“Oke, aku dan anggotaku nggak akan mengeroyok teman kalian ini. Tapi karena dia telah menghajar anak buahku, aku ingin menantangnya bertarung satu lawan satu. Jika aku menang kawasan ini tetap akan menjadi daerah kekuasaan kami Genk Kapak Merah, sebaliknya jika dia menang kami nggak akan usik dan meminta setoran uang bulanan lagi di kawasan ini. Gimana apa kamu bersedia bertarung denganku?” Yudi akhirnya mengajak Roy untuk bertarung satu lawan satu, mempertaruhkan daerah kekuasaan Genk Kapak Merah atas kawasan di seputaran jembatan itu.“Ya, aku terima tantanganmu dengan syarat jika nanti aku menang kalian nggak boleh lagi datang ke sini untuk meminta jatah bulanan alias pungli itu.” Roy menjawab dan menerima tantangan Yudi.“Roy...!” seru Deni sembari menghampiri, Roy hanya nampak tersenyum.“Apa kamu yakin Roy menerima tantangannya bertarung?” sambung Deni.“Hemmm, Bang Deni tenang aja. Aku menerima tantangannya itu demi memperjuangkan kawasan ini, supaya mereka nggak lagi memaksa w
“Thanks, ya.” ucap Yudi sembari ulurkan tangan.“Maksudnya?” Roy heran dan tak menjabat uluran tangan dari Ketua Genk Kapak Merah itu.“Lu tadi bisa aja matahin leher Gue tapi nggak Lu lakukan, Lu bisa nahan emosi dan itu buat Gue makin salut sama Lu. Andai aja tadi Gue di posisi Lu, Gue nggak yakin bisa menahannya.” Jelas Yudi.“Oh gitu? Mungkin karena terbiasa saat latihan bareng teman-teman di kampung dulunya, nggak boleh saling mencederai apalagi lawan udah nyerah.” Ulas Roy sembari menjabat tangan Yudi yang masih ia ulurkan.“Lu emang petarung sejati, Gue bukan aja ngaku kalah tapi juga respek sama kemampuan bela diri dan sikap Lu. Seperti kesepakatan kita tadi sebelum bertarung, Gue janji nggak akan mengganggu kawasan ini lagi.” puji Yudi dan menepati janjinya, Roy menanggapinya dengan mengangguk diiringi senyumnya ramahnya.“Ayo, kita cabut!” ajak Yudi pada para anak buahnya.Sebelum Yudi berlalu dengan sepeda motornya ia sempat mengangkat tangan kanannya ke arah Roy sebagai ta
“Hemmm, kalau masalah itu nggak perlu kamu pikirin. Sebagian besar biayanya yang nanggung para pemilik toko, sementara para warga palingan nanti menyumbang berupa tenaga dalam mendirikan pos dan merawatnya.” Jawab Deni diiringi senyumannya.“Wah... Aku nggak bisa berkata apa-apalagi Bang, kalian di sini ternyata sangat baik.” Ujar Roy merasa sangat dihargai oleh para warga dan orang-orang yang bekerja serta membuka usaha di kawasan itu.******Hanya memakan waktu 4 hari saja bangunan Pos Pemuda itu pun selesai didirikan berikut kamar mandi serta toiletnya, saat itu pula Roy diminta untuk tinggal di sana karena di dalam pos itu dibuatkan sebuah kamar lengkap dengan tempat tidurnya.Saat Roy pindah dari tempat tinggalnya yang semula berupa bangunan kecil bersekat beberapa lembar karton bersebelahan dengan Vina ke Pos Pemuda itulah, para warga dan juga pemilik toko berkumpul di sana menyambut Roy.Vina dan Deni serta teman-teman sesama kuli angkat lainnya juga hadir di sana, hal itu tent
“Ya bedalah Ketua, kalau Yudi setiap bulannya meminta secara paksa dan juga menetap besaran iuran pada para pemilik toko dan juga warga di sini dengan dalih keamanan. Sedangkan Ketua sosok yang ditunjuk menjadi keamanan kawasan ini, dan mereka dengan suka rela memberi uang bulanan sebagai upahnya.” Jelas Deni.“Jadi nggak enak aku sama mereka, udah dikasih tempat tinggal akan diberi uang setiap bulannya lagi.”“Udahlah, Ketua nggak usah pikirin hal itu. Lagi pula mereka sendiri yang memutuskan tanpa merasa terpaksa sedikitpun, menurutku wajar-wajar aja Ketua Roy diberi uang bulanan secara menjadi keamanan di kawasan ini bukanlah perkara gampang juga. Bukan begitu, Sob?” ujar Deni sembari bertanya pada para rekan sesama kuli angkat lainnya, mereka serentak mengiyakan dengan menganggukan kepala.Sekarang Roy semakin mengerti, dibangunnya pos pemuda itu selain untuk tempat tinggalnya dan diangkat menjadi Ketua Pemuda dia juga ditetapkan sebagai Ketua keamanan di kawasan itu dengan memper
“Ke suatu tempat dan mau mengambil barang-barang milik Bang Roy yang ketinggalan? Emangnya di mana? Apa sebelumnya Bang Roy tinggal di kos-kosan?” kembali Ko Acong bertanya.“Nggak Ko, aku sebelum tinggal di kawasan ini bekerja di salah satu rumah mewah milik seorang CEO perusahaan. Namanya Angel dan aku memanggilnya Tante, di rumah itu aku dulu tinggal dan bekerja sebagai pengurus kebun.” Jawab Roy.“Oh begitu? Ya, udah nggak usah dengan mobil pick up itu. Nih, bawa aja mobilku Bang Roy bisa menjemputnya sekarang juga.” Ujar Ko Acong sembari menyerahkan kunci kontak mobilnya pada Roy.Roy tak langsung menjawab, ia melihat mobil yang ditunjukan beriring dengan Ko Acong menyerahkan kunci kontak mobil miliknya. Mobil itu adalah golongan mobil mewah, maklum Ko Acong boleh dikatakan pengusaha sukses dan tidak hanya di kawasan itu saja terdapat tokonya melainkan juga menyebar di beberapa tempat di kawasan Kota Jakarta.“Nggak usah Ko, biar aku perginya dengan mobil pick up itu aja sembari
“Dompet dan HP nya, Pak.” Jawab Supri.“Baik, tunggu sebentar ya? Saya akan temui para pembantu rumah ini di dalam, mereka yang lebih tahu kamar dan juga barang-barang Mas Roy jika memang ketinggalan.”“Ya Pak, silahkan!” ujar Supri menunggu di depan pos satpam di dekat pagar yang telah dibuka lebih kurang 1 meter itu, sementara Pak Rudi berjalan agak cepat menuju rumah lalu masuk.“Bi Surti.. Bi Ratni..!” panggil Pak Rudi begitu dia tiba di ruangan tengah.“Ya, sebentar Pak Rudi aku kecilin kompornya dulu.” Sahut Bi Surti yang berada di ruangan belakang.Tak berselang lama Bi Surti pun datang ke ruangan tengah itu menemui Pak Rudi, sementara Bi Ratni juga menghentikan pekerjaannya menstrika pakaian lalu ikut ke ruangan tengah.“Ada apa Pak Rudi?” tanya Bi Surti.“Di depan ada tamu, katanya dia teman Mas Roy.” Jawab Pak Rudi.“Teman Mas Roy?!” serentak Bi Surti dan Bi Ratni terkejut, diana yang pada waktu itu mendengar saat ia berada di luar membersihkan kaca segera pula menuju ruanga
“Jadi beberapa hari setelah pergi dari rumah ini Mas Roy tidur di bawah jembatan?” Bi Surti ingin memastikan kembali apa yang baru saja disampaikan Roy.“Iya Bi, akibat dompet dan HP ku ketinggalan hampir aja aku nggak bisa bayar ongkos angkot dan makan siang. Beruntung ada terselip uang Rp. 30.000,- di saku celana, hingga aku bisa bayar ongkos angkot lalu makan siang dan malamnya bisa beli segelas kopi bareng sepotong roti pengganjal perut.” Tutur Roy menceritakan kejadian secara jujur ketika ia pergi dari rumah itu.“Waduh, jadi semalaman Mas Roy hanya minum kopi dan makan sepotong roti aja?” kembali Bi Surti ingin memastikan, kali ini Roy menjawabnya dengan menganggukan kepalanya saja.“Kok tumben Tante hari ini ke kantor? Bukannya hari minggu kegiatan di kantornya libur seperti biasanya, Bi?” tanya Roy heran.“Biasanya emang libur kok Mas, tapi tadi pagi Nyonya bilang ada acara penting yang diadakan mendadak di kantor perusahaannya itu hingga Nyonya hari ini tetap masuk kantor.” j
Pagi itu cuaca di Ibu Kota sangat cerah, hampir tak terlihat awan-awan yang menutupi kebiruan langit. Setelah mentransfer uang buat Hesti di salah satu toko yang ada di deretan toko-toko tak jauh dari pos pemuda tempat tinggal Roy, yang mana toko itu berupa usaha online yang juga melayani transfer dan tarik tunai Roy pun kembali ke pos.Seperti yang ia janjikan seluruh sisa uang dari gaji bulanan yang diberikan Ko Acong dan teman-temannya itu ia berikan dan kirim pada Hesti, sementara untuk kebutuhannya uang yang ada di rekeningnya sudah lebih dari cukup hingga akhir bulan ini saat ia akan menerima kembali gaji di awal bulan berikutnya.Akan tetapi sepertinya Roy kurang merasa nyaman jika hanya menerima gaji bulanan tanpa melakukan aktifitas, meskipun dia menyadari diberi gaji bulanan oleh Ko Acong dan teman-temannya karena dia dipercaya sebagai keamanan kawasan itu.Tapi tetap saja Roy yang telah terbiasa bekerja keras, merasa pekerjaannya itu tidak lebih karena dia berhasil mengalah
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h
“Viola..!” panggil Roy, Viola yang baru ke luar dari salah satu ruangan dan akan berjalan menuju lift seketika hentikan langkah dan membalikan badannya.“Eh, Bang Roy.” Ulasnya sembari tersenyum.“Ngapain kamu ke sini Viola? Apa Oma dan Opa pengen nginap di salah satu hotel di pulau ini sembari liburan? Kalau emang benar biar aku aja yang mengantar mereka ke manapun mereka mau,” tanya dan tawar Roy.“Hemmm, nggak kok Bang. Aku ke sini ingin bertemu dengan temanku,” jawab Viola.“Siapa temannya? Dan apa kamu udah ketemu dengannya?” tanya Roy lagi.“Udah Bang, kata temanku Bang Roy selalu sibuk tugas di luar mengantar para turis yang baru datang ke pulau ini?” Viola balik bertanya.“Iya, sebentar lagi aku akan ke luar mengantar mereka. Tadi karena aku melihat kamu ke luar dari salah satu ruangan kantor ini, makanya aku menghampiri kamu.” Jawab Roy.“Oh ya, temanku juga bilang bahwa selama Bang Roy kerja di sini pendapatan perusahaan ini meningkat drastis karena ramainya para pengunjung
“Orang tuaku tinggal di Qatar, Mama asli Jawa dan Papa orang Qatar.” Jawab Viola.“Oh gitu? Pantas aja wajahmu blasteran timur tengah, aku tadinya malah sempat berfikir kamu itu turis yang liburan ke pulau ini.” ujar Roy.“Hemmm, bukan Mas aja yang bilang gitu dulu juga banyak yang menyangka kalau aku ini turis. Terkecuali di lingkungan tempat tinggalku bareng Oma dan Opa, di sana mereka semua udah tahu kalau aku asli orang Indonesia dan tinggal di pulau ini.” tutur Viola diiringi senyumnya.“Jadi dari kecil kamu tinggal bareng Oma Opamu di sini?” tanya Roy lagi.“Nggak Mas, aku menetap di sini setelah aku menamatkan S2 ku di Qatar. Aku ingin tinggal bareng Oma dan Opa, sementara kedua adikku memilih tinggal di Qatar bersama Mama dan Papa.” Jelas Viola.“Oh, jadi kamu lulusan S2 di Qatar? Lalu di sini kamu kerja atau di rumah aja?” kembali Roy bertanya karena penasaran melihat megahnya rumah yang ditempati Viola.“Aku kerja Mas.” Jawab Viola singkat.“Kerja di mana?”“Aku memiliki seb
”Loh, kenapa buru-buru? Masuklah dulu, ntar lagi baru kita jalan.” Kembali Viola menawarkan Roy masuk ke dalam rumah megah miliknya itu.Karena tak enak kembali menolak, akhirnya Roy memenuhi ajakan Viola untuk masuk ke rumah meskipun Roy merasa sangat sungkan.Roy bukannya tak pernah melihat bangunan mewah dan megah, sejak ia datang ke Jakarta ia pun langsung ditawari dan tinggal di rumah mewah milik Angel. Begitu pula rumah milik Cindy serta hotel berbintang tempat ia bekerja sebelumnya, akan tetapi rumah milik Viola benar-benar lebih megah dan jauh lebih mewah kesannya hingga ia terlihat sungkan dan gerogi ketika melangkah masuk ke dalam rumah itu.Tak lama setelah Roy dipersilahkan duduk di kursi tamu yang juga super mewah, Viola yang tadi mohon diri ke ruangan tegah kembali ke ruangan tamu itu dengan pria dan seorang wanita yang usianya lebih dari 70 tahunan akan tetapi mereka berdua belum tampak tua sesuai dengan usia mereka.“Perkenalkan ini Opa dan Omaku, Mas.” Ujar Viola memp
Bahkan Roy mendapatkan bonus di luar gaji yang ia terima di bulan pertama itu, semua itu bukan saja perintah Viola melainkan juga karena prestasi yang ditunjukan Roy sebagai karyawan yang bertugas sebagai pemandu para pengunjung untuk memakai jasa pelayanan perusahaan pariwisata itu.****Malam itu setelah magrib, Roy yang berada di tempat tinggal yang disediakan itu nampak menelpon seseorang dengan ponselnya.“Hallo Mas Roy,” sapa seorang wanita setelah mengangkat panggilan di ponsel Roy.“Hallo juga Viola, gimana kabarmu?” balas dan tanya Roy.“Alhamdulillah baik, Mas Roy sendiri gimana?” Viola balik bertanya.“Alhamdulillah baik juga,” ucap Roy.“Oh ya Viola, kamu ada acara nggak malam ini?” sambung Roy.“Acara? Kayaknya nggak ada tuh, emangnya kenapa Mas?” jawab dan Viola balik bertanya.“Aku mau traktir kamu makan malam karena aku tadi pagi menerima gaji pertamaku, gimana kamu mau kan?” harap Roy.“Wah.. Yang baru aja nerima ngaji pertama, nggak usahlah repot-repot ngetraktirku s
Sebuah gedung perkantoran bertingkat 5 melebar seperti bangunan hotel, mobil yang dikemudikan Viola pun berhenti. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus, Viola mengajak Roy untuk turun dan masuk ke dalam gedung perkantoran yang megah itu.“Bukankah ini perusahaan pariwisata yang dikenal terbesar di Pulau Bali ini?” tanya Roy setelah melihat merek perusahaan tertera besar di tengah-tengah bangunan megah itu di antara tepatnya di lantai 3.“Hemmm, ya. Aku ingin memasukan Mas Roy bekerja di kantor ini,” jawab Viola diiringi senyumnya.“Wah.. Yang benar aja Viola? Mana mungkin aku diterima bekerja di perusahaan semegah ini,” Roy merasa tak yakin.“Kita coba aja dulu masuk dan menanyakannya pada bagian personalia kantor perusahaan ini, siapa tahu Mas diterima.” Ujar Viola kembali diiringi senyumnya.Setelah naik lift tepatnya di lantai paling atas, Roy diajak ke sebuah ruangan yang di pintunya tertera Kepala Bagian Personalia.“Mas tunggu di sini biar aku yang masuk menanyaka