kecil bersekat beberapa lembar karton bersebelahan dengan Vina ke Pos Pemuda itulah, para warga dan juga pemilik toko berkumpul di sana menyambut Roy.Vina dan Deni serta teman-teman sesama kuli angkat lainnya juga hadir di sana, hal itu tent
“Ya bedalah Ketua, kalau Yudi setiap bulannya meminta secara paksa dan juga menetap besaran iuran pada para pemilik toko dan juga warga di sini dengan dalih keamanan. Sedangkan Ketua sosok yang ditunjuk menjadi keamanan kawasan ini, dan mereka dengan suka rela memberi uang bulanan sebagai upahnya.” Jelas Deni.“Jadi nggak enak aku sama mereka, udah dikasih tempat tinggal akan diberi uang setiap bulannya lagi.”“Udahlah, Ketua nggak usah pikirin hal itu. Lagi pula mereka sendiri yang memutuskan tanpa merasa terpaksa sedikitpun, menurutku wajar-wajar aja Ketua Roy diberi uang bulanan secara menjadi keamanan di kawasan ini bukanlah perkara gampang juga. Bukan begitu, Sob?” ujar Deni sembari bertanya pada para rekan sesama kuli angkat lainnya, mereka serentak mengiyakan dengan menganggukan kepala.Sekarang Roy semakin mengerti, dibangunnya pos pemuda itu selain untuk tempat tinggalnya dan diangkat menjadi Ketua Pemuda dia juga ditetapkan sebagai Ketua keamanan di kawasan itu dengan memper
“Ke suatu tempat dan mau mengambil barang-barang milik Bang Roy yang ketinggalan? Emangnya di mana? Apa sebelumnya Bang Roy tinggal di kos-kosan?” kembali Ko Acong bertanya.“Nggak Ko, aku sebelum tinggal di kawasan ini bekerja di salah satu rumah mewah milik seorang CEO perusahaan. Namanya Angel dan aku memanggilnya Tante, di rumah itu aku dulu tinggal dan bekerja sebagai pengurus kebun.” Jawab Roy.“Oh begitu? Ya, udah nggak usah dengan mobil pick up itu. Nih, bawa aja mobilku Bang Roy bisa menjemputnya sekarang juga.” Ujar Ko Acong sembari menyerahkan kunci kontak mobilnya pada Roy.Roy tak langsung menjawab, ia melihat mobil yang ditunjukan beriring dengan Ko Acong menyerahkan kunci kontak mobil miliknya. Mobil itu adalah golongan mobil mewah, maklum Ko Acong boleh dikatakan pengusaha sukses dan tidak hanya di kawasan itu saja terdapat tokonya melainkan juga menyebar di beberapa tempat di kawasan Kota Jakarta.“Nggak usah Ko, biar aku perginya dengan mobil pick up itu aja sembari
“Ya, sebaiknya kamu segera memberi tahu kedua orang tuamu agar mereka nggak cemas karena mereka tentunya tahu kamu akan berlibur di sini selama 3 hari aja,” ujar Roy.“Iya Roy, secepatnya aku akan kasih tahu mereka.” ulas Alice sembari menatap Roy.Tatapan bule cantik berambut pirang itu pada Roy seperti mengandung arti yang tentu saja hanya dia sendiri yang tahu, apakah karena dia merasa peluang besar untuk menaklukan Roy? Atau ada perasaan lain yang tiba-tiba hadir di lubuk hatinya?Setelah selesai makan dan duduk sejenak melanjutkan obrolan mereka, Roy pun mengantar Alice kembali ke hotel tempat bule muda cantik itu menginap karena waktu istirahat siang telah habis dan Roy harus kembali bekerja.Meskipun waktu kebersamaan mereka siang itu hanya kurang lebih 1 jam, namun bagi Alice hal itu sangat menyenangkan. Begitu tiba di kamarnya Alice langsung rebahkan tubuhnya di atas ranjang, seulas senyuman yang menyiratkan kegembiraan tampak di bibirnya.“Roy memang sangat berbeda dengan pr
“Kurang lebih 2 tahun,” jawab Roy.“Dia pastinya sangat cantik hingga kamu begitu sayang padanya,” ujar Alice dari nada bicaranya terkesan ada rasa cemburu.“Bagiku dia bukan cantik semata, tapi juga baik dan pengertian serta mau menerimaku apa adanya,” ulas Roy.“Menerimamu apa adanya, maksudnya gimana?” tanya Alice tak faham.“Begini, aku ini hanya seorang karyawan biasa saja sementara dia adalah CEO sekaligus atasanku di perusahaan pariwisata itu,” jawab Roy jujur apa adanya.“Apa?! Kekasihmu itu atasanmu sendiri?” Alice terkejut, Roy menanggapinya dengan mengangguk dan tersenyum.“Kok bisa? Lalu bagaimana ceritanya hingga terjalin hubungan di antara kalian berdua?” Alice penasaran.“Aku juga nggak menyangka dan hal itu terjalin begitu saja seiring dengan waktu,” jawab Roy berusaha untuk terlihat bahagia tanpa beban yang saat ini tengah mengusik hati dan pikirannya.“Sebenarnya aku tak pantas untuk ia jadikan kekasih,” sambung Roy dan hal itu membuat Alice nampak kerutkan keningnya
“Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya bisa menemani jalan dan membawamu ke tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di pulau ini, tapi untuk menemanimu tidur di kamar ini aku nggak bisa karena aku telah memiliki kekasih,” jawab Roy yang terpaksa jujur karena dia sudah tak tahu bagaimana cara mencari alasan untuk menolak.“Oh, kamu udah punya kekasih rupanya? Ah, jika malam ini aja kamu tidur bareng aku di sini, aku rasa kekasihmu itu nggak akan tahu atau juga curiga.” Ujar Alice yang ternyata juga tak peduli dengan kejujuran Roy yang mengatakan dirinya telah memiliki kekasih.“Dia mungkin saja nggak akan tahu atau pula curiga, tapi aku nggak mau menghianati cintanya karena aku sangat menyanyanginya,” kali ini Roy cukup tegas, hingga beberapa saat dalam keadaan setengah mabuk Alice nampak tercengang mendengarnya.Karena tak ada reaksi apa-apalagi dari Alice, Roy kemudian pamit dan meninggalkan kamar itu setelah menyelimuti tubuh Alice dengan selimut. Sampai Roy ke luar dan menutup
Alice benar-benar merasa surprise dengan semua itu, rasa penasarannya ingin mengelilingi seluruh kawasan Pulau Bali pun terpenuhi.“Apa di sini ada night club, Roy?” tanya Alice ketika ia merasa puas berkeliling.“Ada beberapa buah night club di pulau ini, emangnya kamu mau ke sana?” jawab Roy lalu balik bertanya.“Ya, aku mau happy-happy di sana melewati malam ini hingga nanti kembali ke hotel. Kamu bisa antarkan aku ke night club paling besar dan ramai di sini?” pinta Alice.Roy yang maklum jika hampir seluruh turis yang berkunjung ke pulau itu hobi ke night club di saat malam, maka Roy memenuhi permintaan Alice dengan mengarahkan mobil yang ia kemudi itu ke salah satu night club terbesar di Bali.Yang namanya night club tentu tak asing lagi jika di dalamnya terdapat berbagai jenis minuman, mulai dari minuman berkadar alkohol rendah hingga tinggi. Di sana juga terdapat music room, biasa pula digunakan untuk berdansa dan melantai bagi para pengunjung.Suasana di dalam ruangan night c
“Mungkin karena aku baru pertama kali berkunjung ke sini dan juga tadi siang aku ikut dalam rombongan para turis yang kamu jemput serta antar, aku merasa nyaman dengan cara kamu mengemudi makanya aku meminta kamu,” jelas Alice, Roy hanya menanggapi dengan senyum ramahnya.“Gimana kalau kita jalan sekarang, Roy?” sambung Alice.“Oke, mari!” jawab Roy, mereka pun sama-sama berdiri lalu Roy mengajak Alice menuju mobil yang tadi ditunjukan oleh Ardi di depan lobi hotel itu.Roy dan Alice menghampiri sebuah mobil jenis Pajero Sport yang di parkir di depan lobi hotel itu, setelah mereka naik mobil yang dikemudikan oleh Roy itupun bergerak menuju jalan raya meninggalkan halaman dan kawasan hotel mewah itu.Mobil yang dikemudikan Roy sengaja dilajukan santai, tujuannya agar Alice dapat menikmati panorama di sisi kanan dan kiri jalan raya yang dihiasi lampu-lampu. Memang sangat berbeda suasana jalan raya ketika malam di bandingkan siang hari, kebanyakan dari pengendara sengaja melaju perlahan
“Hemmm, iya Non makanya hotel kami ini sangat senang bekerja sama dengan kantor perusahaan pariwisata tempat Roy bekerja itu dan kerja sama itu udah terjalin sejak lama dan saya pribadi telah juga telah lama kenal dengan Roy sebagai salah seorang karyawan di perusahaan pariwisata itu,” tutur Ardi.“Berapapun biayanya nanti aku akan bayar, aku cukup terkesima dengan keindahan pulau ini dan ingin tahu lebih banyak lagi kawasan-kawasan lainnya dan dinikmati keindahannya di malam hari,” ujar Alice gembira sekaligus penasaran.“Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, wajahnya begitu ceria dan makin cantik. “Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, waja
Itulah nilai plus seorang Viola, selain berwajah cantik dan berprofesi sebagai CEO, dia juga gadis yang rajin beribadah. Roy benar-benar pria yang beruntung dapat mengambil tempat di hati gadis itu sebagai salah satunya pria yang di cintai, selama ini sudah banyak pria yang ingin dekat dengan Viola akan tetapi semua itu hanya sebatas sahabat biasa saja.Tapi masalahnya sekarang, apakah Viola akan tetap mencintai dan menganggap Roy sebagai kekasihnya jika Roy menceritakan tentang masa lalunya itu? Dan bagaimana pula dengan rencana Pak Husein akan menjodohkan Viola dengan Rehan dalam waktu dekat ini?****Sore itu ketika Roy mengantar para turis ke sebuah hotel dan kebetulan itu adalah trip terakhir tugas Roy di lapangan dan akan kembali ke kantor lalu pulang ke kediamannya, tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya ketika hendak naik ke atas mobil operasional.“Roy tunggu dulu..!” panggil pria itu, Roy pun hentikan langkah dan membalikan tubuhnya.“Eh, Bang Ardi rupannya. Ada apa Bang
“Ya, aku ingat kita memang pernah membicarakan itu. Lantas gimana dengan rencana kita itu, Hamid? Apakah Rehan akan setuju jika dijodohkan dengan Viola? Soalnya waktu itu kamu bilang Rehan belum memberi jawaban ketika kamu tanyakan,” tanya Pak Husein.“Hemmm, benar Husein karena Rehan telah memberi jawaban jika dia bersedia untuk dijodohkan dengan Viola makanya aku mengajak kamu ketemuan dan membicarakannya lagi,” tutur Pak Hamid diiringi senyumnya.“Wah, baguslah jika Rehan udah memberi jawaban dan setuju,” ujar Pak Husein senang.“Lalu gimana dengan Viola sendiri? Apakah dia bersedia dijodohkan dengan Rehan?” Pak Hamid balik bertanya.“Viola memang belum aku tanya apakah dia bersedia atau nggak jika dijodohkan dengan Rehan, tapi kamu nggak usah kuatir belum lama ini aku telpon dia dan menanyakan apakah dia udah menemukan pria yang akan ia jadikan calon suami, soalnya dulu juga pernah aku tanyakan begitu, dia meminta diberi waktu.” Jawab Pak Husein.“Lalu Viola jawab apa ketika kamu
Namun Pak Hamid bahkan Pak Husein sendiri belum tahu jika Viola tidak ada perasaan apa-apa pada Rehan sejak bertemu minggu lalu, sosok Rehan bagi Viola tak ubahnya sebagai kenalan biasa dan tak ada yang spesial ia dilihat di diri Rehan selain pemuda yang kaya raya semata.****Malam itu cuaca mendung, tak lama gerimis pun turun. Roy yang duduk di teras di temani segelas kopi hangat dan sebungkus rokok, nampak bermenung dengan tatapan kosong ke arah gerimis yang semakin lama semakin rapat turun membasahi halaman kediamannya itu.Sepertinya perasaan pria tampan itu tidak sedang baik-baik saja hingga membawanya larut dalam lamunan, jika masalah pekerjaan yang ia lakukan di lapangan sampai dengan hari ini belum pernah dijumpai baik itu pada para turis maupun pada kantor tempat ia bekerja.Tiba-tiba saja Roy tersentak dari lamunannya ketika ponsel yang ia letakan di atas meja di antara gelas kopi dan rokoknya berbunyi, Roy pikir yang melakukan panggilan itu adalah Viola, ternyata setelah i