Pagi itu cuaca di Ibu Kota sangat cerah, hampir tak terlihat awan-awan yang menutupi kebiruan langit. Setelah mentransfer uang buat Hesti di salah satu toko yang ada di deretan toko-toko tak jauh dari pos pemuda tempat tinggal Roy, yang mana toko itu berupa usaha online yang juga melayani transfer dan tarik tunai Roy pun kembali ke pos.Seperti yang ia janjikan seluruh sisa uang dari gaji bulanan yang diberikan Ko Acong dan teman-temannya itu ia berikan dan kirim pada Hesti, sementara untuk kebutuhannya uang yang ada di rekeningnya sudah lebih dari cukup hingga akhir bulan ini saat ia akan menerima kembali gaji di awal bulan berikutnya.Akan tetapi sepertinya Roy kurang merasa nyaman jika hanya menerima gaji bulanan tanpa melakukan aktifitas, meskipun dia menyadari diberi gaji bulanan oleh Ko Acong dan teman-temannya karena dia dipercaya sebagai keamanan kawasan itu.Tapi tetap saja Roy yang telah terbiasa bekerja keras, merasa pekerjaannya itu tidak lebih karena dia berhasil mengalah
Terbukti sejak hari pertama Vina membuka usaha kedai di bawah jembatan itu pengunjungnya ramai, mulai dari orang-orang yang berlalu lalang di jalan kecil di depan kedai hingga para pemulung yang juga tinggal di kawasan bawah jembatan itu.Roy dan para pemuda di daerah itu juga nongkrong di sana, begitu pula dengan Deni dan teman-temannya sesama kuli angkat.Di kedai Vina bukan hanya menyediakan berbagai jenis minuman tapi juga makanan seperti Mie Rebus dan Mie Goreng, kedai itu ia buka mulai tengah hari hingga tengah malam.Sejak tengah hari para pengunjung sudah mulai ramai, terutama waktu malam tiba saat para pemuda yang menjadikan kedai itu tempat nongkrong mereka selain pos yang dihuni Roy.Perlahan-perlahan kehidupan Vina menjadi lebih baik begitu pula penghasilan yang ia peroleh setiap harinya, boleh dikatakan Vina tidak lagi terlalu menanggapi para pelanggan wik wiknya yang sesekali waktu mengajaknya kencan di luar di sebuah hotel.Sementara bagi pelanggannya yang dulu sering i
Pagi itu tepatnya hari minggu di pertengahan bulan keempat Roy tinggal di pos pemuda dan dipercaya sebagai Ketua keamanan, ketika asyik duduk sendiri sembari internetan di ponselnya mata Roy yang mengarah ke depan toko Ko Acong melihat sebuah dompet tepat di antara halaman toko dan jalan raya.Roy segera bangkit dari duduknya lalu menuju depan toko Ko Acong itu, setelah memungut dompet yang diperkirakan terjatuh dari pemiliknya Roy pun menuju toko menemui Ko Acong.“Selamat pagi, Ko.” Ucap Roy.“Selamat pagi, rupanya Bang Roy. Mari silahkan duduk!” balas Ko Acong sembari mempersilahkan Roy duduk di kursi yang berhadap-hadapan dengannya.“Barusan aku lihat ada dompet yang sepertinya terjatuh di depan toko ini, lalu aku pungut dan bawa ke sini. Apa dompet ini milik salah satu karyawan Ko Acong?” Roy langsung menyampaikan maksudnya menemui pemilik toko barang-barang elektronik itu seraya memperlihatkan dompet yang ia bawa itu.“Sebentar aku tanya mereka dulu, siapa tahu emang benar adany
Malam di kawasan puncak meskipun cuaca cerah namun hawanya masih saja terasa dingin, setelah makan malam dan ngobrol entah karena kantuk menyerang atau penyebab lainnya Cindy pun mengajak Roy untuk ke kamar di dalam vila yang ia sewa itu.Roy tentu saja tak merasa canggung lagi berada berdua dengan Cindy di dalam satu kamar, karena hal itu pernah ia alami kemarin malam di kamar hotel.“Aku sebenarnya belum ngantuk, hawa di luar dingin banget makanya aku ngajak kamu ke kamar,” Cindy mengawali obrolan di atas ranjang sembari bersandar pada bantal yang baru saja ia tegakan di kepala ranjang, setelahnya ia menganti pakaian yang ia kenakan dengan baju tidur tipis.Roy sempat melirik pada baju tidur tipis yang dikenakan Cindy itu, matanya menangkap jelas lekuk-lekuk tubuh nan aduhai milik atasan di kantornya itu.“Iya Tante, padahal kita belum lama selesai makan malam dengan menu yang serba hangat tapi nggak beberapa lama setelah itu hawa dingin dari luar kembali terasa,” Roy membenarkan ya
Malam itu di vila yang disewa Cindy, dia dan Roy benar-benar menikmati sensasi bercinta di ranjang. Di samping hawa di vila itu sangat mendukung, di antara keduanya pun saling aktif saat melakukannya.Cindy yang ketagihan, begitu terbangun dari tidur menjelang pagi datang meminta kembali untuk bercinta di ranjang vila itu. Tak heran jika mereka bangun kesiangan, karena kembali tidur setelah melakukan hubungan badan.“Udah dua hari dengan sekarang kita nggak masuk kantor, apa nanti para karyawan di kantor nggak curiga sama kita Tante?” tanya Roy mengawali obrolan saat mereka sarapan berdua di ruangan depan vila itu, setelah para pelayan mengantarkan menu sarapan yang mereka pesan.“Hemmm, nggak akan ada yang bakal curiga sama kita. Kamu tenang aja Ryan, kan aku udah bilang kalau kita ada kegiatan kerja di luar. Dan kamu sebagai asisten pribadiku, wajar aja aku bawa ke mana-mana.” jawab Cindy dengan santainya.“Bagaimana dengan keluarga Tante di rumah?” tanya Ryan lagi.“Mereka juga ngg
Seperti biasanya setiap hari minggu atau hari libur kerja Cindy dan para sahabatnya yang tergabung dalam genk Tante-tante sosialita ngumpul bareng di suatu tempat, jika minggu lalu di restoran atau cafe di sebuah hotel mewah kali ini ngumpul sembari fitnes bareng di sebuah tempat khusus fitnes.Selain menyediakan ruangan fitnes tempat itu juga tersedia cafe yang ruangannya berukuran besar serta terkesan mewah, di sanalah Cindy dan para sahabatnya duduk bareng sembari menikmati menu-menu yang ada di cafe itu setelah fitnes.“Makin seger aja kamu Jeng?” tanya salah seorang sahabat Cindy.“Maksudnya gimana Jeng Clara?” Cindy balik bertanya.“Hari ini kamu terlihat happy,” jawab Clara.“Hemmm, masa sih?” tanya Cindy lagi sembari tersenyum.“Pasti ada apa-apanya sampai Jeng Cindy tampil beda hari ini,” ujar Clara.“Ah, aku ngerasa biasa-biasa aja kok.” ulas Cindy.“Alah, jujur aja Jeng. Masa pakai rahasia-rahasia segala sama kita, ya kan Laura?” ujar Clara sembari melirik pada wanita di se
Roy merasa lebih senang dapat mengirim uang buat Hesti dari hasil ia bekerja di kantor perusahaan Cindy, di bandingkan saat ia mendapat uang dari Ko Aheng dan para pemilik toko sewaktu dia masih tinggal di pos pemuda di kawasan kumuh di dekat jembatan.Bertepatan pula hari itu hari sabtu yang ke esokan harinya Roy dan seluruh karyawan di perusahaan Cindy libur, tentu para karyawan makin gembira terlebih mereka yang sudah memiliki rencana dengan kekasih ataupula pasangan bagi mereka yang telah berkeluarga untuk berlibur maupun bermalam minggu.Lain hal dengan Roy, meskipun hari itu ia juga menerima gaji akan tetapi tidak ada rencana apa-apa atau hendak ke mana dan dengan siapa nanti malam. Seperti biasanya pula, jika tidak ada rencana ke luar meskipun malam minggu waktunya hanya dihabiskan di kos-kosan.Jarum jam telah menunjukan pukul 07:25 Wib, di sebuah cafe yang terletak di kawasan pinggir pantai terlihat sangat ramai pengunjung. Di salah satu meja panjang dengan kursi belasan juml
Sikap santai dan cepat beradaptasi membuat teman-teman Cindy makin kagum pada Roy, obrolan mereka sembari menikmati menu-menu di cafe itu pun mengalir seolah-olah Roy sudah sering bertemu dan kumpul dengan mereka.Acara kumpul bareng itu tidaklah lama karena Cindy masih ingin mengajak Roy jalan menikmati malam minggu itu berdua, entah apa yang dibisikan Clara pada Cindy hingga setelah itu dia dan para sahabat Cindy lainnya tak keberatan ketika Cindy pamitan untuk ke luar lebih dulu dari dalam cafe itu.Roy dan Cindy yang telah ke luar dari dalam cafe dan sekarang berada di dalam mobil, segera saja Cindy mengemudikan mobilnya itu meninggalkan area parkir cafe itu. Untuk beberapa saat lamanya Cindy mengajak Roy menyusuri jalan pusat Kota Jakarta, lalu Cindy mengarahkan mobilnya ke sebuah hotel mewah.Entah kenapa dan apa penyebabnya Roy kembali mengikuti saja ketika Cindy mengajaknya chek in di sebuah hotel mewah itu, dan di sanalah Roy kembali melayani gairah liar seorang wanita yang u
Ardi terkejut setelah mengetahui sosok yang mengetuk pintu ruangannya dan dipersilahkan masuk itu adalah Roy, secara spontan ia berdiri dari duduknya lalu menyongsong Roy kemudian mengajaknya duduk di kursi tamu dalam ruangan manajer hotel itu.“Aku kira tadi siapa, ternyata kamu Roy. Ada yang perlu aku bantu sampai kamu datang menemuiku di sini?” Ardi mengawali obrolan mereka di ruangan itu dengan bertanya.“Maaf Bang kalau aku ke sini nggak kasih kabar dulu, nggak ada sih aku hanya ingin menginap di hotel ini untuk malam ini sebelum besok pagi aku berangkat ke Jakarta.” Jawab Roy diiringi senyum ramahnya.“Loh, tumben kamu mau menginap di sini segala? Bukankah kamu disediakan tempat tinggal oleh kantor tempat kamu bekerja itu?” Ardi heran.“Aku udah resign dari perusahaan itu dan besok pagi aku akan ke Jakarta..”“Apa?! Kamu resign?!” potong Ardi terkejut.“Iya Bang, makanya aku akan menginap di sini dulu untuk malam ini.” jawab Roy.“Loh, apa yang terjadi sampai kamu resign dari pe
Seperti biasa pagi hari Roy yang telah mandi dan rapi bersiap pergi ke kantor, akan tetapi ada yang berbeda dari penampilannya kali ini, biasanya mengenakan pakaian kerja berupa seragam tertera logo dan nama perusahaan pariwisata milik Viola itu namun pakaian yang ia pakai sekarang pakaian biasa mengenakan baju kemeja dan celana jeans.Bukan hanya itu saja kejanggalannya, biasanya ia pergi ke kantor ke luar dari tempat kediaman tanpa membawa apa-apa selain kunci kontak mobil operasional yang ia gunakan untuk mengantar jemput para turis, saat ini terlihat ia ke luar dari tempat kediamannya menggandeng koper scooter.Koper scooter itu ternyata hanya ia keluarkan dari dalam rumah dan menaruhnya di teras, lalu ia tinggalkan menuju kantor perusahaan tempat ia bekerja dengan hanya berjalan kaki karena memang dari tempat kediamannya itu jarak kantor hanya 200 meter saja.Mulai dari satpam hingga para karyawan kantor yang berada di ruangan terkejut melihat penampilan Roy yang tak seperti bias
Selepas menampar pipi Roy cukup keras, Viola kemudian meninggalkan meja di mana di sana Roy masih duduk dan tak terlihat mengusap pipinya padahal tamparan itu membuat pipi kirinya memerah.Roy kemudian ikut berdiri dan berusaha memanggil Viola beberapa kali agar berhenti, namun kekasihnya itu seakan tak mendengar dan terus berlalu meninggalkan ruangan cafe itu menuju mobilnya.Roy tak memaksa dirinya untuk terus mengejar, setelah berdiri mematung sejenak menatap kepergian Viola ia pun kembali ke meja tempat dia dan kekasihnya tadi duduk. Maksud hati melanjutkan makannya namun karena tiba-tiba selera makannya sama sekali hilang, Roy pun memutuskan untuk menyudahinya dengan hanya meneguk air putih di gelas yang ia pegang.Setelah membayar makanan dan minuman yang ia dan Viola pesan tadi di kasir, Roy pun kembali ke kediamannya dengan taksi.“Udah aku duga kamu nggak akan bisa terima dan pasti marah setelah aku ceritakan semuanya, tapi aku nggak bisa pula menunda lagi apalagi tetap merah
Setelah makan siang dan beristirahat sejenak di restoran itu, Roy pun kembali ke lapangan melanjutkan pekerjaannya sebagai petugas kantor yang melayani antar jemput para turis di pulau itu.Siang itu cuaca di Pulau Bali agak mendung, meskipun begitu belum ada turun gerimis apalagi hujan. Mungkin dikarenakan angin yang bertiup secara kontinu membuat hujan tertunda, hal itu justru membuat hawa di dalam ruangan yang tak ber AC terasa panas.Seperti halnya yang dirasakan Roy saat ia berada di dalam ruangan tempat kediamannya, karena hawa makin terasa panas dan dapat menimbulkan keringat Roy memutuskan untuk ke luar dan duduk di teras.Sesuai dengan niatnya kemarin siang bahwa siang ini dia akan mengajak Viola bertemu sembari makan siang, begitu pula tadi pagi dia telah meminta izin pada Puspa untuk tidak masuk kerja.“Hallo Mas,” sapa Viola ketika Roy melakukan panggilan di ponselnya.“Hallo juga Viola, kamu masuk kantor hari ini?” tanya Roy.“Iya, emang kenapa Mas?” Viola balik bertanya.
“Benarkah tadi siang kamu diminta bertemu oleh cewek bule?” sambung Viola dan hal itu membuat Roy terkejut.“Tahu dari mana kamu? Apa Bu Puspa yang memberi tahu?” Roy balik bertanya.“Iya, tadi siang saat dia mengantar beberapa bekas ke ruanganku Puspa cerita soal itu. Emang ada urusan apa hingga bule itu minta bertemu dengan Mas?” jawab Viola kemudian bertanya kembali dengan berusaha menahan rasa kecurigaan yang sejak tadi siang mengganggu pikirannya.“Namanya Alice, dia salah seorang dari para turis yang memakai jasa perusahaan. Beberapa hari yang lalu dia minta pada Bang Ardi agar aku bersedia mengantar sekaligus menunjukan tempat-tempat wisata di pulau di luar jam kerja, karena aku segan sama Bang Ardi akupun menyetujuinya,” tutur Roy.“Bang Ardi manajer hotel itu? Lalu kenapa bule itu datang ke kantor dan minta ketemuan dengan Mas?” Viola bertanya kembali.“Iya, dia datang ke kantor bertemu dengan Bu Puspa dan meminta bertemu denganku karena aku nggak mau menerimanya untuk kembal
“Hemmm, kan emang perjanjiannya sejak awal begitu.” ulas Alice.“Perjanjian apa? Aku merasa nggak pernah buat perjanjian soal honor berkaitan dengan menemani kamu jalan,” ujar Roy heran.“Aku dan Pak Ardi yang berjanji, jika nanti kamu mau menemaniku jalan ke kawasan wisata pulau ini aku akan memberi honor.” Jelas Alice.“Wah, serius aku nggak tahu jika kamu dan Bang Ardi berjanji begitu. Aku bersedia menemani kamu jalan karena Bang Ardi yang meminta, aku akan bilang sama Bang Ardi nanti agar uang yang kamu berikan itu diserahkan lagi sama kamu.” Ujar Roy yang memang tak pernah berharap honor sepesepun atas kesediaannya menemani Alice.“Nggak Roy, aku harap kamu mau menerimanya karena aku udah terlanjur berjanji sama Pak Ardi dan mohon jangan kamu menolak atau meminta Pak Ardi untuk mengembalikannya sama aku. Anggap aja itu sebagai ucapan terima kasihku atas kesediaanmu menemani selama aku di sini,” pinta Alice.Roy tak dapat berkata apa-apa lagi atau kembali menolak, dia tak ingin me
Sepeninggalnya Alice kembali ke hotel tempat ia menginap, Puspa pun menghubungi Roy melalui ponselnya.“Hallo Bu Puspa,” sapa Roy setelah mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo juga Mas, masih di lapangankan?” tanya Puspa.“Iya, kan waktu istirahat siang belum masuk. Emang ada apa Bu?” jawab Roy balik bertanya.“Barusan ada bule datang menemuiku, namanya Alice. Mas Roy kenalkan?” tanya Puspa.“Ya, dia menginap di hotel tempat Bang Ardi kerja.” jawab Roy, dalam hatinya mulai merasa tak enak dan terkejut mendengar jika Alice mendatangi kantor menemui Puspa.“Dia minta Mas menemuinya karena ada hal penting yang akan disampaikannya, Mas bersediakan?” jelas Puspa sembari meminta kesediaan Roy.“Iya Bu, nanti jam istirahat siang aku akan menemui.” Karena yang meminta itu Puspa dan berkaitan dengan urusan kantor maka dengan berat hati Roy bersedia.“Oke deh kalau begitu, silahkan Mas Roy lanjutkan kerjaannya.” Ulas Puspa.“Iya Bu, terima kasih.” Ucap Roy, lalu percakapan mereka melalui sa
Di sebuah meja makan malam itu di Qatar, Pak Husein dan Bu Astrid bercakap-cakap sembari menikmati makan malam mereka.“Bagaimana cara kita menyampaikan perihal Viola yang menolak dijodohkan dengan Rehan pada kedua orang tuanya, Pi?” tanya Bu Astrid.“Itulah yang membuatku pusing karena mereka terlalu berharap perjodohan itu akan terlaksana,” jawab Pak Husein dengan raut wajah yang risau.“Tapi kita nggak boleh diam aja, apapun itu harus kita beri tahu mereka agar nanti masalahnya nggak semakin rumit,” Bu Astrid menyarankan.“Ya, aku cari waktu yang tepat untuk menyampaikannya pada mereka.” ulas Pak Husein tak bersemangat.“Papa dan Mama sepertinya memang nggak ingin Viola berpisah dengan mereka makanya mereka ngotot membela penolakan Viola yang akan kita jodohkan dengan Rehan,” ujar Bu Astrid.“Aku sampai nggak kepikiran jika Papa dan Mama akan menyangkut pautkan dengan masa lalu kita hingga kita nggak berkutik dibuatnya, tapi aku tetap nggak akan setuju jika Viola memilih Roy untuk
“Ada yang perlu aku bantu Non Alice?” tanya Ardi saat bule cantik berambut pirang itu menghampirinya di ruangan manajer hotel itu.“Sepertinya Roy marah sama aku, beberapa kali aku telpon nggak diangkatnya,” jawab Alice.“Loh, emangnya ada masalah apa sampai Roy nggak mau mengangkat telpon dari Non?” tanya Ardi lagi.“Mungkin karena kejadian malam itu,” ulas Alice merasa ragu untuk menjelaskan lebih rinci.“Kejadian? Kejadian apa?” Ardi penasaran.“Malam itu aku ngajak Roy jalan dan pulang ke hotel ini lewat dari jam 11 malam, sebelum kembali ke sini kami singgah dulu di night club dan karena cukup banyak minum membuat kami setengah mabuk. Saat itulah setiba di kamar kami hampir saja berhubungan badan, Roy kemudian pergi dengan raut wajah kesal karena aku memang aku yang memancingnya untuk melakukan hubungan badan itu.” jelas Alice.“Wah, kok sampai kamu kepikiran untuk melakukan hubungan badan dengannya?” Ardi terkejut.“Aku juga nggak tahu kenapa setiap kali aku jalan dengan Roy, ak