Malam di kawasan puncak meskipun cuaca cerah namun hawanya masih saja terasa dingin, setelah makan malam dan ngobrol entah karena kantuk menyerang atau penyebab lainnya Cindy pun mengajak Roy untuk ke kamar di dalam vila yang ia sewa itu.Roy tentu saja tak merasa canggung lagi berada berdua dengan Cindy di dalam satu kamar, karena hal itu pernah ia alami kemarin malam di kamar hotel.“Aku sebenarnya belum ngantuk, hawa di luar dingin banget makanya aku ngajak kamu ke kamar,” Cindy mengawali obrolan di atas ranjang sembari bersandar pada bantal yang baru saja ia tegakan di kepala ranjang, setelahnya ia menganti pakaian yang ia kenakan dengan baju tidur tipis.Roy sempat melirik pada baju tidur tipis yang dikenakan Cindy itu, matanya menangkap jelas lekuk-lekuk tubuh nan aduhai milik atasan di kantornya itu.“Iya Tante, padahal kita belum lama selesai makan malam dengan menu yang serba hangat tapi nggak beberapa lama setelah itu hawa dingin dari luar kembali terasa,” Roy membenarkan ya
Malam itu di vila yang disewa Cindy, dia dan Roy benar-benar menikmati sensasi bercinta di ranjang. Di samping hawa di vila itu sangat mendukung, di antara keduanya pun saling aktif saat melakukannya.Cindy yang ketagihan, begitu terbangun dari tidur menjelang pagi datang meminta kembali untuk bercinta di ranjang vila itu. Tak heran jika mereka bangun kesiangan, karena kembali tidur setelah melakukan hubungan badan.“Udah dua hari dengan sekarang kita nggak masuk kantor, apa nanti para karyawan di kantor nggak curiga sama kita Tante?” tanya Roy mengawali obrolan saat mereka sarapan berdua di ruangan depan vila itu, setelah para pelayan mengantarkan menu sarapan yang mereka pesan.“Hemmm, nggak akan ada yang bakal curiga sama kita. Kamu tenang aja Ryan, kan aku udah bilang kalau kita ada kegiatan kerja di luar. Dan kamu sebagai asisten pribadiku, wajar aja aku bawa ke mana-mana.” jawab Cindy dengan santainya.“Bagaimana dengan keluarga Tante di rumah?” tanya Ryan lagi.“Mereka juga ngg
Seperti biasanya setiap hari minggu atau hari libur kerja Cindy dan para sahabatnya yang tergabung dalam genk Tante-tante sosialita ngumpul bareng di suatu tempat, jika minggu lalu di restoran atau cafe di sebuah hotel mewah kali ini ngumpul sembari fitnes bareng di sebuah tempat khusus fitnes.Selain menyediakan ruangan fitnes tempat itu juga tersedia cafe yang ruangannya berukuran besar serta terkesan mewah, di sanalah Cindy dan para sahabatnya duduk bareng sembari menikmati menu-menu yang ada di cafe itu setelah fitnes.“Makin seger aja kamu Jeng?” tanya salah seorang sahabat Cindy.“Maksudnya gimana Jeng Clara?” Cindy balik bertanya.“Hari ini kamu terlihat happy,” jawab Clara.“Hemmm, masa sih?” tanya Cindy lagi sembari tersenyum.“Pasti ada apa-apanya sampai Jeng Cindy tampil beda hari ini,” ujar Clara.“Ah, aku ngerasa biasa-biasa aja kok.” ulas Cindy.“Alah, jujur aja Jeng. Masa pakai rahasia-rahasia segala sama kita, ya kan Laura?” ujar Clara sembari melirik pada wanita di se
Roy merasa lebih senang dapat mengirim uang buat Hesti dari hasil ia bekerja di kantor perusahaan Cindy, di bandingkan saat ia mendapat uang dari Ko Aheng dan para pemilik toko sewaktu dia masih tinggal di pos pemuda di kawasan kumuh di dekat jembatan.Bertepatan pula hari itu hari sabtu yang ke esokan harinya Roy dan seluruh karyawan di perusahaan Cindy libur, tentu para karyawan makin gembira terlebih mereka yang sudah memiliki rencana dengan kekasih ataupula pasangan bagi mereka yang telah berkeluarga untuk berlibur maupun bermalam minggu.Lain hal dengan Roy, meskipun hari itu ia juga menerima gaji akan tetapi tidak ada rencana apa-apa atau hendak ke mana dan dengan siapa nanti malam. Seperti biasanya pula, jika tidak ada rencana ke luar meskipun malam minggu waktunya hanya dihabiskan di kos-kosan.Jarum jam telah menunjukan pukul 07:25 Wib, di sebuah cafe yang terletak di kawasan pinggir pantai terlihat sangat ramai pengunjung. Di salah satu meja panjang dengan kursi belasan juml
Sikap santai dan cepat beradaptasi membuat teman-teman Cindy makin kagum pada Roy, obrolan mereka sembari menikmati menu-menu di cafe itu pun mengalir seolah-olah Roy sudah sering bertemu dan kumpul dengan mereka.Acara kumpul bareng itu tidaklah lama karena Cindy masih ingin mengajak Roy jalan menikmati malam minggu itu berdua, entah apa yang dibisikan Clara pada Cindy hingga setelah itu dia dan para sahabat Cindy lainnya tak keberatan ketika Cindy pamitan untuk ke luar lebih dulu dari dalam cafe itu.Roy dan Cindy yang telah ke luar dari dalam cafe dan sekarang berada di dalam mobil, segera saja Cindy mengemudikan mobilnya itu meninggalkan area parkir cafe itu. Untuk beberapa saat lamanya Cindy mengajak Roy menyusuri jalan pusat Kota Jakarta, lalu Cindy mengarahkan mobilnya ke sebuah hotel mewah.Entah kenapa dan apa penyebabnya Roy kembali mengikuti saja ketika Cindy mengajaknya chek in di sebuah hotel mewah itu, dan di sanalah Roy kembali melayani gairah liar seorang wanita yang u
“Tentu aja nggaklah Roy, nggak semua berondong menjadi target kami buat memuaskan kebutuhan hasrat kami yang nggak tersalurkan. Dan kamu menurutku jauh banget bedanya dengan yang lain, kamu bukan aja mampu menuntaskan hasrat tapi juga membuat aku merasa nyaman dan bahagia.” Potong Cindy.“Maksudnya Tante udah sering kencan dengan pria yang usianya jauh lebih muda seperti aku?”“Iya Roy, udah nggak terhitung kalinya aku kencan dengan berondong tapi jujur baru kali ini aku ngerasa bahagia.” Jawab Roy.“Bahagia maksud Tante? Apa saat kencan dengan pria muda sebelum sama aku Tante nggak puas?” tanya Roy lagi dan makin penasaran.“Bukan hanya kepuasan aja yang aku dapatkan dari kamu, tapi ada semacam rasa nyaman seperti melakukan dengan suami sendiri. Meskipun kita baru bertemu beberapa hari yang lalu, akan tetapi rasanya kita udah kenal lama dan memiliki kedekatan.” Jawab Cindy sembari sandarkan kepalanya di pundak Roy, meskipun agak canggung akan tetapi Roy berusaha untuk bersikap santai
Sabtu sore ponsel Roy berbunyi, Roy yang baru saja selesai mandi dan duduk di ruang depan kos sembari menikmati segelas kopi hangat pun mengangkatnya.“Hallo, selamat sore.” Sapa Roy mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo dan selamat sore juga, benarkah ini nomornya Roy?” balas seorang wanita melalui sambungan ponsel itu.“Benar, maaf ini siapa ya?” tanya Roy.“Aku Clara, temannya Cindy. Cindy yang ngasih nomor kamu ini sama aku dua hari yang lalu, baru sore ini aku sempatkan buat hubungi kamu.” Jawab wanita yang menyebutkan namanya sebagai Clara itu.“Oh, jadi Tante Clara ini temannya Tante Cindy? Kalau boleh tahu ada gerangan apa Tante Clara menghubungiku sore ini? Ada yang perlu aku bantu, Tante?” tanya Roy lagi.“Hemmm, nanti malam kamu ada acara nggak?” Clara balik bertanya.“Nggak ada Tante, aku di kos aja nggak ke mana-mana.”“Gimana kalau nanti aku traktir kamu makan malam sembari kita jalan?” tawar Clara.“Boleh, aku musti temui Tante Clara di mana?”“Karena alamatmu juga
“Mana sempat dia curiga apalagi tahu kalau aku sering jalan dengan cowok lain, dianya selalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan bisnisnya. Lagi pula selain denganku dan istri pertamanya, dia juga sering kencan dengan wanita-wanita muda di luar sana.” jawab Clara.“Hah, Tante istri keduanya? Terus Tante diam aja setelah tahu jika suami Tante itu sering ngajak cewek-cewek lain kencan di luar?” Roy terkejut.“Iya, aku memang istri keduanya dan jujur aja aku menikah dengannya bukan atas dasar cinta melainkan karena dulu hidupku susah dengan hanya bekerja sebagai karyawan biasa di salah satu perusahaan. Lagian ngapain aku repot-repot ngurusin kelakuannya di luar sana dengan wanita lain, mending aku nikmati juga hidup ini dengan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan.” tutur Clara santai tanpa beban sedikitpun.“Lalu gimana dengan anak-anak Tante di rumah?”“Hemmm, sejak kami menikah 4 tahun yang lalu kami nggak memperoleh keturunan. Itu pulalah salah satunya yang membuatku kesepian
“Aku akan buat hotel dan juga perusahaan pariwisata, karena kamu sudah pengalaman di bagian itu maka kamu yang aku percayakan untuk mengurusnya,” tambah Angel karena Roy tadi hanya diam tak menanggapi.“Tante akan buat hotel dan juga perusahaan pariwisata?” Roy ingin memastikan kembali hal yang disampaikan Angel itu.“Ya, kamu sebagai direkturnya. Gimana apa kamu mau?” tegas Angel.“Pengalamanku di hotel dan di perusahaan pariwisata hanya sebatas karyawan biasa, Tante.” ulas Roy.“Tapi aku yakin kamu juga tahu tentang cara menjalankan serta mengelola hotel dan perusahaan itu kan? Di Jakarta juga banyak para turis yang berkunjung, meskipun nggak sebanyak di Pulau Bali. Namun prospeknya cukup lumayan jika diurus secara benar dan terarah,” tutur Angel.“Gimana ya Tante?” Roy merasa bingung.“Hemmm, kamu nggak usah buru-buru memberi keputusan. Kamu pikir-pikir aja dulu dan jika nanti keputusanmu udah buat bersedia menerima tawaranku itu, kamu hubungi aja aku,” ujar Angel.“Tentunya untuk
“Lalu gimana ceritanya kamu tiba-tiba aja berada dan bekerja di sini?” rasa penasaran Angel tentang Roy di Bali kembali muncul.“Begini Tante...”Roy hentikan ceritanya, ia terlebih dahulu menyeruput jus di depannya. Ia seperti berusaha untuk mengingat sesuatu yang akan ia sampaikan pada Angel, sepintas ada pula keraguannya untuk menceritakan semuanya.“Kenapa Roy, kok sepertinya kamu merasa berat untuk menceritakannya?” tanya Angel.“Entah kenapa tiba-tiba saja aku merasa malu untuk menyampaikannya, karena terlalu banyak hal-hal yang tak pantas aku lakukan sebelum aku bekerja sebagai jemput antar para turis di perusahaan pariwisata yang kantor tempat aku mengantar mobil operasional tadi,” jawab Roy.“Loh, emangnya hal yang kamu lakukan itu berbau kriminal hingga kamu pernah ditangkap dan ditahan di penjara?” Angel menduga-duga.“Nggak sih Tante, sampai saat ini aku nggak melakukan tindak kriminal. Baiklah aku akan ceritakan semuanya tanpa ada yang aku tutup-tutupi sama Tante,” ulas R
“Wah, selain cantik ternyata Viola juga pintar memasak,” Qoira kembali memuji Viola, hanya saja kali ini setelah mengarahkan pandangan pada Viola, Qoira mengalihkan pandangan pada Rehan. Putranya yang duduk bersebelahan dengannya itu, nampak tersenyum.Dari sikap yang langsung ditunjukan Rehan, nampak sekali dia semakin terkesima dan menyukai Viola.****Seperti biasa setelah mengantar para turis ke tempat wisata yang hendak mereka kunjungi, Roy pun mengantar mereka kembali ke hotel-hotel tempat mereka menginap. Saat Roy mengantar salah satu pasangan turis hingga ke dalam hotel, seorang wanita yang sedari tadi memantau dan mengikutinya terlihat ragu-ragu untuk menghampiri.“Apa mungkin dia itu Roy? Kalau benar, kok bisa dia berada di Bali?” wanita itu bergumam dalam hati.Rasa penasaran yang sejak tadi hadir di hatinya serta diselimuti rasa ragu, akhirnya ia putuskan untuk menghampiri ketika Roy ke luar dari hotel itu menuju mobil yang biasa ia gunakan sebagai kendaraan operasional ke
“Loh, kok Mami diam aja? Kenapa emangnya kalau seandainya Opa dan Oma tahu?” karena penasaran Viola kembali bertanya.“Hemmm, nggak ada apa-apa Viola. Mami rasa nggak penting juga Opa dan Oma mu tahu masalah kamu akan dijodohkan oleh Papi dengan putra sahabatnya itu, kan emang semua itu belum jelas, yang ada nanti mereka malah bertanya pada kami soal itu.” jawab Bu Astrid yang sepertinya menyembunyikan sesuatu terkait dengan pertanyaan yang dilontarkan Viola.“Oh gitu, kirain ada apa-apanya jika Opa dan Oma tahu.” ulas Viola yang tak merasa penasaran lagi.“Oh ya Viola, Papi rencananya besok malam akan mengundang Hamid dan keluarganya makan malam di sini,” Pak Husein yang bicara.“Hamid? Emangnya mereka siapa Pi?” tanya Viola kembali penasaran.“Dia sahabat Papi yang tempo hari Papi cerita sama kamu, dia memiliki putra semata wayang bernama Rehan seorang CEO perusahaan perminyakan, perusahaannya itu menjadi salah satu perusahaan perminyakan terbesar di negara ini,” jelas Pak Husein, V
“Nah itu yang juga buat aku pusing Mas, sampai saat ini aku belum dapat pemilik perusahaan yang bisa diajak kerja sama atas rencana kita itu sementara waktu yang diberi Papi juga nggak lama buat aku menemukan pria seperti yang diinginkannya.” Kali ini Viola yang mengeluh, karena memang beberapa orang yang ia temui yaitu para pemilik perusahaan belum ada yang bisa diajak kerja sama dalam rencananya dengan Ryan untuk membohongi Papinya akan status pria pilihan hatinya itu.“Terus gimana, Viola?” tanya Roy.“Aku akan terus usahain untuk mencari pemilik perusahaan yang mau diajak kerja sama dalam rencana kita itu,” jawab Viola.“Moga aja nanti bisa kamu temukan,” ulas Roy yang juga berharap.“Oh ya Mas, aku juga mau menyampaikan tadi pagi aku ditelpon Mami. Dia ingin aku ke Qatar minggu depan,” ujar Viola.“Mamimu nelpon dan minta kamu ke Qatar minggu depan? Maksudnya kamu akan mereka jodohkan minggu depan dengan putra sahabat Papimu itu?” Roy terkejut menanggapinya.“Ya nggaklah, Mami ha
“Ya nggaklah, Mami jamin Papimu nggak akan melakukan itu. Paling dia sekedar memperkenalkan mu saja pada putra dan keluarga sahabat Papimu itu,” ujar Bu Astrid.“Kalau hanya sekedar silahturahmi aja dengan mereka, aku juga nggak jadi masalah Mi. Asal Papi nggak memaksaku untuk segera menjodohkan aku sama putra sahabatnya itu,” ulas Viola.“Kan Papimu beri kamu waktu untuk mencari pria pilihanmu, jika nggak ketemu juga dalam waktu yang ia tentukan itu baru Papimu akan menjodohkanmu dengan putra sahabatnya itu,” jelas Bu Astrid.“Baiklah kalau emang Mami dapat menjamin kalau aku nggak akan langsung dijodohkan, minggu depan aku akan ke Qatar.” Ujar Viola.“Nah, gitu dong sayang. Ya udah kamu lanjut aja lagi kerjaannya, hubungi Mami saat kamu akan terbang ke sini minggu depan,” ulas Bu Astrid.“Ya Mi, aku akan hubungi Mami nanti saat aku akan berangkat ke sana.”“Assalamu alaikum,” ucap Bu Astrid.“Waalaikum salam, Mi.” Balas Viola kemudian obrolan mereka melalui sambungan ponsel itu mere
“Ya, aku juga nggak nyangka kalau Papi akan mendesakku untuk berumah tangga dengan segera. Aku bingung dan nggak tahu harus bagaimana untuk mencari solusinya, saat ini hanya cara itulah yang aku temukan agar Papi nggak ngotot menjodohkan aku dengan putra sahabatnya itu.” tutur Viola yang juga berbicara dengan tarikan napas berat.“Aku belum bisa memberi keputusannya sekarang, Viola. Beri aku waktu untuk berfikir, siapa tahu saja nanti aku temui jalan ke luarnya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain,” ujar Roy.“Iya Mas, aku ngerti. Aku akan beri waktu pada Mas Roy, moga aja nanti dapat solusi yang lebih baik.” Ulas Viola.Setelah makan malam bareng itu selesai, Viola mengantar Roy ke kediamannya lalu setelah itu kembali ke rumahnya. Meskipun malam itu Viola tak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya berkaitan dengan usulan Puspa agar Roy mau berpura-pura menjadi pria lain yang berprofesi sebagai CEO sebuah perusahaan atau juga pengusaha kaya raya, namun Viola cukup merasa lega k
“Tidak ada salahnya kalau Bi Viola mau mencoba sembari meyakinkan Mas Roy dengan semua yang sedang Bu Viola alami saat ini, siapa tahu saja Mas Roy bisa ngerti dan mau melakukannya demi mencegah terjadinya perjodohan Ibu dengan putra sahabat Papa Bu Viola itu,” Puspa kembali memberi saran.“Aku akan pikirkan dulu karena aku merasa nggak mudah memberi tahu yang sedang aku hadapi ini pada Mas Roy, begitu pula untuk menyakinkannya agar dia mau berpura-pura menjadi pria lain.” Ulas Viola.“Ya Bu, itu semua demi kelanjutan hubungan kalian berdua.” Ujar Puspa, Viola mengangguk dan tersenyum.Acara makan siang bareng itu disudahi dengan ke luarnya mereka dari dalam restoran lalu Puspa kembali ke kantor sementara Viola pulang ke rumahnya karena memang hari ini dia tak masuk kerja, itu sengaja ia lakukan untuk menenangkan pikirannya atas permasalahan yang sedang ia hadapi.Malam itu cuaca mendung, meskipun hujan lebat tak turun namun gerimis yang turun cukup dapat membasahi tubuh jika tak mema
Puspa menghampiri Viola di salah satu meja di dalam ruangan restoran tempat mereka janji bertemu dan makan siang bareng itu, rupanya atasan Puspa di kantor itu sudah tiba di sana lebih dulu.“Bu Viola udah lama tiba dan menunggu di sini?” sapa Puspa setelah dipersilahkan atasannya itu untuk duduk.“Kurang lebih 10 menit yang lalu, nih aku udah pesan minuman. Oh ya, apa menu makan siang yang Bu Puspa inginkan? Silahkan Bu Puspa pesan!” ulas Viola.“Terserah Bu Viola aja, saya ikut aja dengan yang Bu Viola pesan.” Jawab Puspa diiringi senyum ramah dan hormatnya sebagai bawahan.Setelah memesan menu dan diantar oleh pelayan restoran ke meja itu, mereka pun segera menikmatinya diselingi obrolan.“Kira-kira ada hal penting apa yang ingin Bu Viola sampaikan, hingga siang ini Bu Viola ngajak ketemuan dan makan bareng?” tanya Puspa.“Hemmm, sebenarnya ini nggak ada kaitannya dengan urusan kantor melainkan masalah pribadi yang ingin aku curhatin sama Bu Puspa.” Jawab Viola diiringi senyumnya,