Sikap santai dan cepat beradaptasi membuat teman-teman Cindy makin kagum pada Roy, obrolan mereka sembari menikmati menu-menu di cafe itu pun mengalir seolah-olah Roy sudah sering bertemu dan kumpul dengan mereka.Acara kumpul bareng itu tidaklah lama karena Cindy masih ingin mengajak Roy jalan menikmati malam minggu itu berdua, entah apa yang dibisikan Clara pada Cindy hingga setelah itu dia dan para sahabat Cindy lainnya tak keberatan ketika Cindy pamitan untuk ke luar lebih dulu dari dalam cafe itu.Roy dan Cindy yang telah ke luar dari dalam cafe dan sekarang berada di dalam mobil, segera saja Cindy mengemudikan mobilnya itu meninggalkan area parkir cafe itu. Untuk beberapa saat lamanya Cindy mengajak Roy menyusuri jalan pusat Kota Jakarta, lalu Cindy mengarahkan mobilnya ke sebuah hotel mewah.Entah kenapa dan apa penyebabnya Roy kembali mengikuti saja ketika Cindy mengajaknya chek in di sebuah hotel mewah itu, dan di sanalah Roy kembali melayani gairah liar seorang wanita yang u
“Tentu aja nggaklah Roy, nggak semua berondong menjadi target kami buat memuaskan kebutuhan hasrat kami yang nggak tersalurkan. Dan kamu menurutku jauh banget bedanya dengan yang lain, kamu bukan aja mampu menuntaskan hasrat tapi juga membuat aku merasa nyaman dan bahagia.” Potong Cindy.“Maksudnya Tante udah sering kencan dengan pria yang usianya jauh lebih muda seperti aku?”“Iya Roy, udah nggak terhitung kalinya aku kencan dengan berondong tapi jujur baru kali ini aku ngerasa bahagia.” Jawab Roy.“Bahagia maksud Tante? Apa saat kencan dengan pria muda sebelum sama aku Tante nggak puas?” tanya Roy lagi dan makin penasaran.“Bukan hanya kepuasan aja yang aku dapatkan dari kamu, tapi ada semacam rasa nyaman seperti melakukan dengan suami sendiri. Meskipun kita baru bertemu beberapa hari yang lalu, akan tetapi rasanya kita udah kenal lama dan memiliki kedekatan.” Jawab Cindy sembari sandarkan kepalanya di pundak Roy, meskipun agak canggung akan tetapi Roy berusaha untuk bersikap santai
Sabtu sore ponsel Roy berbunyi, Roy yang baru saja selesai mandi dan duduk di ruang depan kos sembari menikmati segelas kopi hangat pun mengangkatnya.“Hallo, selamat sore.” Sapa Roy mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo dan selamat sore juga, benarkah ini nomornya Roy?” balas seorang wanita melalui sambungan ponsel itu.“Benar, maaf ini siapa ya?” tanya Roy.“Aku Clara, temannya Cindy. Cindy yang ngasih nomor kamu ini sama aku dua hari yang lalu, baru sore ini aku sempatkan buat hubungi kamu.” Jawab wanita yang menyebutkan namanya sebagai Clara itu.“Oh, jadi Tante Clara ini temannya Tante Cindy? Kalau boleh tahu ada gerangan apa Tante Clara menghubungiku sore ini? Ada yang perlu aku bantu, Tante?” tanya Roy lagi.“Hemmm, nanti malam kamu ada acara nggak?” Clara balik bertanya.“Nggak ada Tante, aku di kos aja nggak ke mana-mana.”“Gimana kalau nanti aku traktir kamu makan malam sembari kita jalan?” tawar Clara.“Boleh, aku musti temui Tante Clara di mana?”“Karena alamatmu juga
“Mana sempat dia curiga apalagi tahu kalau aku sering jalan dengan cowok lain, dianya selalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan bisnisnya. Lagi pula selain denganku dan istri pertamanya, dia juga sering kencan dengan wanita-wanita muda di luar sana.” jawab Clara.“Hah, Tante istri keduanya? Terus Tante diam aja setelah tahu jika suami Tante itu sering ngajak cewek-cewek lain kencan di luar?” Roy terkejut.“Iya, aku memang istri keduanya dan jujur aja aku menikah dengannya bukan atas dasar cinta melainkan karena dulu hidupku susah dengan hanya bekerja sebagai karyawan biasa di salah satu perusahaan. Lagian ngapain aku repot-repot ngurusin kelakuannya di luar sana dengan wanita lain, mending aku nikmati juga hidup ini dengan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan.” tutur Clara santai tanpa beban sedikitpun.“Lalu gimana dengan anak-anak Tante di rumah?”“Hemmm, sejak kami menikah 4 tahun yang lalu kami nggak memperoleh keturunan. Itu pulalah salah satunya yang membuatku kesepian
Sabtu itu kegiatan di kantor tak banyak dan Roy pulang dari kantor ke kosnya lebih awal dari hari-hari biasanya. Ia langsung saja kirim pesan WA pada Cindy, memberi tahu jika dirinya sudah pulang dari kantor dan tidak biasanya WA yang dikirim itu dibalas agak lama oleh Cindy yang saat itu ada urusan di luar.Rupanya Cindy tengah memberi tahu salah seorang temannya yang ingin mengajak Roy jalan, hingga ia begitu lama membalas pesan dari Roy. Bahkan sebelum pesan balasan ataupun panggilan dari Cindy, ada sebuah nomor ponsel yang tak dikenal melakukan panggilan ke ponsel Roy yang saat itu ditaruhnya di meja di depan ia duduk sambil menikmati segelas kopi dan sebatang rokok.Roy memperhatikan nomor yang memanggil itu sejenak, karena ia tak mengenalnya panggilan itu tak segera ia angkat, malahan nada dering panggilan di ponsel itu lenyap Roy masih belum mengangkatnya. Nomor yang sama itu pun mengulangi panggilannya, kali ini Roy mengangkatnya karena merasa penasaran siapa yang tengah mengh
“Hallo Tante!” sapa Roy mengangkat panggilan di ponselnya.“Gimana Roy, apa kamu bersedia aku ajak jalan hari ini?” tanya Laura.“Oke Tante, aku udah diijinin oleh Tante Cindy dan sekarang ini dia lagi ada di sini di kos-kosanku,” jawab Ryan.“Oh ya udah, sekarang juga aku jemput kamu ke sana.”“Baik Tante, aku tunggu di sini.” ulas Roy, lalu panggilan di ponsel itu mereka tutup.“Tante Laura sebentar lagi akan ke sini, katanya mau menjemputku.” ujar Roy pada Cindy.“Oh ya udah, kalau begitu segera kamu siap-siap gih!”“Ya Tante, sebentar aku mau beres-beres dulu! Jika sampai besok, berarti aku musti bawa pakaian ganti.” tutur Roy, Cindy kembali tersenyum dan anggukan kepalanya.15 menit kemudian, sebuah mobil sedan cantik berhenti di depan kediaman Roy itu, Cindy yang mengetahui persis jika mobil itu milik Laura, segera ia menuju teras menyambut kedatangan sahabatnya itu.Laura turun dari mobilnya dengan senyuman manis, sebagai satu-satunya wanita sosialita geng Cindy itu yang kini b
Kehidupan Laura yang bergelimang harta dan kemewahan berasal dari perusahaan besar yang ia miliki, semua itu tentunya tidak didapati dengan mudah melainkan berkat kerja kerasnya selama ini, cara hidupnya yang terkesan bebas dan cenderung dipandang tak baik oleh kebanyakan orang, bukan pula tanpa alasan dan semua itu ada penyebabnya.Awal menikah dengan mantan suaminya dulu, kehidupan Laura penuh dengan kebahagiaan, baik dari segi materi maupun dalam hubungan rumah tangganya, namun setelah melahirkan Laura mulai diperlakukan tidak baik oleh suaminya, sang suami mulai sering tidak pulang ke rumah selama berhari-hari dengan alasan mengurus proyek perusahaan di luar kota.Pada mulanya Laura percaya pada suaminya itu, menurutnya tidak ada salahnya jika sang suami memperluas cabang perusahaannya di luar kota, toh semua itu demi dia dan buah hati juga, namun lama-kelamaan timbul rasa curiga dan kecurigaannya itu pun terbukti jika suaminya bukan hanya memperluas cabang perusahaannya di luar k
“Hemmm...Tante ini memang jago ya menyusun kata-kata!” ujar Roy.“Aku juga jago di ranjang, Ryan.” kali ini Laura berucap lirih sambil berbisik ke telinga Ryan disertai senyum yang mengoda.“Ah, masa sih Tante?!”“Eh, nggak percaya! Nanti deh aku buktikan ke kamu, dan aku pasti menaklukanmu!” ujar Laura.“Hemmm... Oke nanti kita buktikan!” tantang balik Roy diiringi senyumannya, seperti menjawab tantangan Laura.“Ngapain juga nanti, sekarang aja yuk!” lagi-lagi Laura berbisik dan menggoda Roy.Roy pun tak kuasa lagi menahan gejolak akan godaan-godaan yang terus-menerus sengaja dilancarkan Laura memancingnya, dengan segera ia menggandeng lengan wanita cantik itu menuju lift turun ke lantai di mana di sana kamar mereka berada.Pintu kamar hotel itu telah terbuka, setelah mereka masuk Roy kemudian menutupnya kembali. Tak menunggu waktu lama lagi, Roy segera saja memeluk tubuh ramping milik Laura, sentuhan-sentuhan yang menimbulkan gairah dilancarkan Roy membuat Laura merasakan gejolak ya
“Hemmm, kan emang perjanjiannya sejak awal begitu.” ulas Alice.“Perjanjian apa? Aku merasa nggak pernah buat perjanjian soal honor berkaitan dengan menemani kamu jalan,” ujar Roy heran.“Aku dan Pak Ardi yang berjanji, jika nanti kamu mau menemaniku jalan ke kawasan wisata pulau ini aku akan memberi honor.” Jelas Alice.“Wah, serius aku nggak tahu jika kamu dan Bang Ardi berjanji begitu. Aku bersedia menemani kamu jalan karena Bang Ardi yang meminta, aku akan bilang sama Bang Ardi nanti agar uang yang kamu berikan itu diserahkan lagi sama kamu.” Ujar Roy yang memang tak pernah berharap honor sepesepun atas kesediaannya menemani Alice.“Nggak Roy, aku harap kamu mau menerimanya karena aku udah terlanjur berjanji sama Pak Ardi dan mohon jangan kamu menolak atau meminta Pak Ardi untuk mengembalikannya sama aku. Anggap aja itu sebagai ucapan terima kasihku atas kesediaanmu menemani selama aku di sini,” pinta Alice.Roy tak dapat berkata apa-apa lagi atau kembali menolak, dia tak ingin me
Sepeninggalnya Alice kembali ke hotel tempat ia menginap, Puspa pun menghubungi Roy melalui ponselnya.“Hallo Bu Puspa,” sapa Roy setelah mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo juga Mas, masih di lapangankan?” tanya Puspa.“Iya, kan waktu istirahat siang belum masuk. Emang ada apa Bu?” jawab Roy balik bertanya.“Barusan ada bule datang menemuiku, namanya Alice. Mas Roy kenalkan?” tanya Puspa.“Ya, dia menginap di hotel tempat Bang Ardi kerja.” jawab Roy, dalam hatinya mulai merasa tak enak dan terkejut mendengar jika Alice mendatangi kantor menemui Puspa.“Dia minta Mas menemuinya karena ada hal penting yang akan disampaikannya, Mas bersediakan?” jelas Puspa sembari meminta kesediaan Roy.“Iya Bu, nanti jam istirahat siang aku akan menemui.” Karena yang meminta itu Puspa dan berkaitan dengan urusan kantor maka dengan berat hati Roy bersedia.“Oke deh kalau begitu, silahkan Mas Roy lanjutkan kerjaannya.” Ulas Puspa.“Iya Bu, terima kasih.” Ucap Roy, lalu percakapan mereka melalui sa
Di sebuah meja makan malam itu di Qatar, Pak Husein dan Bu Astrid bercakap-cakap sembari menikmati makan malam mereka.“Bagaimana cara kita menyampaikan perihal Viola yang menolak dijodohkan dengan Rehan pada kedua orang tuanya, Pi?” tanya Bu Astrid.“Itulah yang membuatku pusing karena mereka terlalu berharap perjodohan itu akan terlaksana,” jawab Pak Husein dengan raut wajah yang risau.“Tapi kita nggak boleh diam aja, apapun itu harus kita beri tahu mereka agar nanti masalahnya nggak semakin rumit,” Bu Astrid menyarankan.“Ya, aku cari waktu yang tepat untuk menyampaikannya pada mereka.” ulas Pak Husein tak bersemangat.“Papa dan Mama sepertinya memang nggak ingin Viola berpisah dengan mereka makanya mereka ngotot membela penolakan Viola yang akan kita jodohkan dengan Rehan,” ujar Bu Astrid.“Aku sampai nggak kepikiran jika Papa dan Mama akan menyangkut pautkan dengan masa lalu kita hingga kita nggak berkutik dibuatnya, tapi aku tetap nggak akan setuju jika Viola memilih Roy untuk
“Ada yang perlu aku bantu Non Alice?” tanya Ardi saat bule cantik berambut pirang itu menghampirinya di ruangan manajer hotel itu.“Sepertinya Roy marah sama aku, beberapa kali aku telpon nggak diangkatnya,” jawab Alice.“Loh, emangnya ada masalah apa sampai Roy nggak mau mengangkat telpon dari Non?” tanya Ardi lagi.“Mungkin karena kejadian malam itu,” ulas Alice merasa ragu untuk menjelaskan lebih rinci.“Kejadian? Kejadian apa?” Ardi penasaran.“Malam itu aku ngajak Roy jalan dan pulang ke hotel ini lewat dari jam 11 malam, sebelum kembali ke sini kami singgah dulu di night club dan karena cukup banyak minum membuat kami setengah mabuk. Saat itulah setiba di kamar kami hampir saja berhubungan badan, Roy kemudian pergi dengan raut wajah kesal karena aku memang aku yang memancingnya untuk melakukan hubungan badan itu.” jelas Alice.“Wah, kok sampai kamu kepikiran untuk melakukan hubungan badan dengannya?” Ardi terkejut.“Aku juga nggak tahu kenapa setiap kali aku jalan dengan Roy, ak
“Husein...!” Opa yang sejak tadi hanya diam mendengar tiba-tiba membentak.Pak Husein seketika itu juga terkejut, ia tak menyangka jika Opa akan membentaknya setelah berbicara lantang pada Viola, ia hanya berani menatap Opa sejenak lalu alihkan pandangan pada Bu Astrid.“Apa kamu lupa dulu sewaktu kedua orang tuamu menjodohkan kamu dengan wanita di Qatar sana? Kamu juga menolak dan bersikeras untuk memilih Astrid jadi istrimu. Waktu itu Astrid baru saja menyelesaikan kuliahnya dan hanya bekerja membantuku mengelola sebuah hotel,” sambung Opa, Pak Husein dan Bu Astrid hanya diam.“Kedua orang tuamu nggak merestui hubungan kalian dan tetap bersikeras pula agar kamu menikah dengan wanita pilihan mereka yang memiliki beberapa perusahaan itu, mereka sempat pula meremehkan Astrid dan juga kami dan hal itu membuat aku sangat tersinggung hingga tak menyetujui pula Astrid menjalin hubungan denganmu. Namun kamu tetap bersikukuh untuk menyakinkan kedua orang tuamu itu termasuk kami dan akhirnya
“Iya Pi, besok kita udah harus kembali ke Qatar. Tapi apa nggak sebaiknya kita tunggu Viola pulang dari kantor agar pembicaraan kita nantinya lebih jelas arahnya dan kita juga bisa langsung mengetahui tanggapan dari Viola?” ujar Bu Astrid.“Ya kita tunggu Viola pulang dari kantor dulu baru kita bicara sama Papa dan Mama, menurut Mami apakah Viola nggak akan menolak jika kita jodohkan dengan Rehan?” ulas Pak Husein yang ternyata tak sepenuhnya yakin jika putrinya itu bersedia dijodohkan dengan Rehan.“Kita dengar saja nanti bagaimana tanggapan Viola ketika kita menyampaikan keinginan kita itu di hadapan Papa dan Mama,” ujar Bu Astrid.“Ini adalah kesempatan baik karena Hamid bilang Rehan sendiri yang berkeinginan untuk dijodohkan dengan Viola, dulunya dia nggak merespon saat Hamid mengusulkan perjodohan itu,” tutur Pak Husein.“Oh, jadi dulunya Papi dan Bang Hamid udah pernah bicara soal keinginan menjodohkan Viola dengan Rehan? Kok aku nggak dikasih tahu?” ujar Bu Astrid terkejut.“Iy
“Sebaiknya mulai saat ini aku nggak lagi menerima ajakan Alice, jangankan menemaninya jalan bertemu pun kalau bisa jangan sampai terjadi lagi.” gumam Roy yang membuat keputusan tidak akan jalan bahkan bertemu dengan bule cantik berambut pirang itu.Sementara siang itu setelah Viola dan kedua orang tuanya mengantar Rehan sekeluarga ke bandara untuk kembali ke Qatar lebih dulu, Viola yang tiba di rumah pamit pada Papi dan Maminya untuk ke kantor karena sudah dua hari ini ia tidak masuk demi menghormati Rehan dan kedua orang tuanya.“Loh, kan sekarang udah siang dan sebentar lagi waktunya istirahat kerja. Apa nggak sebaiknya besok pagi aja kamu ke kantornya?” ujar Bu Astrid.“Udah dua hari aku nggak masuk Mi, aku rasa di kantor udah banyak kerjaan yang menumpuk yang musti aku tangani.” Tutur Viola.“Oh ya udah kalau gitu, berangkatlah tapi hati-hati di jalan nggak usah terburu-buru!” ujar Bu Astrid, Viola menggangguk dan setelah mencium tangan kedua orang tuanya itu, Viola pun menuju ke
Makanya sampai saat ini sosok Viola sangat berarti dalam hidupnya, CEO muda berparas sangat cantik itu juga mampu menghadirkan rasa cinta di hatinya yang selama ini seakan mati rasa dan tak pernah percaya akan cinta dari seorang wanita.Dalam lamunannya itu juga hadir sosok Rehan yang saat ini tentu masih bersama kekasihnya itu, hal itu membuat ia tiba-tiba saja terlihat cemberut karena siapapun prianya pasti tidak akan rela jika ada pria lain yang saat ini sedang mendekati kekasihnya terlebih pria itu menjadi pilihan kedua orang tua kekasihnya untuk mereka jodohkan.“Roy, kamu kenapa diam aja?” tanya Alice membuat Roy tersentak dari lamunannya.“Oh, nggak kenapa-kenapa kok,” jawab Roy.“Kalau kamu udah mulai bosan di sini, yuk kita jalan lagi!” ajak Alice.“Oke, yuk.” Ulas Roy yang tak ingin kembali mengingat masalah Rehan yang sekarang bersama Viola di rumah Opa.Beberapa menit berkeliling di seputar kawasan tempat wisata malam hari di Pulau Bali itu, Alice kembali mengajak Roy ke n
“Hemmm, mungkin itu karena kamu emang baru pertama kali ke sini makanya begitu.” ulas Roy.“Emang setiap orang yang baru pertama kali berkunjung ke sini akan merasakan hal yang sama ya, seperti hal aku merasa betah dan ingin di sini lebih lama lagi?” tanya Alice.“Ya nggak tahu sih, aku hanya nebak aja. Tapi emang kebanyakan dari para pengunjung yang baru datang ke sini akan merasa betah dan ingin kembali ke sini lagi,” jawab Roy.Setelah makan malam Roy dan Alice memang ke luar dari dalam restoran itu, akan tetapi Alice masih ingin menikmati panorama laut dari atas perbukitan itu, makanya mereka memutuskan untuk tetap berada di sana yang kali ini mereka duduk lebih dekat ke tebing bukit di mana di sana juga tersedia tempat duduk untuk bersantai.Alice benar-benar takjub akan pemandangan pantai di kala malam dilihat dari atas perbukitan itu, meskipun malam bukan berarti tak dapat memandang lepas ke tengah lautan, di sana banyak sekali terlihat pancaran lampu dari kapal kecil dan perah